Semua Bab Tergoda Adik Ipar: Bab 91 - Bab 100

119 Bab

91. Tempat Persembunyian

“Cosi!” Jun sudah tiba di anak tangga terbawah dan memanggil. Dia melihat bagaimana wanita itu berbalik, turun satu anak tangga dan panik saat tatapan mata mereka bertemu.“Siapa dia, Cosima?” Pria itu tidak lebih tinggi dari Jun, malah lebih pendek. Bahkan kalah tampan dari Kun, meski berkulit sangat putih, cenderung pucat.Pria Asia. Ya, serumpun dengan Cosi. Tapi mereka tidak serasi sama sekali.“Dia ....” Cosi ragu, sehingga dia melirik Jun yang masih menunggu di anak tangga terbawah.“Aku temannya. Bisa beri kami waktu untuk bicara sebentar?” Jun memutuskan untuk mengatakan kebohongan. Hanya demi menyelamatkan Cosi dari banyak pertanyaan.“Benar, Cosima?” Pria itu bahkan memiliki aksen yang kental.“Ya. Kau duluan saja. Aku akan bicara dengannya di bawah.”Pria itu tampak tidak rela, tapi mengiyakan setelah beberapa detik memperhatikan Jun.“Kau nyaman bicara di sini?” Jun memastikan mereka berada dibalik dinding tanpa karyawan Hong-J yang bisa melihat mereka, kecuali tadi si man
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-26
Baca selengkapnya

92. Kerusakan Saraf

“Ibumu tahu bahwa kakakmu mengalami kondisi serius setelah kecelakaan.”Apa hubungannya dengan rumah dipinggir pantai ini? Jun bingung sendiri. Namun dia pikir, dia harus mendengarkan mereka yang mengingat semua hal, dibandingkan dia yang nyaris tidak ingat apa pun selain memori yang telah ada saat terbangun dari koma.“Kondisi apa? Maksudnya apa, Cosi?” Mata Jun memperhatikan Cosi yang sedang menggantungkan mantel ke tiang gantungan dipinggir jendela. Langit sepenuhnya gelap, tapi rumah ini terang di bawah kerlap-kerlip lampu.Ada kelelahan terpancar jelas dari wajah cantik Cosi yang matanya selalu terlihat menyipit, daripada melebar. Senyumnya tidak lepas seperti yang pernah Jun lihat sejauh ini.Lebih tepatnya, Cosi itu seperti wanita pemurung.“Kun tidak bisa kembali normal setelah kecelakaan yang menimpa kalian setahun lalu.” Cosi menyandarkan pinggulnya ke jendela besar yang langsung menghadap ke pantai. “Ibumu jadi orang pertama yang tahu tentang hal itu.”“Tidak bisa kembali n
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-30
Baca selengkapnya

93. Kita Keluarga

Kepedihan dari suara yang keluar dari mulut Cosi, jelas bukan hinaan untuk suaminya. Justru wanita itu merasa bersalah karena tidak dapat membantu dalam bentuk apa pun.“Bersikaplah di depan Kun seakan kau tidak mengetahuinya, Jun.”“Ya. Akan kulakukan.” Tidak jelas bagaimana Jun harus bersikap, tapi pasti dia wajib tutup mulut.Dia hanya masih terkejut sampai tidak dapat berpikir jernih pada kenyataan yang datang bertubi-tubi.Kun mengalami disfungsi ereksi. Di luar perkiraan. Sama sekali tidak terpikirkan akan terjadi hal-hal seperti itu, ketika dia malah berpikir fokus pada kondisi anggota tubuh Kun yang lain.Sedikit banyak, Jun merasa bersalah. Meski dia tidak ingat letak pasti kesalahannya di bagian mana, tapi menurut cerita ibunya, dia yang meminta Kun untuk datang menjemputnya hari itu.“Bagaimana caraku menebus kesalahanku, Cosi?”Cosi tersentak dengan pertanyaan Jun yang nyaris ditanyakan oleh pria itu seolah hanya pada diri sendiri.“Jun, kau tidak bersalah. Itu bukan salah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-05
Baca selengkapnya

