Home / Pernikahan / IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU : Chapter 31 - Chapter 40

71 Chapters

Bab 31. Hasrat Pengantin Baru

"Saya terima nikah dan kawinnya Yusriyana binti Suparman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan salah satu cabang resto dibayar tunai.""Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu pada para tamu yang hadir di rumah Yana."SAH!!""Alhamdulillah, barakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir."Yana lalu menyalami Bagas dengan takzim lalu Bagas memegang kepala Yana dan meniup ubun-ubun Yana seraya melantunkan doa :“Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”Artinya: ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.Yana memejamkan mata saat Bagas meniup ubun-ubun dan mencium keningnya."Yuk, salaman dulu sama para tamu," kata Bagas lembut.Yana mengangguk. Keduanya lalu menyalami satu persatu tamu di ruang depan rumah Yana.
Read more

Bab 32. Keributan di Tengah Pasar

"Semalam kamu sungguh luar biasa, Yang!" tukas Bagas sambil memeluk Yana. Tangan lelaki itu menyusuri tubuh polos Yana dari arah belakang, lalu mengecup pundak istrinya pelan. "Kamu juga Joss banget, Yang!" balas Yana sambil membalikkan badannya sehingga berhadapan dengan sang suami. "Aku ingin lagi!" "Ih, genit! Emang kamu enggak capek?" tanya Yana sambil mencubit pipi sang suami dengan gemas. "Enggak. Kan aku bercintanya dengan perempuan yang aku cintai?" tanya Bagas balik. "Kalau gitu, terserah kamu saja," jawab Yana dengan pipi bersemu merah. "Aku anggap kata-kata kamu berarti setuju," ujar Bagas sambil menindih tubuh Yana. Yana mengangguk malu-malu. "Baiklah. Kalau begitu, aku tidak akan ragu lagi untuk melakukan hal itu lagi." Bagas lalu mulai menciumi wajah dan leher Yana dengan perlahan. Dan semakin bersemangat saat Yana mendesah penuh nikmat. *** "Yana, aku berangkat dulu ya!" tukas Bagas sambil mencium kening Yana dan ketiga anaknya. Yana mengangguk kan kepa
Read more

Bab 33. Meminta Ganti Rugi

Dan seketika semua menoleh ke asal suara.Tampak Slamet tergopoh-gopoh mendatangi tempat kejadian. "Ada apa ini?" ulang Slamet. Lalu pandangan matanya terarah pada Yana. Lelaki itu langsung tercengang. Karena Yana menjadi begitu cantik. "Yana? Kamu Yana kan?" tanya Slamet dengan mata membulat tidak percaya. "Iya.""Apa kabar?" tanya Slamet parau sambil mengulurkan tangannya.Yana mematung dan hanya memandang tangan Slamet. "Heh, bukan saatnya kamu terpesona dengan mantan istri kamu!" seru Eva kesal pada sang adik. "Yang paling penting, siapa yang sekarang bertanggung jawab terhadap karung beras ku?!" seru Ibu-ibu gendut. "Sudah saya bilang kan, Bu. Kalau minta tanggung jawab pada dia. Dia yang jelas-jelas nabrak saya saat saya menyebrang jalan!" seru Eva berusaha memprovokasi sambil menuding Yana."Itu fitnah. Saya mengendarai motor saya dengan lambat, dan mendadak ada dia yang menyebrang kearah saya. Logika saja lah. Kalau memang mau menyebrang dengan selamat, kenapa harus saa
Read more

Bab 34. Kejar-kejaran dalam Pasar

"Tunggu! Jangan lari kalian!" seru satpam pasar. Lelaki itu segera mengejar tiga orang tersebut dengan dibantu oleh beberapa karyawan toko kelontong."Cepet lari, Met!""Ayo lari, Tita!""Ya Tuhan, ada apa sih ini? Kenapa aku juga harus berlari?" tanya Slamet bingung. "Nanti kami jelaskan di rumah!""Tapi bentor ku masih tertinggal di pasar!""Sudahlah. Bentor kamu diambil nanti. Kan kuncinya kamu bawa!""Jangan banyak omong! Ayo kita berpencar saja!" "Woy, jangan kabur!""Jangan lari kalian!""Tanggung jawab kalian!"Seruan-seruan antara orang yang dikejar dengan orang yang mengejar saling bersahutan. Sedangkan Tita, Eva, dan Slamet berlari kian kencang. Ketiga nya berpencar dan berlari secepat mungkin. Namun, secepat-cepatnya mereka berlari, mereka tetap tertangkap karena semakin banyak orang yang mengejar. "Kamu mau kemana, Bu? Jangan lari setelah membuat gaduh dan rusuh!" seru satpam itu sambil menggelandang Eva dibantu oleh seorang lelaki berbadan kekar. Eva terdiam dan tamp
Read more

