Semua Bab KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU: Bab 21 - Bab 30

101 Bab

Rencana Berhasil 2

Kendaraan roda empat Mas Bayu sudah berhenti di depan rumah. Kami segera turun dan berjalan menuju pintu. Langkah kaki ini terhenti kala melihat Dina dan Lana berdiri di dekat kursi dengan tas di samping meja. Rupanya mereka benar-benar ingin pergi. Baguslah kalau begitu.“Dina, Lana, kenapa kalian berdiri di sini? Lho, kenapa ada tas segala?” tanyaku pura-pura tak tahu.Lana dan Dina saling sikut sambil menundukkan kepala. Sepertinya mereka bingung harus bicara apa? Tinggal berpamitan saja kenapa susah ,sih?“Masuk dulu, kita bicarakan di dalam,” ucap Mas Bayu lalu berjalan mendekat ke pintu. Tangannya mendorong ganggang pintu berwarna keemasan itu. Namun tetap tak bisa dibuka.“Pintunya dikunci,Din?” tanya Mas Bayu seraya menatap manik bening Dina. Asisten rumah tanggaku itu mengangguk lalu menyerahkan benda kecil berwarna silver pada Mas Bayu.Kami mulai masuk dan duduk di ruang tamu. Sedari tadi Lana hanya menundukkan kepala sambil memegang tangan kakaknya erat. Ke mana sikap angk
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-10
Baca selengkapnya

Kebakaran

"Siapa, Mas?" Akhirnya kutanyakan kalimat itu. "Kontrakan kebakaran, Nin.""Astagfirullah, kenapa bisa, Mas?" Aku beranjak berdiri, menyambar hijab lalu mengenakannya. "Mas juga tidak tahu. Ini mau ke sana," ucapnya seraya memakai kaos yang tadi sempat dilepas. Di tengah musibah aku merasakan lega luar biasa. Aku tak harus melakukan hal yang bertentangan dengan hati kecilku. Maafkan aku, jika perasaan ini begini. "Aku ikut, Mas!" "Apa tidak sebaiknya kamu pulang ke rumah Mama? Anak-anak pasti mencarimu." Mas Bayu mengambil kunci mobil lalu keluar kamar. Segera aku berlari mengejarnya. Tak kuhiraukan penampilanku yang masih berantakan. Entah kenapa aku begitu ingin ikut Mas Bayu melihat kontrakan yang terbakar. Seperti ada sesuatu yang mendorongku untuk melakukan ini. Namun apa, aku sendiri tidak tahu. Mungkin ingin memastikan keadaan korban kebakaran. "Mas, aku ikut!" teriakku kala langkah kaki ini tertinggal beberapa meter.Mas Bayu berhenti, membalikkan badan, lalu menganggu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-11
Baca selengkapnya

Kebetulan

"Sayang, kemari!" "Tunggu sebentar, Mas." Aku kembali berdiri dengan hati-hati. Kemudian aku melangkah pelan menuju tempat Mas Bayu berdiri. "Ada apa, Mas?" tanyaku setelah berdiri di sampingnya. "Kamu pulang saja dulu, Mas masih lama di sini.""Kenapa?""Mas menunggu penyewa yang berada tepat di sebelah kanan kontrakan Bu Maemunah." Aku mengernyitkan dahi. Bukankah sebelah kanan Bu Maemunah masih kosong? Apa jangan-jangan ada penyewa baru? Tumben tak ada yang memberitahu, baik Mas Bayu atau pun Mas Umar. "Rumah itu bukannya kosong, Mas?""Sudah ada yang menyewa satu minggu ini.""Ow ... begitu.""Kamu mau menunggu atau pulang dulu?" tanyanya lagi. Aku diam, memikirkan apa yang harus kulakukan. Ingin menunggu penyewa kontrakan kami. Namun meninggalkan Ali terlalu lama membuatku tak tenang. Aku jadi bingung harus bagaimana? "Tapi kamu masih di sini, kan, Mas?" "Iya, aku ingin menunggu dia agar masalah ini cepat selesai. Dia sedang dalam perjalanan kemari."Aku mengangguk, memben
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-11
Baca selengkapnya

