Beranda / Romansa / DENDAM ISTRI TARUHAN / Bab 231 - Bab 240

Semua Bab DENDAM ISTRI TARUHAN: Bab 231 - Bab 240

336 Bab

231

Icha terperangah melihat isi koper yang diberikan kolega. "Nice to meet you," ucap kolega tersebut berlalu pergi. Maya mengantarkan tamunya sedangkan Icha mematung melihat tumpukan kertas dan berlian di atas meja. "Sebenarnya bisnis apa yang Papa dan Mama jalankan?" tanya Icha begitu wanita yang melahirkannya kembali. Sudut bibir Maya miring, tangan rampingnya menutup koper dan menyeret Icha ke kamar. "Bereskan barang-barangmu Sayang. Kita harus terbang ke tujuan selanjutnya." Maya menatap putrinya dingin. Itu membuat bulu kuduk Icha meremang. Hanya helaan napas menjadi reaksi ucapan mamanya. Selama mengemasi barangnya, tiba-tiba ada telepon dari Seno. Mata wanita sontak berbinar. "Hallo Pa. Gimana?" tanya Icha sangat antusias. "Papa sudah menemui Kevin. Kamu tenang saja. Bagaimana dengan urusan di sana?" Jawaban Seno membuat lega hati Icha. Dia sangat senang ketika mendengar hal itu, segera memberitahu apa yang dia dan Mamanya lakukan saat bertemu dengan kolega. "Aku sudah mem
Baca selengkapnya

232

ucapan dia membuat hati Kevin merinding. Lelaki itu bergidik sembari memejam mata. Dea tersenyum melihat reaksi suaminya, tangannya masih menggoyang-goyangkan hair dryer dan rambut hitam Kevin. Jantungnya sedikit berdegup karena perasaan yang tidak bisa diartikan.Tak ada obrolan selama Dea mengeringkan rambut suaminya. Setelah meletakkan hairdryer ke tempatnya, Dea memilih duduk dipangkuan Kevin dengan mata yang berbinar terang. Tangannya sibuk memposisikan smartphone untuk memotret posisi mereka."Mas nggak pengen liat cermin?" tanya Dea menatap lembut Kevin. Tanpa bersuara, lelaki itu hanya menggelengkan kepala. Kevin hanya fokus dengan wajah istrinya yang sangat dia cintai."Handphone Mas di mana?" Kevin menelusuri area kamar, cukup lama ia memilih citra dalam pengheliatannya hingga menemukan sesuatu yang dia cari. "Di-" Belum selesai lelaki itu berucap, Dea menyelanya dengan suara yang lembut."Bisa matikan dulu? Aku ingin waktu tenang sama Mas." Dea membuat sudut bibirnya mele
Baca selengkapnya

233

"Ada apa?" tanya Kevin yang masih berusaha melakukan penyatuan. Dea semakin bengis melakukan penolakan, bahkan ia meremas rambutnya sendiri."Akh!!!" erang Dea. Deakeras merasakan sakit kepalanya."Kenapa?" tanya Kevin sangat khawatir. "Kepalaku sakit!" teriak Dea, ia tak bisa mengontrol diri dan membuat Kevin kalap."Ayo ke rumah sakit." Kevin segera membopong istrinya."Baju!"Icha yang sudah landing segera menelpon suaminya. Matanya yang sembab, hanya bisa ditutupi dengan kacamata hitam. Telepon pun tak kunjung tersambung di antara keduanya, sehingga membuat emosinya membumbung tinggi. Seno yang sangat diharapkannya pun tidak bisa di hubungi. Pada saat ia menelpon ajudan papanya, hanya ada kabar jika Seni tengah meeting penting bersama jajaran penting di daerah. "Ish! Kenapa semua orang sulit dihubungi!" desis Icha dengan tangan gemeretak. Maya yang ada di belakang langsung menariknya masuk ke mobil. "Cepat. Kalau kamu ingin pulang, selesaikan pekerjaan ini dulu Sayang," ucap M
Baca selengkapnya

