Home / Rumah Tangga / Tergoda Adik Ipar / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Tergoda Adik Ipar: Chapter 101 - Chapter 110

119 Chapters

101. Kasari Aku!

Jun tidak menjawab. Perkataan manis tidak dibutuhkan oleh mereka. Hasrat dan naluri serta pemenuhan. Itu yang keduanya perlukan.Tidak ada kalimat penuh cinta dari Jun atau balasan akan hal itu dari Cosi.Jun datang mendekat untuk mencium. Sesuai apa yang diminta Cosi darinya.Cosi lebih membuat kewalahan daripada sebelumnya. Bahkan wanita itu sengaja menggesekkan perutnya di kejantanan Jun yang tegang dan menusuknya.“Jun, tolong lepaskan pakaianku.” Cosi meminta, dalam damba dan serak suaranya.Jun menurut. Menurunkan pandangan dan tangannya dari Cosi ke pakaian wanita itu. Mudah saja. Terusan Cosi langsung meluncur turun dalam sekali tarikan.Belum melepas kaus dan celana pendeknya, Jun menunggu aba-aba dari Cosi. Dia tidak akan bertindak, sebelum kakak iparnya itu memintanya melakukan sesuatu.Dalam sekejap, Jun sudah berhasil menelanjangi Cosi. Membiarkan dirinya menatap tubuh indah Cosi meski sudah melahirkan satu putra yang kini berusia empat tahun.Masih sangat bagus. Payudara
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

102. Denganku Malam Ini

Jun tidak perlu bertanya ‘apa kau baik-baik saja?’ Atau ‘katakan jika kau merasa tidak nyaman’ pada Cosi. Permainan mereka bahkan belum dimulai.Bukan kekerasan yang akan coba diberikan oleh Jun, tapi permainan kasar yang mendominasi.Setelah menindih, Jun turun ke bawah. Membuka kedua kaki Cosi lebar-lebar dan menaikkan salah satu ke pundaknya. Desahan Cosi tertahan mana kala mulut Jun mencicipinya. Mendapatkan semuanya dalam sekali hisap.Minim suara. Tidak ada kalimat manis yang terlontar, sampai Cosi merasa resah sebab Jun cuma terus mengasarinya dengan mulut dan jari secara bergantian. Kapan penyatuan dimulai? Dia sungguh gelisah menunggu.“Jun, masuki aku. Kumohon.” Cosi menahan lengan Jun yang siap menggali lewat lidahnya lagi.Mereka saling tatap dalam kabut gairah dan hasrat membara. Deru napas yang menggebu dan tidak teratur berganti erangan akhirnya lepas, ketika Jun menyentak masuk tanpa hambatan. Cuma sedikit kesulitan diawal, sebab Cosi yang sudah lebih dari setahun tida
last updateLast Updated : 2023-07-29
Read more

103. Penuh Perasaan

Memperhatikan Cosi yang tidurnya tidak cantik sama sekali, membuat Jun menahan tawa.Setelah lelah semalaman, Cosi akhirnya tumbang dengan kondisi hati senang bahkan tidak sempat membersihkan diri dari sisa seks panjang mereka.Dan lihatlah sekarang. Sepertinya, kualitas tidur Cosi meningkat beberapa persen. Terbukti dari nyenyaknya wanita itu tidur saat ini.Mulut sedikit terbuka, kedua tangan terentang lebar seperti ingin terbang, lalu kedua kaki yang bebas menendang ke sana kemari, sesekali.Jun bersabar ketika satu ranjangnya menjadi milik Cosi. Dia duduk ditepi, memperhatikan ‘istri’-nya tertidur.Kenikmatan yang didapatkan Cosi adalah kerja keras Jun. Tanpa keluhan, apalagi protes, dia mengikuti semua kemauan Cosi. Dengan begitu, rasa bersalah yang terus bersarang di dalam dirinya, perlahan-lahan terkikis.Turun dari tempat tidur, Jun pergi ke kamar mandi. Membiarkan tubuhnya tersiram di bawah tetesan air dingin pagi hari.Jun terkejut saat pintu tergeser ke samping. Cosi muncul
last updateLast Updated : 2023-07-30
Read more

