Home / Pernikahan / AKU TAKKAN MENYERAH, MAS! / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of AKU TAKKAN MENYERAH, MAS!: Chapter 21 - Chapter 30

52 Chapters

Bab 17 A

Pagi-pagi sebelum berangkat kerja, seperti biasa aku menghidangkan sarapan untuknya.Mas Bayu tidak menyukai sarapan yang terlalu berat. Hanya roti bakar dengan olesan krim keju atau krim coklat dan juga segelas kopi dengan kreamer dan gula.Aku tidak membahas apa yang akhir-akhir ini kulihat tentangnya. Pun juga tidak membahas sikapnya yang berubah. Aku ingin menunggu saat yang tepat. Biarlah saat ini aku pura-pura tidak tahu saja. Aku ingin tahu, apa yang akan Mas Bayu lakukan kemudian. Toh, posisiku jauh lebih kuat dari seorang Sinta. Aku istri sahnya. Aku diterima di keluarganya. Dan aku juga mengandung anaknya. Hanya saja, hatinya yang masih separuh kudapatkan. Aku yakin, cepat atau lambat, hati Mas Bayu akan utuh untukku. “Dik, Mama jadi mau ke sini,” Mas Bayu membuka percakapan tanpa menatap padaku. Pandangannya tertuju pada roti bakar yang ditangannya. Sesekali melihat ke cangkir kopi di depannya. Aku hanya diam. Mataku menatap setiap inci pergerakannya. Hingga kurasakan di
Read more

Bab 17 B

Deru mobil berhenti di depan rumah. Segera kuintip dari celah pintu siapa yang datang. Senyumku mengembang saat terlihat seorang ibu seusia ibuku keluar dari pintu penumpang. Bergegas aku berlari keluar untuk menyambutnya. “Kamu sehat kan, Ndhuk?” tanya Mama Mertua saat aku mencium punggung tangannya. Lalu kami berjalan masuk beriringan. Kubantu Mama membawa tas bawaannya dan masuk ke dalam kamar yang telah tersediakan untuknya. Ibu mertua datang sendirian karena bapak mertua belum pensiun dan masih harus bekerja di kantor. Sejak kami menikah, sebenarnya Mama mertua ingin segera melihat tempat tinggal kami. Namun, Mas Bayu selalu mengulur waktu. Dulu, karena kami masih tinggal di rumah petak. Dan kini, tak ada lagi alasan baginya untuk mengulur kembali setelah kami pindah di rumah yang lebih lega. “Alhmadulillah, Ma,” jawabku seraya meletakkan tas tenteng itu di atas ranjang di kamar tamu. “Mama mau bersih-bersih dulu, atau ngobrol dulu? Anita buatkan teh panas,” tawarku. Ha
Read more

BAB 18 A.

Kepulangan Bayu ke rumah orang tuanya saat itu, seolah menjadi titik balik pagi Sinta. Gadis yang sudah selama karir Bayu di kantor, menjadi pacarnya. Hampir tiga tahun menjalin hubungan, bahkan sudah berencana hendak ke jenjang serius, terpaksa terhempas begitu saja. “Mamaku menjodohkanku dengan wanita pilihannya, Sin,” ujar Bayu dengan berat. Rongga dadanya serasa sesak menyampaikan kabar itu. Tapi, diapun tak kuasa menolak keinginan mamanya. Tak ada alasan sakit atau pun warisan yang rata-rata menjadi alasan perjodohan. Tapi hanya semata-mata tradisi keluarganya, menikah dengan berjodoh di lingkaran keluarga besarnya. Bayu bukan tak kenal Anita. Tapi sudah menganggap Anita sebagai adiknya. Tak tega rasanya menolak perjodohan itu. Anita selain masih ada hubungan saudara jauh, juga mamanya dan mama Anita berteman dekat. Sejak remaja Anita telah dibidik oleh sang mama untuk dijodohkan dengannya. Bukan Bayu tak tahu atas perjodohan itu dan tetap melanjutkan hubungan dengan Sinta. Da
Read more

