Home / Romansa / KAKEK TUA itu SUAMIKU / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of KAKEK TUA itu SUAMIKU : Chapter 131 - Chapter 140

162 Chapters

Bab 131 Janji sepuluh milyar

"Nyonya makanan, sudah siap," ucap Bi Ratih."Bibi sudah siapkan untuk orang yang ada di luar?""Sudah Nyonya, Agus sudah menyiapkan meja panjang di luar untuk makan bersama," jawab Bi Ratih."Ilham, Melati ayo kita makan," ajakku pada kedua anak itu. "Pakde juga, ayo makan.""Pakde ikut makan di luar saja Va, bareng yang lain," jawab Pakde. Pakde kemudian keluar dan berbaur bersama yang lain."Tante, kita pulang saja," ucap Ilham."Kenapa? Ayo makan dulu, nanti baru boleh pulang."Aku kemudian menarik tangan Ilham yang tidak mau ikut makan dan membawanya ke meja makan."Duduklah, kita makan bersama."Mereka menuruti perintahku, menarik kursi kemudian duduk.Tak berselang lama, kedua anakku juga Riska bergabung di meja makan."Ilham, ayo ambil makannya," perintahku pada Ilham. Piring di depannya masih kosong bahkan masih tertelungkup belum tersentuh, sementara Melati terlihat sedang memandang pada ayam goreng yang tersaji di meja. Aku mengambil gerak cepat, membuka kedua piring dihad
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 132 Kedatangan seseorang

Jawaban dari suamiku langsung terhenti ketika seseorang berteriak. Kami semua yang berada disini langsung fokus pada kedua orang yang datang.Seorang laki-laki botak dan seorang wanita paruh baya dengan pawakan yang berisi datang menghampiri kami. Wanita itu memakai riasan tebal di wajahnya dan juga memakai perhiasan dari ujung jari sampai ujung siku. Jika tangan itu digerakkan akan terdengar suara gemericik yang timbul."Kalian siapa?" tanya suamiku. Mata suamiku menatap tajam kepada kedua orang yang datang."Saya adalah Paman dari Ilham juga Melati, sekaligus RT dari rumah dimana Ilham tinggal," sahutnya. Tanpa basa-basi mereka langsung duduk mengambil tempat di barisan paling depan. Sementara wanita disampingnya langsung mengeluarkan kipas dari dalam tasnya. Padahal cuaca sangat dingin malah wanita itu kepanasan. Apa mungkin dia kebanyakan dosa jadi dia merasa panas? Eh, ko' aku jadi suudzon."Ada perlu apa kalian kesini?" tanya suamiku."Kami ada perlu dengan Ilham. Saya selaku w
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 133 Wanita selalu benar

"Hei, Ilham! Mau kemana kamu? Jadi anak nggak sopan banget!""Pak, Paman bohong. Paman sudah menipu Ayah Ilham dulu. Ilham juga nggak mau uang hadiah Ilham dipegang Paman. Lebih baik uang itu untuk anak-anak yatim seperti Ilham saja daripada buat Paman," seru Ilham.Aku mengambil alih tangan Melati kemudian meminta Bi Ratih membawa Melati untuk masuk ke dalam bersama kedua anakku."Ngomong apa kamu Ilham? Kecil-kecil tapi sudah berani menuduh Pamanmu sendiri. Buktikan kalau memang Paman menipu ayahmu," bela Paman Ilham."Pak, di tas yang Ilham bawa ada surat wasiat dari ayah Ilham, semua bukti tentang kejahatan Paman Udin ada disitu semua," beber Ilham."Boleh, saya lihat?"Ilham mengangguk, kemudian membuka tas lusuh berwarna hitam yang sedari tadi didekapnya. "Ini," ucap Ilham seraya menyerahkan satu map merah pada suamiku. Warga yang tadinya sedang menikmati makanan kini sudah berkerumun mengelilingi kami. Pun dengan Paman Ilham, mereka mendekati kami.Suamiku tampak serius memba
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 134 Riska ingin cantik