104. Cintanya Hanya Untukku

Bagi Jun, kepuasan Cosi yang utama. Jadi dia akan mengulangi seks mereka tanpa keluhan, ketika Cosi merasa belum mendapatkan apa yang dimau.“Pinggangmu baik-baik saja?” tanya Cosi. Akhirnya dia sadar bahwa pinggang mereka bekerja begitu keras seharian ini.“Tidak begitu baik,” jawab Jun canggung. Haruskah mereka membahas soal kondisi pinggang setelah seks tiada henti berlalu?“Sepertinya, kita perlu menyimpan tenaga untuk besok.” Cosi menepuk-nepuk punggung telanjang Jun, lalu memijat kedua pundaknya. Perkataannya jelas bertujuan ingin melakukannya lagi.“Aku tidak apa-apa, Cosi.”“Pijatanku tidak enak, ya?” Cosi mengintip dari balik pundak Jun, mencoba melihat ekspresi Jun.“Bukan begitu. Pastinya kau juga lelah. Sebaiknya mandi dan istirahat.” Melirik lewat bahunya, Jun baru menyadari bahwa mereka rupanya saling tatap dan Cosi tanpa sadar berinisiatif lebih dulu untuk mengecup pelan bibirnya.“Terima kasih untuk segalanya, Jun.” Senyum Cosi dan ucapannya selaras, tulus.“Ini tugask
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

105. Aku Ingin Bayi

Cosi tidak mengeluh, meski dia merasakan remuk di sekujur tubuh. Baru terasa sekarang, setelah seks-nya berakhir. Tadinya, begitu tidak ingin berhenti.Bersama Kun, hanya peluk cium yang intens. Tidak lebih dari itu. Selain karena Kun tidak mengarah lebih jauh, Cosi takut akan ditolak lagi. Penolakan kesekian kalinya. Cukup setahun belakangan dia merasakannya.“Kau masih sama,” bisik Kun, mesra.Cosi menanggapi dengan mata yang tidak ingin menatap suaminya. Gelisah andai Kun menemukan sisa gairahnya yang masih meninggalkan bara. Hasrat yang tadinya bergelora bersama Jun.Dia ... bukan pengkhianat, ‘kan?Cosi teramat takut dilabeli ‘murahan’ oleh Kun. Seakan namanya tak boleh cacat di mata suaminya, suami pertamanya.“Apa yang sedang kau sembunyikan, hmm?” Kun mengecup daun telinga Cosi. Suaranya berupa desahan menggoda, tapi dia tahu Cosi tidak akan tertarik lagi, karena sudah ‘kenyang’ oleh milik Jun.“Tidak ada, Sayang. Aku cuma ....”“Lelah?” tebak Kun. Senyumnya membuat Cosi secep
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

106. Tidak Pernah Bosan

“Karena rasanya tidak adil, Jun.”Jun tertawa. Kenapa baru sekarang? Walau memang belum terlambat.“Kau berubah pikiran?” Jun tidak yakin soal itu.“Hanya sempat berpikir begitu, tapi aku cuma mengungkapkannya saja. Belum berani mengubah keputusan.”Jun tidak merasa tersinggung. Lagipula, tidak terpikir mereka akan memiliki bayi bersama.“Jangan lakukan jika kau ragu.”“Tapi aku memiliki keinginan itu jauh di dalam hatiku.” Cosi merasakan debaran. Bahkan dia meraih tangan Jun untuk diletakan di perutnya. “Bayangkan kehidupan baru muncul di sini karenamu, Jun.”Tidak merasakan apa pun, Jun hanya ingin menyenangkan Cosi, seperti seharusnya. Tanggungjawabnya. Dia cuma heran dan bingung kenapa Cosi tiba-tiba begitu mendalami perasaannya sendiri.Ada apa?Mungkin El saja sudah tidak lagi cukup untuk Cosi. Wanita itu menginginkan bayi sebagai adik El. Menginginkan, tapi tidak menginginkan. Seperti itu gambarannya.“Maukah kau mengusap perutku?”Permintaan itu terkabul tanpa jawaban. Jun men
last updateLast Updated : 2023-08-06
Read more

107. Mun dan Matrix

Matrix berekspresi tegang tanpa bisa disembunyikan. Bagaimana mungkin Rejinan meletakkan barang Mun Kamli di meja kerjanya?“Kau salah lihat. Bukan foto, tapi kapsul. Tapi itu tidak mungkin diletakkan begitu saja di mejanya.”Kun terbahak-bahak. Senang sekali rasanya, sebab Matrix masuk perangkapnya. Atau memang berkat ramuan ‘penyiksa’ bukan ramuan kejujuran seperti yang dikatakannya pada Fla.“Kapsul untuk membuat adikku cacat?”“Tidak. Aku dan Rejinan tidak berbuat jahat pada adikmu. Kami ... kami melanjutkan apa yang telah dimulai oleh ayah kalian.”Barulah wajah penuh tawa Kun berubah. Menjadi serius dengan kening yang mengernyit. “Memangnya, apa yang telah dimulai oleh ayahku?”“Ayahmu dan aku berprosfesi sama. Kami peneliti. Namun ayahmu kerap melakukan percobaan berbahaya,” jelas Matrix yang langsung dirasa Kun sangat omong kosong.“Mana mungkin. Ayahku seorang karyawan sebuah perusahaan besar,” bantah Kun. Meski akhirnya dia sendiri ragu, sebab ayahnya meninggal tanpa sebab p
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

