Dea melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu. Hatinya berdesir tak karuan mengingat kemarin lusa dia menangis sesenggukan di pundak Andre.
Andre memberikannya bingkisan kecil, perempuan itu langsung mengerutkan alisnya.
“Coba buka dulu,” perintah lelaki itu yang duduk di depannya.
Dengan gerakan gusar, Dea membuka bingkisan itu perlahan.
‘Kalung?’ batinnya terkejut. Ia langsung mendongakkan pandangannya pada lelaki di depannya.
Andre tampak tersenyum lebar.
“Ini hadiah buat kamu biar tidak sedih lagi. Maafkan Mas yang sudah memicu konflik di rumah tangga kamu. Mas benar-benar merasa bersalah,” jelas Andre. Lelaki itu benar-benar merasa bersalah pada Dea, tatapan sayu terlihat di wajah pria berjambang tipis.
Dea menelan salivanya, ia paham jika Andre sedang salah paham sekarang.
“Maaf Pak, tapi saya tidak bisa menerimanya,” tolak Dea halus.
Mata lelaki itu melebar, ia selalu mendapat penolakan dari wani
“Astaghfirullahaladzim Bapak!?” pekik Dea pelan, ia sangat terkejut mendengar penuturan pria tua di sampingnya. Namun, wajah wakil kepala sekolah itu nampak sangat serius, tak seperti biasanya yang cengengesan.Dea terdiam cukup lama. Pikirannya tiba-tiba berhenti dan sulit diajak untuk bekerja sama.“Bapak serius?” balas Dea dengan berbisik. Dia tak ingin membuat kegaduhan di ruang kantor ini.“Serius Nak. Coba kamu lihat sendiri,” perintah teman Ayahnya. Dada Dea berdetak dengan kencang. Jika omongan Pak Jono benar, rasanya ia tak sanggup untuk berdiri.Dan dia tak pernah berpikir jika ayahnya akan memiliki anak selain ia dan Levi. Kalau memang benar, ini akan terasa sangat gila.“Temenin ya Pak,” pinta Dea melas. “Saya takut kalau dia bawa bom.”“Astaghfirullah Dea! Tidak mungkinlah,” balas lelaki itu dengan menggelengkan kepalanya. Semua orang menatap kedua orang itu
Keterkejutannya melihat tamu tak diundang itu menghadirkan emosi yang membuncah. Tanpa pikir panjang, Dea langsung membalikkan badannya dan menjauh dari tamu itu.“Mbak Dea! Tunggu! Kita harus bicara dulu,” cegah perempuan itu dan langsung mencengkram lengan Dea dengan sangat kuat.Dea langsung menoleh, memberikan tatapan tajam yang menusuk lawannya dengan keji.Dikibaskan tangan perempuan itu dengan kasar hingga terlempar ke belakang.Tubuhnya terasa jijik ketika disentuh oleh Icha.“Apa kau tak tahu malu?!” sengit Dea. Ia benar-benar kesal melihat wajah perempuan di depannya.“Aku datang kesini baik-baik Mbak!” jawab Icha dengan lantang. Ia langsung mengelus-elus tangannya yang terasa sakit setelah mendapat penolakan dari Dea.“Aku tidak menerima kedatanganmu, jadi pergilah sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu! Apa kamu ingin kejadian kemarin terulang kembali?” ejek Dea. Wajah
Dilayangkannya pada pipi kiri Dea. PLAKKK!!! Suara nyaring itu membuat mata Dea berair merasakan sensi panas yang menyebar di pipinya.“WANITA KURANG AJAR!!!” teriak wanita itu yang sudah kesetanan karena menerima berbagai ejekan dari Dea. Dirinya sudah tak bisa bersabar lagi menghadapi berbagai cacian dari mulut perempuan yang ada di depannya.Dea memegang pipinya yang terasa kebas, tatapan tajam diberikannya pada perempuan di depannya. Ia sudah menyangka jika Icha akan menamparnya. Seringaian jail diberikan pada pelakor itu, ini bisa menjadi bukti selanjutnya. Bahkan bukti ini ia dapatkan tanpa berusaha keras. Tanpa membuat taktik terlebih dahulu.‘Lucky!’batin Dea.Icha sudah menggali kuburannya sendiri.Pak Jono yang mendengar teriakan itu langsung menoleh ke arah Dea dan Icha. Matanya melotot, begitu pula Andre. Mereka keasikan mengobrol hingga tak sadar ada pertengkaran sengit di lobi.“ASTA