Aku terkekeh dengan jawabannya, mana ada wanita selalu benar. "Kalau wanita salah bagaimana?""Ya, lanjut ke pasal dua.""Pasal dua itu apalagi?" tanyaku heran."Pasal dua isinya kembali ke pasal satu," jawab suamiku lagi."Ha ha ha, itu baru pasal yang benar. Wanita selalu benar." Aku tertawa mendengar penjelasan suamiku. Entah dari mana asalnya kenapa ada pasal seperti itu."Kayaknya ada yang bahagia, ketawa terus.""Habis, Kanda lucu. Oh iya, besok sekalian Kanda perawatan saja gimana? Nanti sekalian aku temenin Riska.""Boleh, nanti ajak Ilham juga, belikan mereka baju sama perlengkapan lainnya. Sebentar, Kanda minta orang buat tutup mall dulu.""Eh, nggak usah Kanda … biarkan anak-anak berbaur dengan keramaian, nggak usah ditutup mall nya. Lagian ini sudah malam, mereka pasti sudah istirahat," imbuhku."Dinda nggak apa-apa, nanti belanja bareng pengunjung yang lain?""Ah, biasa aja. Aku kabarin Riska dulu ya, biar besok dia kesini dulu terus berangkat bareng."Aku kemudian mengir
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 135 Move on

Satu jam kemudian kami semua sudah sampai di mall. Letak salon dan playground ada di lantai empat jadi kita semua langsung menuju ke lift untuk menuju ke sana. Sepanjang jalan pengunjung yang berpapasan selalu menatap kami. Apalagi kalau bukan menatap rombongan bodyguard yang mengikuti kami. Lama-lama aku sudah terbiasa dengan hal itu. Keluar dari lift tanpa sengaja justru kami berpapasan dengan Pak Bagas yang tengah bergandengan tangan dengan seorang perempuan. "Halo semua," sapa Pak Bagas. Kami menyambut sapaan Pak Bagas dengan senyuman. "Hai, Ris," lanjut Pak Bagas. "Hai," sahut Riska. "Ngapain sih, kamu nyapa dia?" ucap perempuan di samping Pak Bagas tak terima. "Kamu juga, jadi cewek nggak usah kegatelan gitu, matanya nggak usah jelalatan lihatin calon suamiku!" "Loh siapa yang jelalatan? Ngapain juga mataku lihatin sampah? Memang pas sih, sampah itu cocok sama lalat," sahut Riska tidak kalah sinis. "Maksud kamu sampah sama lalat apa? Calon suamiku sampah dan aku la
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 136 Permintaan Tristan

Pagi ini, aku harus ke kantor. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Sebelum aku pergi, aku harus pastikan makanan untuk anak-anak juga suamiku. Sebelum subuh aku sudah mulai aktivitasku."Kanda, aku berangkat dulu ya … nanti Kanda jadi 'kan ke kantor?" tanyaku setelah sarapan selesai. Pagi ini aku ada jadwal meeting."Iya, nanti siang Kanda ke kantor," jawab suamiku. "Dinda ikut Tristan atau bagaimana?""Ehm—gimana ya?" jawabku bingung."Ikut aku aja, Va, sekalian nanti ada yang aku bicarakan berdua," sela Tristan yang baru datang.Aku melirik ke arah suamiku, meminta pendapatnya. Aku sadar posisiku adalah seorang istri, tidak patut rasanya jika aku harus satu mobil dengan laki-laki lain, ya walaupun Tristan adalah cucuku."Tristan sudah ijin tadi. Dinda pergilah dengan Tristan, nggak apa-apa," ucap suamiku."Tuh kan Va, udah diizinkan sama Kakek. Lagian mana berani aku macam-macam sama kamu.""Berarti kalau bukan sama aku, kamu macam-macam ya?" "Eh, nggak dong. Biarpun aku tampa
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 137 Tristan pergi

Tepat pukul dua belas siang, suamiku menyusulku ke kantor, pas sekali dengan jam makan siang."Gimana meetingnya?" tanya suamiku."Lancar, Bos," jawabku. Suamiku hanya tersenyum dengan jawaban yang aku lontarkan. "Kanda bawa makan siang buat Dinda," ucap suamiku."Benarkah? Sepertinya dunia sudah terbalik, biasanya istri yang ke kantor bawakan suaminya makan siang ini justru terbalik.""Permisi Bos, ini makanannya, yang lain sudah saya bagi," ucap Pak Agus yang masuk ke ruangan ku. Pak Agus menyerahkan makanan yang tersusun rapi di atas meja tamu."Terimakasih Pak Agus. Ayo kita makan bareng," ajakku pada Pak Agus."Maaf Nona Bos, Agus mau makan bareng yang lain di luar, sudah janjian tadi," tolak Pak Agus.Pak Agus kemudian keluar dari ruangan ku, kini tinggal aku dan suamiku yang berada di dalam ruangan kemudian menikmati makan siang bersama.***"Sudah beres semua Dinda?" tanya suamiku saat waktu menunjukkan pukul tiga sore "Sudah, tinggal pulang," jawabku. "Kita langsung ke yaya
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 138 Riska day

