Semua Bab Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku): Bab 61 - Bab 70

146 Bab

Bab 61. Kebetulan Tak Terduga

Saat aku baru tiba di rumah, Fano langsung menghampiriku. Dia tiba-tiba saja mengajakku pergi ke belakang lagi. "Iku aku, Mas!" katanya sambil menarik tanganku. "Apaan, sih, kamu? Mas capek!" Aku agak keberatan kalau dia mau mengajakku mengobrol lagi. Jujur, badanku terasa sangat lelah dan aku butuh istirahat. "Sebentar saja, Mas. Aku butuh bantuanmu, Mas!" ujarnya. Aku mengernyitkan keningku. Tumben amat ini anak mau minta tolong padaku? Biasanya anti kalau aku tolong. Kami duduk lagi di belakang. Fano menatap wajahku lekat. "Mau minta tolong apa? Tapi gak gratis! Traktir aku di hotel bintang lima!" kataku bercanda. "Oke, siap! Asal Mas Zaki mau menuruti perintahku," jawab Fano tanpa berpikir. Aduh! Salah bicara aku rupanya. Tadinya, setelah aku memilih di traktir di hotel mewah, Fano akan keberatan. Kalau sudah seperti ini, pasti masala
Baca selengkapnya

Bab 62. Nekat ke Rumah Mami Mey

Saat aku hendak pergi menjauh dari rumah Nirmala, ada yang memanggilku dari belakang. Seketika aku menoleh dan melihat empat orang preman berbadan besar tengah menghampiriku. Keningku mengernyit. Pikiranku juga menerka-nerka, siapakah mereka? Aku tidak pernah merasa punya masalah dengan orang lain. "Tunggu!" teriak mereka. Karena wajah mereka seperti tidak bersahabat, aku merasa biasa saja. Tapi, tanpa kuduga, mereka langsung menyerang ku membabi-buta. Aku yang tak siap pun habis dihajar mereka. "Kalau kamu tidak bayar hutangmu pada Mami Mey, kami akan memberi pelajaran padamu lebih dari ini!" ancam mereka sebelum mereka pergi. Ibu-ibu yang tadi berkerumun di rumah Nirmala hanya bisa menyaksikan ku dihajar preman-preman tadi. Bahkan ada yang mencibirku. "Oh banyak hutang, ya? Mbak Nirmala mah udah bener gak peduli lagi sama laki kayak gitu. Aku mah juga ogah
Baca selengkapnya

Bab 63. Babak Belur

Perasaanku mulai tidak enak. Satu demi satu, anak buah Mami Mey maju dan dalam sekejap, mereka menangkapku. Aku ditarik paksa dan dimasukkan ke dalam gudang yang sangat pengap. Badanku yang kalah besar dengan anak buah Mami Mey membuatku tak berdaya. Kenapa semuanya jadi begini? Apa yang membuat Mami Mey berubah begini? Aku yakin pasti ada sesuatu!  "Sudah beres, Bos!" Sayup-sayup aku mendengar perbincangan anak buah Mami Mey. "Bagus! Awasi dia jangan sampai kabur! Kita harus bisa memanfaatkannya untuk mendapat uang. Minimal seperti uang yang sudah aku keluarkan untuknya. Janjiku dengan Nurma untuk tak mengganggu Nirmala sudah aku tepati. Kalau bukan karena anak itu, aku juga gak mau menyerahkan sertifikat itu," ucap Mami Mey. Aku sungguh terkejut mendengar nama yang baru saja disebut oleh Mami Mey. Nurma? Itu berarti Mami Mey kenal dengan Nurma. Apa karena Nurma itu Mami Me
Baca selengkapnya

