Bugh... Satu pukulan, Bugh... Dua pukulan, Bugh... Tiga pukulan. Dipukulan ke tiga, Noval jatuh tersungkur sebelum bisa membalas sekalipun pukulan dari pak Riyan. Aku terus menikmati adegan itu dengan sesekali menjerit tak tega melihat pukulan maut yang pak Riyan pukulkan kearah muka sibrengs*k itu, bagaimanapun juga ia pantas mendapatkannya. "Siapa kau? Kenapa kau ikut campur dengan masalahku?" teriak Noval sambil mengelap darah yang keluar dari ujung bibirnya. "Jelas aku ikut campur, kau membuat keributan didepan restoran milikku," jawab pak Riyan dengan tatapan sinis kearah Noval. "Aku tidak membuat keributan, aku hanya meminta jatah kebutuhan anak-anakku pada istriku!" ucap Noval berbohong. "Bohong Pak, saya bukan istrinya, tapi mantan istrinya. Dia menginginkan semua gaji saya, jelas saya melakukan perlawanan ketika ia memaksa saya memberikan semua gaji saya untuknya!" teriakku membela diri. "Mulai hari ini, kau harus rajin bekerja, bung! Agar wibawamu tak hilang
Read more