Bab 18 B

Siang itu, hari libur karena akhir pekan. Anita ingin mengajak mama mertuanya jalan-jalan. Tidak enak rasanya jika hanya membiarkan Mama mertuanya tinggal di rumah, sementara dia juga sedang libur bekerja. Bayu sudah pergi sejak pagi. Meskipun ada mamanya di rumah, namun ia tak terlalu terganggu dengan rencananya. Ada lembur, begitu alasannya. Anita memilih untuk tidak peduli meski dia pun merasa bahwa mama mertuanya mulai menaruh kecurigaan. Baginya, dia hanya perlu bahagia tanpa memikirkan hal-hal yang mengusik pikirannya. Jika Bayu tak memedulikannya, buat apa dia peduli? Jika Bayu tak mau menjaga perasaannya, buat apa dia melakukan hal sebaliknya? Meski melihat hal yang janggal dalam hubungan menantu dan putranya, Mama Bayu hanya diam. Dari sikapnya, Mama Bayu tahu kalau menantunya sedang menutupi hal yang tidak beres. Mama Bayu memilih tidak memihak hingga menunggu saat yang tepat untuk bertindak. “Makan di restoran saja, Ma. Aku pengen makan yang berkuah dan pedes,” ujar
Read more

Bab 19A

Akhirnya aku dan mama Mas Bayu mengurungkan niat melanjutkan jalan-jalan di mall ini.Kami memilih pulang.Hatiku seperti diremas-remas menyaksikan pemandangan tadi. Demikian juga dengan mama mertuaku. Beliau masih terlihat menyimpan amarahnya. Sepanjang jalan, mama Mas Bayu hanya diam. Dadanya masih terlihat naik turun. Aku tak berani menanyakan apapun pada beliau, kecuali saat kita sudah sampai di rumah. “Minum dulu, Ma,” ucapku demi menetralisir amarahnya.Aku tahu, mama pasti kaget melihat pemandangan itu. Pasti beliau tak menyangka kalau putra kesayangannya mampu bertindak seperti itu dibelakangnya.Setahuku, mama sangat menyayangi Mas Bayu. Demikian juga sebaliknya. Mas Bayu tak pernah berani mengecewakannya. Termasuk dalam urusan perjodohanku dengannya ini.Tapi, kenapa harus aku yang menjadi korbannya? Aku memang sejak dulu mencintai Mas Bayu. Aku mengaguminya. Bahkan, menikah dengannya serasa bagai mimpi yang menjadi kenyataan. Laksana terkabulkannya doa yang selama ini ku
Read more

Bab 19 B

“Mama sudah pesan tiket. Sebentar lagi taksi datang. Mama pulang. Mama tak mau melihat anak mama yang tak tahu diri ini, hingga dia mau memperbaiki kesalahannya,” tukas mama Mas Bayu.Mata tua itu menatapku sambil berkaca-kaca. “Mama. Mama jangan bilang begitu. Anita tidak apa-apa,” tukasku.Aku memeluk wanita yang telah kuanggap sebagai ibuku sendiri ini. Baliau sangat menyayangiku. Aku tahu beliau terluka atas apa yang dilihatnya tadi. Tapi, itulah kenyataan.Memang sungguh menyakitkan. Dan aku memilih tak mengatakan pada beliau, hingga beliau melihatnya sendiri. Apakah aku jahat? “Mama minta maaf, Anita. Mama tak bisa mendidik Bayu,” tukas beliau lagi. Wanita itu tak mau melirik pada putranya. Bahkan beliau meninggalkannya begitu saja, hingga Mas Bayu mengejarnya. “Ma, maafin Bayu, Ma!” Mas Bayu mengejar Mamanya.Bahkan, beliau tak mengindahkan saat Mas Bayu hendak membantu membawa tas ke taksi. Mama tampak sangat kecewa.Aku hanya dapat menghela napas. Ada rasa pedih tatkala s
Read more

Bab 20 A

Aku terdiam mematung. Sinta lagi yang ada dalam pikirannya. Sinta lagi yang menjadi prioritas baginya. Pantas saja jika mamanya marah dan malu padaku. Bahkan, aku tak pernah dianggapnya. Segera kutepiskan pikiranku. Bukankah aku sudah berjanji tak akan memikirkan Mas Bayu lagi. Bukankah aku berjanji membuat diriku sendiri bahagia, dan tak perlu memperdulikannya? Aku menyeringai hampa. Kuputuskan bersiap ke kantor. Di kantor, aku lebih leluasa melupakan masalah hidup rumah tanggaku. Aku bisa menutupi semua kegelisahanku dengan menenggelamkan diri dengan pekerjaan. [Dik, habis pulang kerja, ke rumah sakit, ya] Pesan Mas Bayu masuk ke ponselku. Aku hanya membacanya sekilas. Ada rasa nyeri di dadaku. Buat apa aku harus ke rumah sakit? Buat apa aku harus terlibat pada masalahnya? Toh, harusnya dia bersyukur aku tak melarangnya pergi ke rumah sakit menyambangi tambatan hatinya itu. Tak lama Mas Bayu membagikan lokasinya. Kuhembuskan napas dengan kasar. Ada rasa kesal. Tapi, baikl
Read more

