Mereka bertiga kelelahan setelah berbelanja kebutuhan usaha Nirmala. Ditambah lagi Ridwan langsung mengajak Nirmala untuk mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan.
"Nirmala benar-benar capek, Kak. Terima kasih sudah mendukung dan selalu ada untuk Nirmala, Kak, Bang," ucap Nirmala penuh haru.
"Kamu satu-satunya keluarga kami, La. Jangan pernah sungkan untuk berbagi cerita pada kami. Ingat, La ... Kami sayang padamu," sahut Aisyah sembari memeluk adik iparnya itu.
Air mata mengalir dari kedua mata Nirmala. Kesedihan yang selama ini menghinggapinya harus segera berganti dengan kebahagiaan. Nirmala bersiap menyongsong kehidupannya yang baru. Dia akan bangkit dan membalas dengan caranya sendiri pada orang-orang yang sudah membuatnya menderita.
Keesokan harinya, Ridwan dan Aisyah membantu kepindahan Nirmala. Hari ini juga ada orang yang akan memasang paketan usaha laundry. Ridwan memang sengaja memilih mem
Sudah beberapa kali Zaki bertemu dengan Cindi. Jika bukan karena Mama Zoya dan Fano, dia sudah tak mau bertemu dengan perempuan itu. Zaki tidak suka dengan perempuan yang terlalu agresif dan juga suka mengumbar tubuhnya."Aku nyerah, Fan! Kamu saja sendiri yang cari info soal targetmu itu," keluh Zaki saat dia baru pulang dari menemui Cindi."Kenapa emang, Mas? Kalau Mas gak mau cari info lagi, aku gagal, dong, Mas buat mengungkapkan semuanya? Karena aku merasa ada orang dalam yang melindungi Mami Mey ini, Mas. Jangan nyerah, ya, Mas! Please!" Dengan segala cara, Fano membujuk Zaki agar tetap mau memata-matai Cindi.Lama-lama, Cindi terlalu berani padanya. Entah itu memegang pahanya atau meminta dibelikan barang-barang bermerk. Itu saja mereka baru dekat."Gak, No. Kalau kamu mau coba, silahkan saja!" Setelah berkata seperti itu, Zaki hendak masuk ke dalam kamarnya. Dia merasa sangat lelah seha
Spontan para perawat menghalangi Cindi agar tidak masuk. Adegan dorong mendorong tidak luput dari itu karena Cindi yang bersikeras masuk.Kegaduhan yang terjadi di luar didengar oleh Dokter Zaki karena mereka berdebat tepat di depan pintu ruangannya. Karena ingin tahu ada apa, Dokter Zaki akhirnya keluar dan melihat kondisi di luar."Cindi?!" seru Dokter Zaki.Melihat Dokter Zaki keluar, perawat dan juga Cindi berhenti berdebat. Mereka menatap Dokter Zaki secara bersamaan."Ngapain kamu kemari? Bikin rusuh lagi," gerutu Dokter Zaki."Tuh, kan, Dokter Zaki kenal sama saya. Kalian, sih, gak percaya kalau saya ini calonnya Dokter ganteng ini," cibir Cindi kepada para perawat. Melihat tingkah Cindi, beberapa perawat geleng-geleng kepala."Apa? Calon istri? Jangan ngarang kamu!" Bantahan Dokter Zaki membuat semuanya tertawa terbahak-bahak."Ta
"Minggir!" Zaki menarik paksa tangan Cindi agar menjauh dari mobilnya. Sebenarnya dia bukan orang yang kasar pada perempuan, tapi kalau kelakuan Cindi begitu, dia tidak suka dan terpaksa melakukan itu."Aw!" Cindi meringis kesakitan karena terjatuh akibat dorongan dari Zaki. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Zaki. Dia buru-buru masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Dia ingin segera sampai ke rumah agar tidak terganggu dengan perempuan yang bernama Cindi itu.Setelah sampai di rumah, niat hati ingin segera istirahat. Tapi, baru saja sampai halaman rumah, Zaki melihat Cindi sudah sampai di sana bersama dengan laki-laki yang dulu pernah menemaninya di rumah sakit membawa motor.Cindi terlihat sedang mengobrol dengan Mama Zoya. Mereka menoleh ketika mobil Zaki masuk ke halaman. Belum sempat Mama Zoya menghampiri Zaki, dia sudah tancap gas pergi dari rumah itu.Dia sudah tidak nyaman tinggal di rumah itu setelah kejadian ini. Mama Zoya yang dia harap bisa sebagai tempa
"Lho ... Dokter Zaki? Kenapa ada di sini?""Nirmala? Ini Nirmala, kan?" tanya Zaki balik.Ternyata yang disambangi itu adalah rumah Nirmala. Nirmala yang pernah menjadi pasiennya beberapa bulan yang lalu."Saya tidak bisa menjelaskannya sekarang. Tapi, saya butuh bantuanmu untuk menyetrika baju ini dengan cepat." Zaki menunjukkan kemejanya yang kusut pada Nirmala.Tahu kalau pasti ada sesuatu yang penting, Nirmala langsung menyahut kemeja itu dari tangan Zaki. Dia terpaksa menggunakan setrika listrik karena tidak mungkin pakai setrika uap.Setelah kurang lebih sepuluh menit, kemeja Zaki sudah rapi, halus dan juga wangi. Nirmala kembali lagi ke depan untuk menyerahkan kemeja itu pada Zaki."Ini, Dok!" kata Nirmala sambil menyodorkan kemeja pada Zaki."Berapa, La?" Zaki mengeluarkan dompet dan hendak membayar jasa Nirmala itu."Gak usah, Dok. Dibawa saja kemejanya," ucap Nirmala seraya tersenyum.Karena memang sedang buru-buru, Zaki langsung pergi dari rumah Nirmala sambil berteriak men