Membawa Ustadzah Nisa

"Ustadzah Nisa," sapaku. Wanita berhijab menjuntai itu terdiam, mencoba mengingat aku. "Ibu Hanin? Bundanya Alma?" Aku mengangguk membenarkan ucapannya. "Maaf saya lupa, Ibu sedikit berbeda. Saya kira bukan Bundanya Alma," ucapnya pelan. "Tak apa, kita sudah lama tidak bertemu. Tiap saya menjemput Alma, Ustadzah Nisa tidak ada." "Saya dipindahkan untuk membimbing anak-anak TK B, Bu. Dan jadwal pulangnya berbeda. Jadi tak pernah bertemu dengan Ibu Hanin." Aku mengangguk paham. Pantas saja Alma tak pernah lagi bercerita tentang Ustadzah Nisa. Ternyata ini alasannya. Padahal Alma begitu cocok dengan Ustadzah Nisa. "Ustadzah Nisa tinggal di sini?" tanyaku. "Dia penyewa kontrakan yang kebakaran, Nin."Aku terkejut, tak menyangka jika korban kebakaran itu adalah guru Alma di sekolah. Sejenak kupindai wajah cantik tanpa polesan itu. Dia terlihat sangat tenang meski tak bisa menutupi rasa sedih dalam dirinya. Aku tahu kebakaran yang terjadi merugikannya. Bahkan mungkin membakar aset-as
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-12
Baca selengkapnya

Hamil

"Silakan masuk, Ustadzah," ucapku seraya membuka pintu rumah. "Jangan panggil Ustadzah, Bu. Panggil saja Nisa," jawabnya lalu melangkah mengikutiku. "Kalau begitu jangan panggil saya, Bu. Panggil saja,Mbak." Nisa diam lalu tersenyum penuh arti. Aku dan Nisa masuk ke dalam, sementara Mas Bayu kembali melajukan mobil menuju rumah Mama. Mas Bayu yang akan menjemput anak-anak, karena tak mungkin membawa Ustadzah Nisa ke sana. Aku takut Mama dan Raffi curiga. Gelak tawa terdengar di ruang keluarga. Kehadiran Nisa memberi warna baru dalam rumah ini. Tak hanya Alma, Azha pun langsung cocok dengan Nisa. Aku tersenyum, pemandangan ini yang sudah lama kunantikan. Aku ingin menghadirkan sosok ibu tiri untuk ketiga anakku. Apa aku gila? Ya, semua orang pasti berpikir demikian. Namun jika mereka menjadi aku, pasti perpisahan adalah kuncinya. Sedang aku tak menginginkan adanya perceraian. Bagiku pantang kata talak terucap. Entah dari mulutku atau mulut Mas Bayu. Maka poligami adalah solusi pal
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-12
Baca selengkapnya

Mama Syok

Kendaraan roda empat milik Mas Bayu melaju dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan kami hanya diam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutku atau pun Mas Bayu. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Meski apa yang ada di kepala kami sama. Sejujurnya ada rasa yang tak bisa kujelaskan. Rasa bahagia,sedih, takut dan ragu melebur menjadi satu. Aku bingung harus bagaimana?“Sudah sampai,Sayang,” ucap Mas Bayu seraya membuka pintu mobil. Aku mengangguk lalu melangkahkan kaki dengan hati-hati. Mas Bayu dengan sigap membantuku turun,bahkan menuntun tangan ini hingga masuk ke rumah.“Bunda!”“Bunda!” Azha dan Alma berteriak sambil berlari ke arahku. Tubuh kecil mereka memeluk kaki ini, perlahan aku jongkok agar menyejajarkan tinggi kami. Beberapa kecupan mereka hadiahkan di wajah ini. Hangat kala bulir bening jatuh membasahi pipi. Aku menangis tanpa suara, rasanya tak tega memberikan adik lagi untuk Azha dan Alma. Kehadiran Ali saja sudah membuat perhatianku pada mereka terbagi. Baga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

Permintaan Hanin

Satu minggu aku hanya bisa tiduran di atas ranjang. Kehamilan kali ini membuatku muntah terus-menerus. Bahkan tak ada secuil makanan berat yang bisa masuk ke mulut. Tubuhku kian kurus. Kehamilan kali ini sungguh luar biasa nikmatnya. "Kamu belum tidur, Nin?" tanya Mas Bayu yang setelah masuk ke kamar. "Aku belum ngantuk, Mas." Kuubah posisi duduk lalu bersandar di headboard. Mas Bayu duduk tepat di sampingku, raut wajah kuyu tergambar jelas di sana. Kenapa? Apa ada masalah di kantor? Apa dia mulai lelah mengurusku yang hanya berbaring di tempat tidur? "Hanin ...," panggilnya lembut, tersorot kerinduan yang begitu besar di manik beningnya. Apa dia menginginkannya? "Ada apa, Mas?" tanyaku pelan. "Kamu sudah baikan? Sudah bi...." Mas Bayu kembali terdiam. Sudah pasti dia menginginkannya. Satu minggu waktu yang begitu lama untuk Mas Bayu. Bagaimana dia bisa tahan tak menuntaskan hasrat jika biasanya dalam sehari selalu minta tiga kali. Dan kini dia harus berpuasa hingga beberapa bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-13
Baca selengkapnya