94. Rumah Pantai

“Tempat ini diberikan ibu sebagai hadiah. Agar aku punya ruang untuk melampiaskan kesedihan.”Jun kembali fokus mendengarkan. Ibunya memang seperhatian itu, sepertinya.“Rumah ini milik ayahmu, awalnya. Diberikan pada ibumu sebagai hadiah pernikahan, lalu diturunkan padaku yang cuma menantunya. Aku ... tidak bisa menerimanya, Jun. Namun ibu bersikeras agar aku mau menerimanya. Jadi kupikir, ini akan berakhir diturunkan pada El atau kukembalikan padamu.”“Berikan pada El. Saat dewasa, dia pasti butuh tempat seperti ini pada akhir pekan.” Jun coba melucu walau dasarnya tetap serius. Dia mulai merasa tidak nyaman, sebab malam kian larut dan sepi.“Ide bagus.” Bisa-bisanya Cosi tidak tertawa, walau memang candaan Jun tidak lucu sama sekali, tapi setidaknya, pria itu sudah berusaha.“Kita kembali?”“Kau bosan di sini?” Cosi menanggapi dengan berbeda.“Bukan. Ini sudah larut. Kupikir kita sebaiknya pulang. Angin malam di sekitar pantai tidak baik untukmu.”“Ah, ya.” Cosi setuju dengan seger
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-07
Baca selengkapnya

95. Manajer Hong-J

Ada senyum geli yang disembunyikan oleh Cosi. Dia merasa beruntung bahwa sekarang hubungan mereka punya perkembangan yang bagus.Tidak, tidak. Dia tidak mengharap apa pun. Bukan berpikir mereka harus punya hubungan melebihi kakak dan adik ipar.“Kau tidak melecehkanku, tapi cuma menyentuhku dalam tidurmu.”“Apa?” Seakan ditampar begitu keras, Jun sampai merasakan telinganya berdenging karena pengakuan Cosi.Cosi terbahak-bahak oleh tawanya sendiri. Tidak keberatan andai dia cuma tergelak secara sepihak dengan raut tampan Jun yang berubah bingung, tampak bodoh.“Aku menipumu, Jun. Reaksimu jelek,” balas Cosi. Tentu ini untuk yang tadi. Ada kalanya balasan bukan berarti harus sesuatu yang berbau dendam, tadi itu cuma sedikit bersenang-senang. Lama rasanya dia tidak mendapatkannya dari sang suami.Apa cinta mereka mulai hambar? Tidak. Cosi tidak setuju soal itu. Dia masih sangat mencintai suaminya. Sampai detik ini.Jun membuang napas lega bahwa tidak sekalipun dia berani menyentuh Cosi,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-11
Baca selengkapnya

96. Menawarkan Diri

“Dari dulu, aku tidak pernah keberatan untuk apa pun keinginan Anda, Pak Jun.” Senyum Fla masih seperti tadi, tidak berkurang, malah lebih lebar.Saat Jun ingin mengatakan bahwa dia berniat melakukan beberapa perubahan di kantor, Cosi muncul dengan tiba-tiba.“Jun, ayo pulang. Aku harus ke kantor dalam tiga puluh menit jika tidak ingin terlambat.”“Pak Jun akan pulang bersamaku, Bu.” Sangat sopan, Fla mengatakannya tanpa bertanya dulu pada Jun. Dia berinisiatif sendiri. Akan cocok bila dia dan Jun bersama, karena status mereka yang atasan dan bawahan. Sementara sangat tidak pantas jika kakak ipar perempuan terus menempel pada adik ipar laki-laki. Menurut Fla begitu.“Begitu, Jun?” Tidak serta merta langsung percaya, Cosi menatap Jun tanpa ekspresi apa pun yang bisa dimaknai oleh adik iparnya itu. Dia butuh jawaban.“Ya. Ada beberapa hal yang masih perlu kubicarakan dengan manajer Fla.” Membenarkan, Jun bukan sekedar ingin bicara, tapi dia merasa tidak nyaman jika sampai orang rumah me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-13
Baca selengkapnya

97. Sidney Rubeus

Cosi menangis tanpa suara. Air matanya benar-benar membanjiri pipinya. Dia merasa bersalah. Tidak sekalipun menyalahkan Jun, apalagi Kun, karena telah jadi begini.“Cosi, tolong lakukan. Jangan buat aku semakin merasa bersalah padamu. Kita bisa buat aturan yang akan kita sepakati bersama. Harus adil. Ketiga belah pihak tak boleh merugi. Jika rugi, semua harus mendapat satu sama. Bagaimana?” Kun masih tetap tidak berhenti membujuk. Rasanya aneh, memang ini gila, tapi baginya lebih baik begini daripada bercerai atau membiarkan Cosi diam-diam melakukan seks dengan pria di luaran sana atau pria bayaran yang tidak jelas.Di sini, ada Jun yang tanpa berat hati bersedia menggantikan perannya, menutup rahasia dan ikut aturan mereka berdua.Kun tahu bahwa meski Cosi bersikeras akan menahan diri dan tidak jatuh ke rayuan di luar sana, tapi dia ragu. Setahun tidak disentuh, sementara Cosi hampir setiap hari berinteraksi di kantor dengan rekan pria, tidak serta merta meredam hasrat normalnya begi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-15
Baca selengkapnya