234

Setelah mengirim pesan pada adik iparnya, Levi menghela panjang. Kepalanya terasa berdenyut karena mempreasur diri mencari uang. Batang yang ada di gudang sudah musnah diambil reseller. Bertumpuk uang tertata dalam lemari. Kini tinggal penutupan dan pembagian laba dengan keluarga besan."Ternyata bisnis tak semudah itu. Marketing, akuntan, manajemen semua aku lakukan sendiri," keluh lelaki itu. Ia berjalan keluar menunggu kepulangan istrinya.Sejak pagi Nina sudah keluar dari kediaman mereka. Entah pergi ke mana, tetapi kesabaran Levi sudah hangus menghadapi tingkah Nina. "Sudah malam, kenapa dia belum pulang. Padahal biasanya sore sudah di rumah." Levi berjalan ke depan gerbang. Satpam yang ia pekerjakan sudah ia pulangkan bulan lalu. Semenjak kedatangan Dea, ia harus memutar otak memanajemen keuangan. Jadi terpaksa memulangkan para pekerja di rumah. Dengan tenaga yang tersisa, dia mendorong pintu besi di hadapannya. Jalanan masih ramai dengan lalu lalang penghuni kompleks. Beberap
Baca selengkapnya

235

Dengan mata memerah, Nina membalikkan badan menuju kamar. Levi memperhatikan perilaku istrinya dalam diam. Kemudian menatap mobil di depan kediamannya pergi begitu saja. "Jahat kamu Mas!" ucap Nina dengan air mata yang berderai. Levi hanya melirik istrinya sekilas kemudian mengganti bajunya."Turuti saja perkataanku. Aku sudah memberikanmu kebebasan pergi dengan orang itu selama sebulan. Sekarang waktunya kamu menuruti kata-kataku, setidaknya untuk keselamatanmu. Apa kamu ingin seperti Icha yang mendekam di penjara?" Tak ada sahutan dari Nina. Wanita itu semakin membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Perutnya yang sudah besar membuat ia tak bisa tengkurap saat menangis di atas ranjang. Jadi dia hanya bisa tersebut dengan posisi duduk."Baik-baik di rumah, aku kerja dulu," akhir Levi meninggalkan istrinya dengan kecupan tipis. Sayangnya Nina langsung menepis lelaki itu, tak ingin di sentuh.Dea dan Kevin baru saja sampai di rumah memutuskan istirahat. Kepulangan mereka disambut sangat
Baca selengkapnya

236

Kevin langsung memperilakan tamunya masuk. Gito baru saja keluar langsung menyambut kakak menantunya dengan semringah. Dea yang mendengar kedatangan Levi masuk ke kamar tamu tempatnya dan Rita tidur. Melihat itu, Rita tak berkomentar apapun karena memang sedang ada masalah yang membuat menantunya kecewa."Om dengar kamu menjual semua produknya Lev?" tanya Giti membuka topik tentang binis mereka."Benar Pak," jawab Levi dengan santun. "Bagaimana respon pembeli soal barang kita?""Sangat bagus Om. Ngomong-ngomong soal harga, bagaimana bisa Om mendapat harga yang jauh dari harga pasar?""Itu kerjasama dari pabriknya langsung. Ditambah Om berani menjanjikan target penjualan pada mereka. Om hanya fokus di kuantitas penjualan jadi resiko harga murah dengan keuntungan tipis biar terjual semua. Tapi kalau ditotal keuntungannya juga tidak sedikit itu karena jumlah produknya yang sangat banyak."Mulut Levi membulat dan kepalanya terangguk. "Harganya sangat cocok untuk distributor. Kata reselle
Baca selengkapnya

237

Beberapa hari berlalu dengan tenang. Gito dan Rita menghentikan usahanya untuk mencari suplier. Sedangkan Kevin dan Dea menjalani hari seperti biasa. Tak ada yang aneh, hanya sedikit kewaspadaan Kevin terhadap temperamen istrinya. "Mas ke cafe dulu ya Sayang. Di sana ada Nino. Apa kamu mau ikut?" "Tidak. Adik mau tidur dulu. Tinggal beberapa hari lagi harus kerja." "Oke. Baik-baik di rumah, hubungi Mas kalau ada masalah. Mama sama Papa sudah tidak menginap lagi, jadi jaga diri ya." Dea mengangguk dan Kevin mengecup kening wanita itu dengan lembut. Kini tinggal wanita itu seorang diri di rumah. Ia hanya menonton film dan memainkan ponsel. Keheningan ini membuat suasana hanya tenang. Pikirannya benar-benar kosong, ia memutuskan tidur di kamar tamu. Dia lebih suka tidur di kamar ini ketimbang kamar utama. Kevin pun tak berkomentar apapun saat ia tidur di sini. Keesokan paginya ia terbangun dengan Kevin yang sudah bersandar di headboard ranjang. "Sudah bangun? Cepat mandi, Mbok Last
Baca selengkapnya

