Aku tak tahu apa yang mereka sedang bicarakan. Ada Mas Bayu, ada orang tua yang kuduga mama dan papa Sinta. Sepertinya mereka membicarakan masalah yang serius. Kak Hasan hanya mengambil gambar dari balik jendela kamar itu. “Sudah, Kak,” ujarku. Aku tak tahan. Aku ingin segera mematikan sambungan telepon ini. Aku ingin menenangkan hatiku yang teramat nyeri. “Anita dengar, aku janji. Ini terakhir kalinya Bayu menemui Anita. Setelah ini, Bayu akan menjadi milikmu,” ujar Kak Hasan penuh percaya diri. Aku tak mengerti maksudnya. Tapi, hatiku terlanjur sakit. Andai tadi aku tak menyalakan video itu, mungkin aku tak sesakit ini rasanya. Aku hanya terduduk di lantai hingga beberapa saat lamanya, hingga tak sadar suara deru motor Mas Bayu berhenti di depan rumah. Saat pintu dibuka, aku menoleh ke arahnya, tanpa ada keinginan untuk bangkit dari posisiku. Aku ingin melihat reaksi Mas Bayu saat melihatku terpuruk seperti ini. Terpuruk karena kebohongannya. “Dik, kamu kenapa?” Mas Ba
Read more