98. Ada Apa?

Meski sudah tahu, tidak akan ada perubahan apa pun, jadi Jun tidak bertanya pada manajer Fla tentang Sidney Rubeus.“Manajer Fla, agendaku hari ini?” Jun merapikan dasinya, mungkin ini bukan dirinya yang biasa, sebab Tiska maupun Fla begitu terpana pada penampilannya hari ini.“Tidak ada agenda keluar, Pak. Biasanya Anda memeriksa sendiri ke dapur untuk memastikan bahwa bahan baku sesuai standar kualitas yang Anda inginkan,” jelas Fla sambil melirik Jun dengan senyum. Memang bagus sekali jika keadaan serba baru seperti ini.Fakta bahwa Jun adalah pemilik Hong-J tak bisa dibantah, tapi kenyataan lainnya lebih unik. Bos mereka tidak ingat apa pun. Semua berjalan seumpama hidup baru baginya. Seperti sudah diatur, tinggal menjalankannya saja.Namun sejauh ini, Fla tidak berniat mengambil kesempatan apa pun karena kondisi bosnya.“Hanya kau yang tahu soal keadaan Jun. Meski nantinya karyawan lain akan menyadari ketidakmampuan Jun dalam mengingat banyak hal, terutama kinerjanya yang lalu se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-20
Baca selengkapnya

99. Menyegerakan Niat

Para penghuni dapur bergerak cepat untuk membantu. Keadaan yang mulanya tegang, kembali tenang.Bagus sekali karena Jun bisa menyembunyikan raut wajahnya yang hampir tidak terkendali, saat semua orang mengerumuninya dan wanita itu.“Pak, Anda tidak apa-apa?”“Pak, sebaiknya Anda kembali ke ruangan saja dulu. Nanti bisa dilanjutkan kembali.”“Apa Anda mau kubuatkan kopi?” Segala pertanyaan dari orang-orang dapur membuat Jun merasa begitu diperhatikan. Entah dia terlalu naif, tapi koma dengan mimpi panjang seperti sebuah perjalanan hidup, seakan membuat perbedaan jelas dalam kepalanya.Di sini lebih menyenangkan. Sejauh ini.“Sid, sebaiknya kau ajak Pak Jun keluar dulu dari dapur.” Seorang pria tambun yang rupanya kepala atau pemimpin di dapur, memberi saran.Wanita itu mengangguk pelan, langsung setuju karena saran kepala dapur memang selalu didengarkan olehnya, selaku senior dan paman. “Sid, lenganmu berdarah.” Seorang pekerja dapur yang adalah pria muda, mengambil lengan wanita ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-23
Baca selengkapnya

100. Istri Dua Suami

Cosi tidak menginginkan kehadiran Kun, apalagi Tiska di pernikahannya bersama Jun. Rasanya terlalu memalukan disaksikan oleh suami sekaligus ibu mertuanya. Pada Kun, dia merasa bersalah karena seperti sedang mengkhianati pria itu. Pada Tiska, dia benar-benar tak tahu diri dengan mengambil kedua putra wanita penyayang itu secara sekaligus. Dia berdiam diri cukup lama setelah janji pernikahan terucap dari bibirnya. Dia juga sudah berganti pakaian dari gaun pernikahan, ke pakaian biasa. Berdiam diri di situ, menatap langit mendung, sampai akhirnya Jun menepuk pelan pundaknya. “Ayo, pulang.” Dan Cosi tidak perlu repot menjawab pertanyaan apa pun dari Jun, karena adik ipar, ah, maksudnya ... suami sekaligus apa sebutan tepatnya? Tidak mengajukan pertanyaan apa pun padanya. Mereka mendadak bisu. Bahkan sudah saling diam sejak perjalanan menuju ke tempat pernikahan mereka berlangsung. Seperti kembali ke hubungan mereka setahun lalu. Berbedanya, kini Cosi harus benar-benar bisa bebas me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status