Pov Nisa

Pov NisaAku terpaku, perkataan Mbak Hanin bagai bom yang kupengan lalu meledak. Aku tak percaya, dia yang nampak harmonis bersama Pak Bayu justru memintaku menjadi adik madunya. Apa dia hanya bergurau saja? Mana mungkin ada istri yang rela berbagi suami. Impossible. Bukankah kebanyakan istri pertama menghajar simpanan sang suami? Bukan memintanya menikah lagi. Hening. Tak ada satu pun kata yang mampu keluar dari mulut kami. Aku dan Mbak Hanin bagai berada di dimensi ruang yang berbeda. Ya, meski memikirkan hal yang sama. "Bagaimana, Nis? Kamu mau,kan menjadi istri kedua Mas Bayu?" tanyanya setelah keheningan tercipta beberapa saat di antara kami. Aku masih membisu seraya menatap lekat manik bening wanita di hadapanku ini. Mustahil, tak ada keterpaksaan yang tergambar di sorot mata itu. Justru keyakinan yang ia ungkapkan. "Kamu pikir aku hanya bercanda, kan, Nis?" ucapnya dengan senyum tipis. Aku mengangguk lalu kuperhatikan wanita tanpa hijab dengan rambut hitam tergerai. Mbak H
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-14
Baca selengkapnya

POv Nisa 2

Sudah tiga hari setelah permintaan aneh Mbak Hanin. Sudah tiga malam pula aku meminta petunjuk Illahi Robbi. Namun hingga detik ini tak ada petunjuk yang Allah berikan padaku. Itu membuatku semakin yakin harus segera meninggalkan rumah ini. Namun aku harus ke mana? Kontrakan dan kos yang kudatangi telah terisi penuh. Sekalinya kosong harganya bikin kantong bolong. "Mbak Nisa, kenapa melamun?" tanya Bu Fatimah menyentakku dari lamunan. "Saya mencari tempat tinggal, Bu. Sudah beberapa hari mencari kos atau kontrakan. Tapi belum ada yang pas atau pun cocok." Aku menghela napas. Mengeluarkan beban yang kian menyesakkan dada. Menjadi yatim piatu sejak SMA membuat beban yang kutanggung seakan tak pernah berkurang. Rumah peninggalan Bapak harus kujual karena Bapak meninggal dan meninggalkan hutang yang begitu banyak. Beruntung sejak SMA hingga kuliah aku mendapatkan beasiswa. Kalau tidak mungkin aku hanya bisa menjadi buruh cuci. "Maaf Bu Nisa, apa benar isu yang beredar itu?" Aku menger
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-14
Baca selengkapnya

Penjelasan

Pov Bayu“A-apa?” ucap Nisa terbata sambil memainkan jemarinya di atas meja.“Apa kamu mau menjadi istri keduaku,Nisa?” tanyaku lagi.Nisa diam lalu menatap lekat mata ini tapi aku segera membuang pandang. Aku tak ingin dia tahu jika aku terpaksa memenuhi permintaan Hanin. Mungkin dengan memenuhi permintaannya,Hanin akan jauh lebih bahagia. Meski aku harus melakukan hal konyol ini.“Apa Pak Bayu mencintaiku?” tanyanya pelan tapi masih terdengar jelas di telinga. Suasana yang sepi membuat suara jangkrik pun terdengar begitu jelas.Cinta? Apa aku mencintai wanita yang baru saja kukenal? Tentu jawabannya tidak. Hatiku masih sepenuhnya untuk Hanin. Bagiku hanya dia satu-satunya wanita yang mampu menggetarkan hati ini. Itu pula yang membuat aku menerima permintaan gilanya. Apa aku egois? Entahah ... yang kutahu semua orang memiliki sifat egois meski hanya sedikit. Termasuk aku dan Hanin.“Tak usah dijawab, karena saya sudah tahu jawabannya.” Nisa beranjak berdiri sambil membawa gelas beris
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status