‘Anak dan bapak sama saja, suka ngancam!’ batin Kevin yang tak terima. Dia benar-benar bingung seperti buah simalakama. Apa yang harus Kevin pilih? Pikirannya sangat kacau.
Dia tak bisa menolak ancaman Seno, dan akhirnya memilih jawaban, “saya akan membereskannya, tolong beri sedikit waktu,” ujar Kevin yang tak ingin mengambil resiko besar. Menurutnya ini adalah pilihan yang tepat.
Seno tersenyum tipis, menantunya sangat mudah untuk disetir.
“Baiklah, saya tunggu. Kalau sampai kamu tidak melakukannya dan berpisah dengan perempuan itu, maka ancaman saya bukan sekedar bualan. Kamu mengertikan?” tanya pria itu dengan menepuk pundak Kevin beberapa kali.
Menantunya hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali, tanda setuju dengan ucapan mertuanya.
“Bagus,” ucap Seno. “Ngomong-ngomong sampai kapan kamu akan menyembunyikan Icha dari orangtuamu? Aku merasa tersinggung dengan kedua orangtua
Dea melirik suaminya yang sedang dalam kondisi bingung, dia sangat membenci melihat Kevin tak berdaya seperti itu.“Buka Mas,” perintah Dea pada Kevin. Lelaki itu sempat ragu untuk menuruti perintah istrinya, tapi pada akhirnya ia tetap menurunkan kaca mobil.Terlihat Seno dengan ekspresi bengis menatap kedua manik Dea.“Jadi kamu yang mempermalukan putriku di tempat umum?” tanya Seno tanpa basa-basi.Dengan santai Dea menjawab, “Putri Anda yang mempermalukan dirinya sendiri di tempat umum.” Tak ada sedikitpun rasa takut di wajah perempuan itu. Justru ia merasa ingin tertawa melihat pria paruh baya di depannya yang sangat sok berkuasa.“Tetap saja kamu yang bikin masalah!” seru lelaki itu tak ingin disalahkan.“Terserah Bapak,” pungkas Dea dan menutup kaca mobil, sebelum kaca itu tertutup dengan rapat. Seno sempat mengucapkan sebuah ancaman untuk Dea. Namun, perempuan itu hanya meng
Mendengar teriakan itu membuat Kevin terkejut dan langsung mendatangi istrinya. Kakinya sempat tersandung karpet yang ada di ruang tengah karena panik. Saat sampai di depan kamar, mata Kevin melebar melihat pemandangan di dalam. Dea yang tau kehadiran Kevin langsung memeluk tubuh lelaki itu. Dia sangat benci dengan darah, apalagi sekarang hampir seluruh lantai dan ranjangnya dipenuhi dengan cairan merah berbau amis. “Mas, ini kok bisa kayak gini?” tanya Dea panik. Perempuan itu terlihat terkejut melihat kamarnya yang porak poranda dengan beberapa darah yang sudah berceceran di ranjang mereka. Kevin menelan salivanya dengan paksa, ‘Apa ini yang dimaksud Papa Icha?’ batinnya. “Mas!” sentak Dea membuyarkan lamunan suaminya. Kevin langsung gelagapan mendengar suara istrinya yang meninggi. Dirinya sedang ling-lung sekarang. “Tidak tau, Mas tidak tau kenapa bisa seperti ini.” Lelaki itu terlihat kebingungan, otaknya tak bisa diajak bekerja sama memikirkan masalah yang sedang dihadapi. D
Keesokan paginya, Dea berangkat ke sekolah dengan lemas. Badannya terasa sangat lelah lantaran semalam banyak yang dia lakukan. Otaknya tak berhenti memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Keluarga Icha benar-benar gila, ia sangat yakin jika darah yang ada di kamarnya adalah ulahnya. Entah itu Icha sendiri atau bapaknya. Mendapat teguran langsung saat di acara mertuanya, membuat Dea jika musuhnya bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan tujuannya.Sayangnya ia juga memiliki tujuan tersendiri. Dan intinya sama dengan keluarga Icha, yakni cerai dengan Kevin. Ia tak ingin hidup dalam rumah tangga yang toxic. Cerai adalah pilihan yang tepat untuknya. Namun, sebelum itu, ia harus mengambil semua hartanya dan suaminya.“Mbak Dea,” sapa Sri yang berjalan di belakangnya.“Pagi...” Wanita itu tersenyum lebar menyapa Dea.Dea memamerkan senyum manis pada rekan kerjanya.“Pagi-pagi kok sudah lem
"Semakin hari dia semakin murung. Apa masalahnya begitu besar?" gumam Andre melihat punggu Dea yang menghilang dari balik pintu. Setelah mengetahui fakta jika wanita yang dicintainya telah dimadu soleh Kevin. Membuat Andre menyesal kenapa dulu tak memaksa kehendaknya untuk menikahi Dea. Ia berpikir jika Kevin adalah lelaki tepat yang bisa membahagiakan wanita itu. Pada kenyataannya tidak. Hatinya ikut sakit melihat Dea yang nampak sedih. Meskipun sudah ditutupi sebaik mungkin, tapi Andre tau jika dia tengah terpuruk. "Pak Andre," sapa Jono. "Iya?" "Lagi lihat apa Pak?" penasaran lelaki paruh baya itu. Ketika keluar dari kantor ia melihat Andre mematung di koridor, ini membuatnya bertanya-tanya apa yang dilakukan kepala sekolahnya. "Lihat kelas-kelas saja Pak. Ternyata anak-anak menjaga kebersihan dengan baik." "Oh..." Jono menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Mau saya temani keliling?" tawarnya. "Boleh." ########## Di sisi lain, Kevin tengah membasuh wajahnya di washtafel.