Sikap Riska membuatku tergelitik untuk bertanya. "Kenapa, Ris? Ko' nangis?""Siapa yang nangis? Aku kelilipan," jawab Riska. Dasar Riska, masih aja menyangkal kelilipan. Kelilipan dari Hongkong? "Kelilipan apa? Kayaknya kotorannya gede banget nyampe buat kamu nangis?""Kelilipan gajah!" sungut Riska. "Udahlah, nggak usah tanya lagi!" sahut Riska. Dia kemudian pergi melewatiku dengan menghentakkan kakinya."Kenapa Riska?" tanya suamiku."Efek memendam cinta," jawabku berbisik."Anak muda memang begitu.""Berarti aku juga dong, aku 'kan masih muda, sama kayak Riska.""Dinda memang memendam cinta buat siapa?""Buat aki-aki di sebelahku.""Kalau itu nggak usah dipendam, ayo utarakan langsung," pinta suamiku."I love you sejuta kali, Kanda.""Love you too semilyar Dinda," jawab suamiku."I love you setrilyun, Kanda.""Love you too tak terhingga, Dinda sayang.""Udah lope lopeannya?!" Suara cempreng dari Riska menghentikan hitungan cintaku pada suamiku. Riska ternyata sudah berdiri di de
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 139 Kerjasama demi Riska

Flashback offHari itu, selepas dari rumah ibu, aku mampir ke rumah Riska. Bukan untuk menemui Riska, karena aku tau waktu itu Riska sedang ada di kantor. Sengaja aku ingin menemui ibu Riska."Begini Tante, maaf sebelumnya. Apa Riska pernah cerita tentang Tristan?" tanyaku saat sudah di rumah Riska."Sering, hampir tiap hari malah," jawab Tante Winarti. "Tristan juga pernah menemui Tante sama Om, dia minta ijin untuk mendekati Riska," lanjut Tante Winarti."Kira-kira Riska ada rasa nggak Tante sama Tristan?""Ada," jawab Tante Winarti."Wah, Tante tau?" tanyaku penasaran. Tante Winarti langsung menjawab dengan spontan pertanyaanku."Sini Va, Tante kasih tau." Tante Winarti kemudian mengajakku masuk ke dalam kamar Riska. Kamar yang tidak terlalu luas tapi tertata dengan apik. Ada banyak foto yang terpampang di dinding, terutama foto aku dan Riska, dari mulai jaman putih biru."Ini, Va," ucap Tante Winarti seraya menyerahkan sebuah buku padaku.Buku merah maroon dengan sampul polos itu
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 140 Riska malu

Mobil memasuki area pelataran rumah Riska, begitu keluar kami disambut oleh kerabat dari Riska juga Ibuku. Ya, rumah Riska dan rumah ibuku memang tidak jauh jaraknya, makannya ibu langsung ke rumah Riska. Untuk acara malam ini katering juga aku pesan ke ibu.Semua barang hantaran sebagai seserahan untuk lamaran kemudian dikeluarkan dari mobil. Tak banyak yang ikut dalam acara ini, hanya orang yang bekerja di rumah saja."Cucu Nenek cantik sama ganteng sekali ini," sapa Ibu pada Arthur dan Alvina. Kedua anakku kemudian menghambur ke pelukan neneknya."Loh, ini yang cantik siapa ini?" tanya Ibu pada Melati. Ibu yang baru pertama bertemu dengan Melati pasti bingung dengan kedatangannya. Memang, soal hilangnya anakku, aku tidak menceritakannya pada ibu."Namanya Melati Bu, dan itu Kakaknya namanya Ilham. Nanti aku ceritakan siapa mereka," jelasku pada Ibu.Ilham dan Melati kemudian menyalami tangan ibu dan memperkenalkan dirinya."Kanda … Aku masuk dulu ya, temui Riska," ucapku pada suami
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
PREV
1
...
121314151617
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status