108. Apa Kau Yakin?

“Aku tidak tahu secara pasti. Sebab ibumu melarang kami melakukan autopsi pada mayat ayahmu. Secara pintas melihat, kecelakaan sepulang kerja. Mengantuk saat menyetir hingga terjadi kecelakaan tunggal.”Benar. Sepertinya tidak ada yang berniat membohonginya. Kalau pun iya, haruskah dia mulai mencari dari hal paling dasar?“Jadi, adikku mengalami petualangan nyata dalam komanya?”Matrix mengangguk. Sebenarnya, tanpa ramuan siksaan ini pun, dia berencana untuk jujur pada Tiska dan kedua putra Mun, tapi memang dia sangat keterlaluan. Sebab sampai detik ini, tidak ada keberanian baginya berhadapan langsung dan menceritakannya pada mereka.Pecundang. Pengecut.Dengan begini, tidak ada lagi kata mundur. Sebenarnya memang sudah seharusnya jadi begini. Dia akan menyerah. Menganggap semua adalah takdir yang telah diatur sedemikian rupa oleh semesta.“Setiap momen yang terjadi adalah mimpi yang nyaris nyata. Semua yang berjalan seperti kehidupan adalah momen milik ayah kalian.”Kun menjadi pena
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

109. Perasaan Yang Mendalam

“Tidak,” geleng Sid, tanpa berani menatap Jun lebih lama lagi.Karena terbiasa curiga, Jun yakin ada sebab dibalik keputusan Sid yang rasanya sangat ganjil mengingat wanita itu baru kembali ke Hong-J setelah pergi selama empat bulan.Namun Jun memutuskan untuk tidak campur, tapi dia akan coba untuk membuat Sid memikirkan kembali keputusan yang bagi wanita cerah ceria itu sendiri, bahkan merasa tidak yakin.“Maka pikirkanlah lagi.”Andai bisa, Sid ingin tetap bertahan di Hong-J, di sisi Jun.“Boleh hanya dalam dua hari ini saja, Pak?”Jun mengangguk. “Silakan. Kau bisa ambil lebih banyak lagi jika waktunya terlalu singkat.”Tidak ada yang mau menunggu. Ayahnya pun begitu. “Cukup dua hari saja, Pak.”Mengerti dan tidak berniat memaksa, Jun bertanya untuk hal lain. “Bagaimana dengan lenganmu?”“Lenganku?” Sid refleks melihat lengannya yang tertutup blus hitam satin. Kemudian sadar apa yang dimaksud oleh atasannya itu. “Oh, kejadian tempo hari? Aku bahkan tidak mengingat lagi, Pak. Sudah
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

110. Kali Ini Saja

Sid melepas genggaman tangan mereka. Tidak langsung menjawab, karena sudah tiba di depan rumah kecil yang ditinggalinya seorang diri. Dia memang menyewa rumah yang dekat dengan Hong-J, tapi sesekali akan menginap di rumah ayahnya ketika pekerjaan sedikit longgar.“Menenangkan diri di suatu tempat. Benar-benar hanya menenangkan diri, tanpa melakukan apa pun.” Sid membukakan pagar untuk Jun, menatapnya dalam-dalam.“Itu bagus.” Jun masuk, memperhatikan Sid yang kini tersenyum seolah menyembunyikan sesuatu darinya.Jujur saja, Jun jauh lebih peka sejak terbangun dari koma. Entah karena pengalaman dalam ruang lingkup mimpi tidur panjangnya atau memang ditakdirkan begitu, dia mudah melihat ekspresi orang-orang.Sama seperti saat ini, ketika Jun melihat wajah dan kegelisahan Sid.“Sungguh hanya itu yang kau lakukan selama empat bulan meninggalkan Hong-J?”Sid memalingkan tatapannya dari arah pandang mata Jun. “Emm, itu ... aku juga ... bagaimana ya aku harus mengatakannya?”Alis bertaut Jun
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status