Bab 35. Ada apa dengan Ayah Yana

"Dulu, mereka adalah suami dan iparku," sahut Yana akhirnya dan membuat semua yang ada di toko tersebut terkejut. "Apa?""Tapi kalau mantan mertua dan mantan suami kamu, kenapa mereka tega sama kamu? Seharusnya kan tetap bisa saling menghormati?"Mulai terdengar gumaman-gumaman dari orang-orang yang berkerumun di sekitar Yana. "Wah, mana saya tahu alasan tentang mengapa mereka mengusik saya. Coba tanyakan langsung pada mereka kenapa mereka menjahili saya," sahut Yana dengan tenang. Terdengar gumaman dan gemuruh bersahut-sahutan."Untung saja keluarga suami saya tidak jahat.""Waduh, kalau sudah jadi mantan keluarga, jangan jahat-jahat dong sama mantan adik ipar.""Aduh, aku enggak akan mau deh jadi keluarga mereka. Hiii."Wajah Eva, Tita, dan Slamet memerah. "Ayo kita pulang, Mbak," bisik Slamet mendadak. "Ayo, Met," sahut Tita. Sedangkan Eva tidak menyahut dan tetap terdiam tapi melihat Yana dengan penuh dendam. "Ya Tuhan, masih ada yang dendam sepertinya!""Hei, Bu! Jangan ke
Read more

Bab 36. Slamet ingin Kembali

Ibu dan Yana segera keluar dari ruang makan menuju ke ruang depan. Tampak dua orang berdiri di depan pintu rumah yang memang terbuka karena kedatangan Yana. "Astaghfirullah! Kok bisa suami saya mendadak pingsan?" tanya Ibu Yana dengan cemas. "Saya kurang tahu. Yang jelas tadi saat kami sedang mencangkul sawah dan pak Purnomo mengawasi kami dari pinggir sawah, mendadak kami melihat pak Purnomo pingsan.""Lalu sekarang dimana Bapak saya?""Sudah diantar ke puskesmas.""Baiklah, saya kesana sekarang. Ayo Bu, kita berangkat. Ibu saya bonceng saja."Ibu Yana mengangguk. "Iya sebentar. Ibu ambil uang dulu.""Tidak usah Bu, Yana bawa duit lumayan di dompet Yana. Ibu tidak perlu membawa uang lagi.""Tapi Ibu cuma pake daster nih sekarang. Sepertinya harus ganti dulu dengan gamis."Yana menggeleng lagi. "Tidak usah, Bu. Ayo kita berangkat sekarang."Ibu Yana berpikir sejenak lalu langsung mengunci pintu dan mengikuti Yana naik motornya. Yana melajukan motornya mengikuti kedua lelaki yang t
Read more

Bab 37. Tidak Punya Uang Saat Menjenguk Anak

"Yana memang sekarang menjadi sangat cantik. Ah, gimana kalau aku mencoba meminta maaf dengan tulus padanya? Siapa tahu dia akan kembali padaku. Apalagi sudah ada Fajar diantara kita berdua," gumam Slamet."Tapi gimana kalau Yana menolakku? Dia kan sudah punya suami? Aduh, pening aku!" bisik Slamet sambil menarik kailnya ke atas karena sudah ditarik oleh ikan. Slamet membawa ikan tersebut dan memasukkannya ke dalam kantung yang terbuat dari bambu. Lalu mengaitkan umpan ke tali pancing dan melemparkannya ke sungai sekali lagi. "Ah nggak tahu lah. Aku akan mencoba untuk menjenguk Fajar saja nanti. Sekalian bisa lirik-lirik si Yana," gumam Slamet bersemangat. Lelaki itu bersiul-siul dan semakin bersemangat saat memancing. Sehingga mendapatkan ikan yang banyak. Kemudian Slamet pun masuk ke dalam sungai dengan membawa pengki yang terbuat dari bambu dan yang biasa digunakan untuk menampung sampah saat menyapu, tapi kali ini dia gunakan untuk menjaring ikan kecil. "Hm, sudah cukup banyak
Read more