Glek! Kevin menelan salivanya ketika Icha menurunkan bajunya. "Cha. Berhenti!" tolaknya. Namun kedua mata lelaki itu tak henti henti ya melihat buah dada di depannya. Icha mengacuhkan penolakan suaminya. Justru tangannya semakin nakal meraba tubuh lelaki itu."Cha...""Enakkan?" rayu Icha dengan bisikan manja di telinga lelaki itu."Jangan di sini, nanti keliatan orang di jalan." Kevin memejamkan matanya. Hasrat dalam dirinya tak bisa tertahankan."Tenang Sayang. Orang luar tidak bisa melihat kita. Nikmati saja."" Kita main oral saja kalau gitu.""Iya."Kedua insan tersebut melanjutkan aksinya dengan ganas. Terlalu lama tak dikeluarkan membuat lelaki itu beringas memainkan tubuh Icha, bahkan wanita itu bisa melawan sedikitpun.*** Ketika Kevin sedang bercumbu mesra dengan istri keduanya. Di sisi lain, Dea tengah termenung. Entah kenapa ia tak memiliki semangat untuk menikmati hari ini. Tubuhnya dipenuhi elemen stress hingga membuat wanita itu banyak berdiam diri. 'Kenapa hidupku j
"Maaf Pak Andre, hari ini badan saya tidak fit. Jadi butuh istirahat," jawab Dea. Dia tak ingin memaksakan badannya yang sangat lelah. "Oh iya Bu. Tidak apa-apa. Apa perlu saya antar pulang? Sepeda motornya bisa ditinggal di sekolahan," tawar Andre. "Tidak Pak. Nanti jadi makin repot." Dea sekali lagi menolak tawaran Andre. Ini memang pure dari dirinya bukan sekedar alasan. Andre pun menganggukkan kepalanya pasrah. Dia sebenarnya ingin memaksa wanita itu bersamanya, tapi melihat Dea yang lemah, letih, dan lesu membuatnya tak tega dan membiarkannya pergi begitu saja. "Huffttt..." ia menghela napasnya panjang. "Sabar Pak." Tiba-tiba suara Jono mampir di telingan Andre. itu sangat mengejutkan baginya. "Haha iya Pak Jono." Kepala Sekolah itu mengubah ekspresi sedihnya menjadi cengengesan. Jono pun menepuk pundak atasannya, "Kalau jodoh tidak akan kemana-mana kok Pak." Tal lupa pria paruh baya itu memberikan senyum simpul pada Andre. "Amiinn..." dia sangat mengharapkan adanya kesem
Ketika sudah membersihkan badannya, Dea segera keluar dan menyuruh Kevin untuk mandi."Mas, kamu tidak mandi?" tanyanya sembari mengeringkan rambut. Hari ini haidnya sudah selesai, jadi ia mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar. "Oh iya." Lelaki itu langsung beringsut dari tempat tidur. Smartphone yang sebelumnya ada di genggaman tangan, kini sudah tergeletak di atas nakas. "Huft..." Dea berkali-kali menghela napas. Entah kenapa, pikirannya selalu tertuju pada Andre. Tawaran yang diberikan lelaki itu membuatnya seakan menyesal.'Ya Allah. Kenapa aku selalu memikirkan Mas Andre? Bukankah ini sama saja aku selingkuh?' batinnya. Perasaan menyesal kian membara di dalam hatinya. Tapi bagaimanapun, ini adalah pilihan terbaik, karena statusnya masih istri orang. Jika ia langsung menyetujui ajakan makan malam Andre, maka tidak ada bedanya dia sama Kevin. Meskipun tidak seekstrem Kevin yang menikah lagi dengan Icha, tapi garis besarnya tetaplah mendua."Sudah De." Ia menepuk-nepuk pipin
Sayangnya lelaki itu tak kunjung menjawab pertanyaannya, entah apa yang dipikirkannya. Dea yang merasa takut langsung berteriak, "Mas!" Teriakan itu menggema keras hingga membuat Kevin langsung tersadar. ia terlihat bingung melihat Dea yang ketakutan. "Eh! Kenapa Dik?" tanya Kevin. Ia tak sadar apa yang sedang terjadi. "Kamu yang kenapa." "Aku nggak papa." "Nggak papa bagaimana? Dari tadi diam kayak patung gitu!" jawab Dea dengan nada meninggi. "Masa sih." Kevin semakin kebingungan. "Astaghfirullahaladzim Mas! Kenapa kamu jadi aneh begini sih," geram Dea. Ia sangat benci melihat gerak-gerik Kevin yang ambigu. "Huft. Maaf, Mas lagi capek aja kerja seharian," ujar Kevin yang langsung mendekat ke arah istrinya. Kedua alis Dea yang sebelumnya berkerut, kini melemas. Lalu dia mengatakan, "ya sudah ayo tidur." Lelaki itu menganggukkan kepala, dan langsung merebahkan tubuhnya di samping Dea dengan nyaman. "Aku matiin lampunya ya." "Iya Dik."Tak ada pembicaraan apa pun setelah rua