Bab 64. Nirmala Jatuh

Kedatangan Mas Arga membuat aku menjadi kacau. Jantungku berdebar tak karuan. Aku sadar kalau selama kehamilan, tekanan darahku bisa tiba-tiba tinggi. Apalagi jika berhadapan dengan Mas Arga, emosinya sampai ke ubun-ubun."Dia tadi suamimu, kah, La?" tanya Bang Ridwan padaku."Ada apa, sih, Mas? Kok sepertinya Aisyah dengar ada ribut-ribut di luar," tanya Kak Aisyah yang baru saja keluar dari kamar mandi.Sejak aku mendapatkan kembali sertifikat rumahku, aku memang sudah berencana untuk kembali lagi ke rumah ini. Rencana itu aku sampaikan pada Bang Ridwan dan juga Kak Aisyah setelah kami berangkat ke rumah Mas Raga.Kedatanganku ke rumah Mas Raga juga disambut baik. Semua yang Mbak Nurma sampaikan padaku dulu sudah aku utarakan padanya tanpa ada sedikitpun aku kurangi.Mas Raga berterima kasih padaku karena telah memberitahu amanat istrinya itu. Tapi, dia juga dengan tegas mengatakan kalau mampu merawat Tegar. Tegar masih ada neneknya juga. Jadi, kata Mas Raga aku tidak perlu khawatir
Baca selengkapnya

Bab 65. Melahirkan

Entah sudah berapa lama aku memejamkan mata. Saat aku membuka mata, aku sudah berada di ranjang rumah sakit. Ketika aku meraba perutku, perut buncit itu sudah kempes. "Anakku?" Aku berseru. Tak lama setelah aku berteriak, Kak Aisyah menghampiriku."Alhamdulillah kamu sudah sadar, La. Terima kasih, Ya Allah!" ucap Kak Aisyah seraya mengusap air matanya.Kak Aisyah keluar dari kamarku dan tidak lama kembali lagi bersama dengan Bang Ridwan. Bang Ridwan langsung memeluk tubuhku. Air matanya mengalir beriringan dengan ucapan syukurnya."Terima kasih, Ya Allah, Engkau telah menyelamatkan nyawa adikku ini!" ucapnya.Aku yang tak tahu apa-apa hanya bisa pasrah ketika Bang Ridwan memelukku."Ada apa, Bang? Kenapa Abang dan Kak Aisyah menangis?" tanyaku.Perlahan, Bang Ridwan melepas pelukannya. Dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku jelaskan. "Abang kenapa? Kak ... ada apa? Anakku mana, Kak?" tanyaku pada Kak Aisyah.Tak ada yang menjawab pertanyaanku. Mereka diam seribu bahasa. It
Baca selengkapnya

Bab 66. Tak Mau Merepotkan

Butuh waktu lama untuk Nirmala bisa kembali beraktivitas secara normal. Kematian anak yang dinantikannya membuat kehidupannya menjadi kacau. Beruntung, dia punya Ridwan dan juga Aisyah yang siap menjadi sandaran di kala hatinya terpuruk. "Bang, Kak ... Nirmala mau kembali lagi ke rumah Bapak dan Ibu," ujar Nirmala suatu sore di saat mereka berkumpul bersama. Ridwan dan juga Aisyah saling berpandangan. Mereka sudah nyaman dengan kehadiran Nirmala di tengah-tengah keluarga kecil yang belum dikaruniai momongan itu. "Kenapa? Apa kamu tidak betah tinggal di sini, La?" tanya Kak Aisyah dengan gurat wajah yang sedih. Nirmala menggeleng pelan. "Lalu kenapa tiba-tiba begini, La?" Sekarang, giliran Ridwan yang bertanya.  Ridwan ingin membuat adiknya itu bahagia karena selama ini Nirmala sudah sangat menderita.  "Nirmala mau kembali lagi buka usaha laundry, Ba
Baca selengkapnya

Bab 67. Bangkit

Mereka bertiga kelelahan setelah berbelanja kebutuhan usaha Nirmala. Ditambah lagi Ridwan langsung mengajak Nirmala untuk mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan. "Nirmala benar-benar capek, Kak. Terima kasih sudah mendukung dan selalu ada untuk Nirmala, Kak, Bang," ucap Nirmala penuh haru. "Kamu satu-satunya keluarga kami, La. Jangan pernah sungkan untuk berbagi cerita pada kami. Ingat, La ... Kami sayang padamu," sahut Aisyah sembari memeluk adik iparnya itu. Air mata mengalir dari kedua mata Nirmala. Kesedihan yang selama ini menghinggapinya harus segera berganti dengan kebahagiaan. Nirmala bersiap menyongsong kehidupannya yang baru. Dia akan bangkit dan membalas dengan caranya sendiri pada orang-orang yang sudah membuatnya menderita. Keesokan harinya, Ridwan dan Aisyah membantu kepindahan Nirmala. Hari ini juga ada orang yang akan memasang paketan usaha laundry. Ridwan memang sengaja memilih mem
Baca selengkapnya