Bab 38. Menantu Idaman

Bagas menyalami Ayah dan Bunda Yana dengan takzim. Lalu setelah itu menyalami Dina dan Ali. Kedua kakak Yana tampak sangat bahagia melihat Bagas. "Mas Ali, kenapa senyum-senyum?" tanya Bagas heran. "Aku cuma merasa bahagia melihat kamu dan Yana."Bagas mengerutkan keningnya. "Kok bisa?""Karena suaminya yang dahulu sangat jahat dan tidak perhatian pada Yana. Tapi sekarang kamu sangat perhatian bahkan pada ayah kami."Bagas tersenyum. "Saya sangat mencintai Yana, keluarga Yana adalah keluarga saya juga. Jadi Ayah adalah Ayah saya juga."Semua yang ada di ruangan itu tersenyum bahagia mendengar ucapan Bagas. Sedangkan Yana tersipu. Pipinya bersemu merah. "Semoga kalian langgeng dan bahagia selamanya.""Aamiin. Terimakasih untuk doanya. Doa yang sama untuk mbak Dina dan mas Ali."Ayah Yana tersenyum mendengar perkataan Bagas. "Ayah juga lega karena Yana sudah menemukan suami yang baik. Kalaupun Ayah harus meninggal, Ayah ikhlas," sahut Ayah Yana tersenyum."Ayah bilang apa sih? Ayah
Read more

Bab 39. Berebut Anak

"Ma-malam Yan. Aku kesini karena ingin menjenguk Fajar. Apa boleh?" tanya Slamet dengan ragu-ragu. Yana menoleh pada Bagas. Bagas menganggukkan kepalanya. "Boleh saja. Masuk saja dulu ke dalam," sahut Yana.Slamet mengangguk. Sejenak ragu untuk menyalami Yana dan Bagas atau tidak. Namun akhirnya, Slamet pun mengulurkan tangannya ke arah Bagas dan Yana.Bagas tetap terdiam dan masuk ke rumahnya dengan kaku, sementara itu Slamet mengikuti langkah kedua pasutri itu dengan canggung. "Duduk, Mas," tukas Yana basa basi. "Sebentar ya, aku bawa Fajar kesini."Slamet mengangguk dan segera duduk di sofa empuk di rumah Bagas. Sedangkan sang empunya langsung berlalu menuju kamar. Slamet memandang ke sekeliling ruang tamu rumah Bagas. Tampak besar dan indah. 'Kamu kayaknya hidup enak sekarang, Yan. Jauh daripada dibandingkan denganku,' batin Slamet minder.Rumah Bagas memang besar. Berbentuk L dan terdapat dua pintu depan. Bangunan yang menghadap utara digunakan untuk rumah Bagas dan Yana. S
Read more

Bab 40. Gelut!

"Berhenti! Fajar tidak akan kemana-mana!"Yana dan Slamet menoleh. Terlihat Bagas dengan langkah tegak melangkah ke arah Slamet. "Jangan bawa Fajar kemana-mana!" seru Bagas tegas. Slamet berdiri dari posisi jongkoknya dan memandang nyalang ke arah Bagas. Keduanya berhadapan. Wajah Ani tampak ketakutan. "Mbak, ayo kita pindahkan anak-anak ke kamar," pinta Yana. Ani mengangguk. Kedua perempuan itu lalu menggendong Fajar dan si kembar kembali ke kamarnya. "Tunggu. Mau dibawa kemana anakku? Aku masih ingin menggendongnya."Slamet berlari ke arah Yana untuk merebut Fajar. "Tunggu! Kamu sedang emosi. Tidak baik menggendong anak kecil saat hati sedang emosi," tukas Bagas sambil menahan bahu Slamet. Slamet menoleh. "Lepaskan! Tahu apa kamu tentang anakku? Akulah ayah kandungnya. Aku lebih berhak padanya. Kamu ayah sambung, nggak akan bisa menyayangi Fajar."Bagas tersenyum."Oke. Aku lepas."Bagas melepaskan cekalan tangannya dari bahu Slamet. "Apa kamu sadar kalau kamu telah melakuk
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status