Ridwan dan juga Aisyah ikut duduk di antara Raga dan juga Ibu Sari. Nirmala masuk lagi ke dalam untuk membuatkan tamunya teh hangat. Selagi membuat minuman, Raga diajak mengobrol ringan oleh Ridwan.Tak ada firasat apapun yang Nirmala rasakan. Dia menganggap kalau Raga datang hanya untuk silaturahmi biasa. Dengan tenang, Nirmala membawa gelas berisi teh hangat ke depan."Silahkan diminum, Mas, Bu!" ucap Nirmala setelah meletakkan gelas di atas meja."Terima kasih, Nduk," balas Ibu Sari lembut.Pandangan Nirmala tidak lepas dari bayi laki-laki yang ada di gendongan Ibu Sari. Dia sangat menggemaskan dengan pipi gembul dan juga badan yang gemoy. Sampai-sampai, Nirmala tidak fokus pada pertanyaan Raga yang ditujukan kepadanya."La, apa kamu mendengarkan perkataanku?" tanya Raga yang membuat Nirmala kaget."Hah? Apa, Mas? Maaf ... Nirmala tidak konsen karena lihat
Nirmala mengajak Ibu Sari dan juga Raga untuk ikut makan bersama. Kebetulan tadi memang dia dan kakaknya hendak makan bersama. Sebenarnya masih ada satu hal lagi yang ingin disampaikan oleh Raga. Tapi, di masih ada sedikit ragu untuk menyampaikannya."Mungkin nanti setelah makan, aku bisa lebih tenang," batin Raga berkata.Dia bertanya pada Ibu Sari dan Beliau juga setuju untuk makan terlebih dahulu. Suasana makan Nirmala kali ini terasa berbeda sekali. Ocehan Tegar membuat semuanya senyum-senyum sendiri.Selesai makan, saat Nirmala dan Aisyah sibuk mencuci piring, Raga bicara empat mata dengan Ridwan. Selaku kakak dari Nirmala, Ridwan perlu tahu maksud dan tujuan Raga datang ke sana."Kalau saya, semua terserah dengan Nirmala, Ga. Gimana baiknya, nanti coba tanyakan pada Nirmala." Jawaban bijak Ridwan pada Raga. Raga mengangguk paham.Setelah puas mengobrol, mereka kembali lagi
Nirmala tidak mau terlalu memusingkan lamaran Raga, walaupun sebelumnya dia juga sempat tidak bisa tidur. Fokusnya kali ini adalah soal perceraian dan juga usahanya yang sudah mulai berkembang.Nirmala menerima tawaran Ridwan yang membelikan tempat di tepi jalan Raya dan padat penduduk. Tujuan utamanya adalah agar usahanya semakin berkembang."Gimana, La? Tempat yang Abang pilihkan bagus, kan?" tanya Ridwan saat mereka melihat lokasi yang akan dijadikan tempat laundry Nirmala."Bagus, Bang. Sangat strategis!" jawab Nirmala sambil melihat-lihat isi di dalamnya."Nanti kamu tinggal desain saja mau seperti apa penataannya. Abang benar-benar bangga punya adik kayak kamu, La." Bang Ridwan menatap wajah Nirmala penuh haru.Selain membantu membelikan kios untuknya, Ridwan juga membantu Nirmala memasukkan gugatan cerai ke pengadilan agama. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Tapi, ada satu kendala yaitu Nirmala tidak tahu keberadaan Arga saat ini. Jadi, sidang perceraian mereka be
Nirmala begitu takjub melihat hiasan di dinding yang bertulisan 'Sebentar lagi kamu akan jadi Bulek, adikku sayang!' Air mata Nirmala tumpah begitu saja. Dia merasa sangat beruntung masih mempunyai kakak yang sangat menyayangi dan menganggapnya ada. Sebuah hubungan ipar dan adik yang mungkin tidak semua orang bisa menjalaninya dengan baik.Aisyah memeluk adik iparnya itu dan mereka menangis bersama-sama. Menangis bukan karena sedih tetapi karena rasa syukur dan bahagia yang sangat luar biasa.Suasana malam itu sungguh sangat menggembirakan. Nirmala begitu senang melihat Ridwan dan Aisyah akhirnya sebentar lagi akan mempunyai seorang anak.***Keesokan harinya, saat Nirmala hendak membuka laundrynya, Zaki sudah menunggunya di depan rumahnya. "Lho, Dokter Zaki sejak kapan di sini?" tanya Nirmala yang terkejut ketika membuka pintu.Nirmala memang belum pindah ke usaha barunya karena masih ada beberapa yang perlu perbaikan. "Belum lama, paling baru lima menit. Sengaja nunggu buka meman