“Apa Mas Kevin kenal dengan perempuan ini?” tanya Andre yang berusaha menahan emosi. Meskipun mulutnya mencoba untuk mengeluarkan nada yang rendah, tetapi raut wajahnya tidak bisa diatur dengan baik. Alisnya berkerut, tatapan mata yang tajam, dan kulit yang terlihat kemerahan.Kevin melirik perempuan itu sekilas.“Ya, dia teman saya,” jawab Kevin pasrah. Dia sudah menebak jika istri sirinya telah membuat masalah hingga diseret oleh dua pria itu.“Mas! Tolong aku Mas!” teriak Icha yang sudah semakin menjauh dari tempat kejadian.“Tolong Mas urus wanita itu, dia baru saja menampar Bu Dea dan menimbulkan keributan di sekolah saya,” perintah Andre.Mata Kevin melebar ketika mendengar nama Dea.“Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Kevin khawatir.“Saya yang akan mengurusnya, tolong Mas urus wanita itu terlebih dahulu,” cegah Andre. Dia tak rela jika Kevin harus membaw
Mata Kevin melotot mendengar ancaman Icha. Tangannya langsung mencengkram leher perempuan itu dengan kuat.“Jangan bicara sembarangan!” bentak Kevin.“Akhhh!!!” pekik Icha kesakitan, cengkraman lelaki itu membuat tubuhnya sulit bernapas. “S-Sakit! Lepaskan!” pinta Icha.Melihat wajah perempuan itu menjadi merah membuat Kevin tak tega dan langsung melepaskan cengkramannya.“Hahhh... hahh...” Icha mencoba menormalkan pernapasannya kembali. Cengkraman itu sempat membuatnya sulit menghirup oksigen.“Gila kamu Mas! Aku laporin Papaku!” ancam Icha.Mata Kevin melebar, ia baru teringat jika Papa Icha memiliki pengaruh cukup besar di daerahnya sehingga membuatnya segan.“Jangan bertingkah seperti anak kecil!” protes Kevin yang sudah kehabisan kata-kata menghadapi istri sirinya tersebut.“Aku tidak akan berhenti sampai kamu menuruti permintaanku!” tolak
Dea berusaha menegarkan dirinya untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh atasannya.“Sebenarnya ini adalah masalah pribadi. Dan perempuan itu tiba-tiba menyerang saya karena menolak permintaannya,” jelas Dea dengan air mata yang masih meleleh di pipinya.“Perempuan itu siapanya Bu Dea?” tanya Andre penasaran. Sebetulnya dia tak tega menanyakan sesuatu pada seseorang yang sedang dalam keadaan terpuruk. Namun, dia harus meluruskan semua yang terjadi agar tak menjadi perbincangan yang panjang di instasinya.“Di bukan siapa-siapa saya,” ucap Dea. “Hanya saja perempuan itu adalah istri siri dari suami saya,” lanjut perempuan itu yang langsung menundukkan kepalanya.JJjjDdderrrrr!!!!Mata kedua pria itu melebar, sangat terkejut mendengar penuturan wanita itu. Jono langsung menarik hidungnya agar segera sadar dari keterkejutannya. Ia tak menyangka dengan yang terjadi pada Dea yang sudah dianggap
Rita terekejut melihat wajah Dea yang merah dengan mata sembab.“Sayang kamu kenapa? Kok kayak habis nangis?” tanya Rita khawatir.“Eh Mama,” kaget Dea. Ia sangat gelagapan mendapat pertanyaan dari Rita.“Sini cerita sama Mama, kamu kenapa?” Rita langsung menggeret Dea untuk duduk di atas sofa.“Tidak apa-apa kok Ma, ini tadi kakiku sedikit nyeri,” bohong Dea.“Yakin hanya itu?” tanya Rita dengan alis yang berkerut. Ia tak percaya dengan ucapan wanita di depannya tersebut.“Iya Ma... Dea sekarang lapar,” keluh Dea mencoba mengalihkan topik.“Yasudah makan dulu yuk, Mama tadi bawa makanan buat kamu sama Kevin,” ucap Rita.“Aku ganti baju dulu ya Ma,” kata Dea yang langsung berdiri.“Iya Sayang, Mama siapin makanannya dulu ya...” ujar Rita.Ketika Dea sudah berada di dalam kamarnya.“Hahhh...&rdqu
Lewat cermin meja rias, Dea mengamati suaminya dengan dongkol. Bagaimana bisa ia meminta izin padanya untuk menemui pelakor yang sudah menghancurkan hatinya.Dea tak memberi jawaban apapun. Mulutnya terbungkam dengan rapat. Merasa lelah jika berdebat dengan Kevin.“Sayang...” rengek Kevin. Namun, Dea tetap mengacuhkannya.Akhirnya lelaki itu hanya terdiam karena dicueki istrinya.Dea langsung beringsut masuk ke dalam selimut dan segera menutup matanya.Kevin yang mulai sadar sudah menyinggung istrinya langsung memeluknya, berharap hal ini bisa meringankan rasa dongkol Dea.Dia tetap diam saja, dan perlahan alam sadarnya menghilang.Keesokan paginya Kevin dan Dea berangkat bersama, bedanya kali ini keduanya dalam diam. Tak seperti kemarin yang penuh dengan keromantisan, Dea beberapa kali menolak perhatian dari Kevin dan pada akhirnya lelaki itu merasa lelah.Sesampainya di sekolahan, Andre sudah menunggunya di lobi.