Bab 68. Tentang Zaki

Sudah beberapa kali Zaki bertemu dengan Cindi. Jika bukan karena Mama Zoya dan Fano, dia sudah tak mau bertemu dengan perempuan itu. Zaki tidak suka dengan perempuan yang terlalu agresif dan juga suka mengumbar tubuhnya. "Aku nyerah, Fan! Kamu saja sendiri yang cari info soal targetmu itu," keluh Zaki saat dia baru pulang dari menemui Cindi. "Kenapa emang, Mas? Kalau Mas gak mau cari info lagi, aku gagal, dong, Mas buat mengungkapkan semuanya? Karena aku merasa ada orang dalam yang melindungi Mami Mey ini, Mas. Jangan nyerah, ya, Mas! Please!" Dengan segala cara, Fano membujuk Zaki agar tetap mau memata-matai Cindi. Lama-lama, Cindi terlalu berani padanya. Entah itu memegang pahanya atau meminta dibelikan barang-barang bermerk. Itu saja mereka baru dekat.  "Gak, No. Kalau kamu mau coba, silahkan saja!" Setelah berkata seperti itu, Zaki hendak masuk ke dalam kamarnya. Dia merasa sangat lelah seha
Baca selengkapnya

Bab 69. Cindi ke Rumah Sakit

Spontan para perawat menghalangi Cindi agar tidak masuk. Adegan dorong mendorong tidak luput dari itu karena Cindi yang bersikeras masuk. Kegaduhan yang terjadi di luar didengar oleh Dokter Zaki karena mereka berdebat tepat di depan pintu ruangannya. Karena ingin tahu ada apa, Dokter Zaki akhirnya keluar dan melihat kondisi di luar. "Cindi?!" seru Dokter Zaki. Melihat Dokter Zaki keluar, perawat dan juga Cindi berhenti berdebat. Mereka menatap Dokter Zaki secara bersamaan. "Ngapain kamu kemari? Bikin rusuh lagi," gerutu Dokter Zaki. "Tuh, kan, Dokter Zaki kenal sama saya. Kalian, sih, gak percaya kalau saya ini calonnya Dokter ganteng ini," cibir Cindi kepada para perawat. Melihat tingkah Cindi, beberapa perawat geleng-geleng kepala. "Apa? Calon istri? Jangan ngarang kamu!" Bantahan Dokter Zaki membuat semuanya tertawa terbahak-bahak. "Ta
Baca selengkapnya

Bab 70. Zaki Pergi

"Minggir!" Zaki menarik paksa tangan Cindi agar menjauh dari mobilnya. Sebenarnya dia bukan orang yang kasar pada perempuan, tapi kalau kelakuan Cindi begitu, dia tidak suka dan terpaksa melakukan itu."Aw!" Cindi meringis kesakitan karena terjatuh akibat dorongan dari Zaki. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Zaki. Dia buru-buru masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Dia ingin segera sampai ke rumah agar tidak terganggu dengan perempuan yang bernama Cindi itu.Setelah sampai di rumah, niat hati ingin segera istirahat. Tapi, baru saja sampai halaman rumah, Zaki melihat Cindi sudah sampai di sana bersama dengan laki-laki yang dulu pernah menemaninya di rumah sakit membawa motor.Cindi terlihat sedang mengobrol dengan Mama Zoya. Mereka menoleh ketika mobil Zaki masuk ke halaman. Belum sempat Mama Zoya menghampiri Zaki, dia sudah tancap gas pergi dari rumah itu.Dia sudah tidak nyaman tinggal di rumah itu setelah kejadian ini. Mama Zoya yang dia harap bisa sebagai tempa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status