Tapi, Farhan sama sekali tak mengindahkan. Farhan puas, beberapa hari lalu dia berhasil menghadiahkan bogem mentah pada kakaknya. Bahkan, dia yakin, Firman tak menyadari kalau itu dirinya. Karena begitu Firman terhuyung, dia langsung bergegas pergi. Laki-laki mana yang rela, jika kekasih hatinya disakiti. Bahkan, oleh orang terdekatnya sendiri. Farhan mengulum senyum, saat melihat, bekas kebiruannya masih jelas di wajah Firman. “Ngapain kamu kembali ke sini, Mas? Bukannya seharusnya kamu di Surabaya?” tanya Citra begitu Farhan sudah pergi. Sebenarnya, Citra melihat lebam di wajah Firman. Namun, dia malas untuk bertanya. Rasa sakit hati, membuat hati Citra pun turut membeku. “Aku akan meluluskan keinginanmu. Tapi ijinkan aku sekali saja bersamamu. Untuk terakhir kalinya. Setelah itu, aku tak akan menganggumu lagi.” Firman melangkah ke kamar. Citra mengernyit. “Apa maksudmu, Mas?” tanya Citra setelah mengikuti Firman masuk ke kamar. Firman sudah duduk di sisi ranjang. Citr
Baca selengkapnya