238

"Ma... Aku ingin cerai," ucap Dea sembari mengiris bawang di atas telenan. Nala menoleh ke arah putrinya dengan mata melebar.Setelah didiagnosis psikolog dan mendapat penanganan dari psikiater, mereka memutuskan untuk memboyong Dea ke rumah orangtuanya. Mengetahui kondisi psikis putrinya, ia dan Rita tak henti-hentinya meneteskan air mata karena rasa empati menahan banyak tekanan dari pihak luar. Bahkan wanita itu enggan melihat suaminya saat Kevin berkunjung ke rumah."Suruh Mas Kevin pulang Ma. Aku tidak mau melihat dia," ucap Dea dengan ekspresi datar. David dan Nala pun menuruti permintaan putrinya. Meskipun berat hati karena mengusir besannya, semua demi kesehatan Dea. Rasa sakit menjadi hebat saat kondisi menjadi kritis."Panggilkan aku pengacara Ma. Aku mau menggugat dia." Sekarang Dea enggan menyebut nama suaminya."Sayang, coba kamu pikirkan baik-baik." Nala mendekat dan mengelus lembut pundak putrinya.Dea menggelengkan kepala. "Ini yang terbaik Ma. Kalau aku sama dia terus
Baca selengkapnya

239

Kevin dan Seno sedang duduk bersama. Icha tak henti-hentinya mengembangkan senyum di wajahnya. "Jadi bagaimana?" tanya Seno setelah menelpon anak buahnya. "Dea sedang berada di rumah orangtuanya Pak." "Bagus. Berapa lama lagi kalian akan pisah?" Kevin menatap lurus dengan sendu. Bibirnya terasa kelu menjawab pertanyaan tersebut. Namun pada akhirnya ia pun mengeluarkan suara. "Secepatnya." Icha yang ada di sampingnya langsung tersenyum lebar. Dia ingin sekali melompat karena Kevin akan menjadi miliknya seutuhnya. "Bagus. Aku akan memberimu nominal tiga kali lipat dari sebelumnya. Dengan syarat, kamu harus menikahi putrinya secara negara," ucap Seno. "Baik Pak." Kevin pasrah dengan percakapan ini. Setidaknya keluarga istri keduanya tidak akan menggangu keluarganya dan Dea beberapa waktu ke depan. Melihat kondisi Dea yang semakin parah membuat ia merasa bersalah. Semua penyakit yang ada di tubuh wanita itu adalah karenanya. Di sisi lain, Rita dan Gito memaksanya untuk menjadi ba
Baca selengkapnya

240

Nala dan David yang melarikan putrinya ke rumah sakit, kini duduk termenung ketika sampai di rumah. Dea sudah tertidur pulas karena dibius oleh dokter. Mereka sengaja meminta ditindak seperti itu berharap akan ada ketenangan beberapa waktu.Levi mendekati kedua orangtuanya dengan gusar setelah mengecek keadaan adiknya. Tenggorokan yang tercekik ia paksa relaks agar mengeluarkan suara. "Ma... Yah," panggil lembut. Tanpa menyahuti, kedua orang itu melihatnya dengan sendu.Levi pun berinisiatif membuka topik pembicaraan. "Sebenarnya kenapa?" Nala menghela napasnya panjang kemudian menyerahkan ponsel putrinya. Levi menerima benda itu dengan alis berkerut. Ia melihat room chat yang terkirim pada sosial media Dea. Tak lama setelah puas membaca pesan tersebut, ia pun menghela napasnya sangat panjang."Levi," panggil Nala tegas."Iya Ma?" "Cari pengacara yang handal, kita gugat dia sekarang juga." Wanita itu berkata penuh penekanan. David membelalakkan mata lantas menyahuti, "Jangan gegaba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
34
DMCA.com Protection Status