Bab 20 B

“Aku tak ingin membicarakan apapun tentang dia. Kalau Mas Bayu masih membicarakannya, lebih baik kita pulang. Aku lelah. Aku pengen cepet istirahat,” ujarku mengakhiri pembicaraan yang bagiku tak ada gunanya ini. Mas Bayu mengangguk, lalu ia menghela napas. Aku memang sedang tak ingin mengalah padanya. Karena aku tahu, aku sudah kalah. Aku hanya ingin mempertahankan apa yang menjadi hakku. Selama makan, Mas Bayu hanya diam tak berbicara. Begitupun denganku. Sejak aku melihatnya berdua dengan Sinta di kantin pada hari itu, aku memang memilih menjaga jarak. Tapi, rupanya dia tak pernah peka. Dia tak pernah merasa ada yang salah dengannya, hingga peristiwa saat mamanya menamparnya di mall siang itu. Apalah arti pria romantis jika dia memberikannya pada wanita yang salah. Wanita yang tak punya hak sama sekali. Tiba di rumah, Mas Bayu masih diam. Dia lebih banyak melamun. Mungkin karena kekasihnya terbaring di rumah sakit. Aku tak peduli. Aku memilih segera membersihkan diriku
Read more

Bab 21 A

“Hai, Bayu! Tumben jauh amat makan siangnya!” sapa seorang lelaki dengan setelan baju kerja. Sepertinya ia adalah teman Mas Bayu. Aku tak terlalu memperhatikannya. Malas aku berhubungan dengan teman Mas Bayu. Semua telah mengecewakanku. Aku kecewa karena rata-rata mereka mendukung hubungan Mas Bayu dengan Sinta. Bahkan, saat mereka tahu aku istri Mas Bayu, malah mereka menatapku dengan tatapan iba. Mas Bayu menoleh ke sumber suara itu. “Hai, San. Ketemu di sini,” sahut Mas Bayu. Raut muka Mas Bayu yang tadi sangat perhatian padaku, kini sedikit berubah tatkala melihat siapa yang menyapanya. “Tumben nggak bareng Sinta?” tanya pria itu. Deg! Mendengar nama itu disebut, tiba-tiba saja wajahku terasa pias. Mataku menjadi berkaca-kaca. Debaran jantungku terasa berdentum lebih kencang. Beginikah rasanya menjadi orang ketiga? “San, kenalin. Ini Anita, istriku,” sahut Mas Bayu. Aku masih menunduk, menahan butiran bening di mataku yang siap tumbah. Sakit rasa hatiku. Semua teman Mas
Read more

Bab 21 B

Sore ini, aku pulang sendiri lagi. Mas Bayu ada lembur di kantornya. Baru aku berjalan beberapa langkahku terhenti. Lelaki yang tadi siang bertemu dengan Mas Bayu, tiba-tiba sudah ada di hadapanku. “Ada apa, Kak?” tanyaku tanpa basa-basi. “Kita bicara sebentar,” tukasnya. Wajahnya melihatku dengan tatapan serius. Di sudut lobi gedungku, ada café. Lelaki itu mengajakku ke sana. Sebenarnya, aku jarang pergi atau sekedar makan minum dengan pria yang aku tak mengenal dekat. Paling banter, pasti yang aku sudah sangat akrab. Misalnya teman kantor atau teman kuliah. Sementara Kak Hasan? Aku tak pernah mengenal dekat. “Aku baru tahu kalau Bayu sudah menikah,” tukasnya. Lelaki itu kembali duduk di hadapanku setelah memesan dua minuman untuk kami. Sementara, sedari tadi aku hanya menantinya di kursi yang aku pilih. Di pinggir dekat kaca, sehingga mudah bagiku melihat ke arah luar. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Tak tahu harus berkata apa. “Kamu kenal Mas Bayu di mana?” ta
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status