Home / Romansa / KAKEK TUA itu SUAMIKU / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of KAKEK TUA itu SUAMIKU : Chapter 111 - Chapter 120

162 Chapters

Bab 111 Patah hati

"Wiiiih, cewek tomboy kalau pakai gaun cantik juga ya," ucap Tristan pada Riska. Mata Tristan terus memandang Riska dari atas ke bawah tanpa berkedip. Riska memakai gaun model duyung berwarna peach dan riasan tipis tapi membuatnya sangat berbeda. Memang baru kali ini dia memakai gaun, biasanya hanya celana jeans dan kaos. "Baru sadar kamu?!" tanya Riska ketus. "Iya," jawab Tristan. "Kalau kamu kaya gini bisa-bisa bikin aku nggak bisa tidur." "Jelas lah, kamu pasti akan selalu terbayang wajah cantikku." "Ha ha ha, siapa bilang yang terbayang wajah cantikmu? Justru aku takut kalau mimpi buruk," sahut Tristan. "Kamu?! Awas kamu ya!" Riska kemudian melepas high heels sebelah kanan yang dipakainya dan mengarahkan ke wajah Tristan. "Duh, baru dibilang cantik sekarang malah berubah jadi nenek sihir. Kabur!" Tristan kemudian berbalik dan berjalan cepat menjauh dari Riska. Sementara Riska bersiap mengejarnya dengan mengangkat gaun yang dipakainya setinggi lutut dan berlari mengejar Trist
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 112 Riska dan Tristan

"Aku hanya mau menjadi pelangi untuk Riska, sama sepertimu," jawab Tristan. "Jika aku mengajaknya liburan aku tidak yakin dia akan mau, makannya aku butuh bantuanmu atau Kakek." "Kamu harus janji dulu untuk menjaga Riska," pintaku pada Tristan. "Ya ampun Va, apa selama kamu mengenalku, aku pernah berbuat tidak baik? Aku janji Va, akan menjaganya, membawa kembali senyumannya." "Oke, nanti Kakek akan mengaturnya, tapi ingat, jaga Riska baik-baik." "Terimakasih Va, terimakasih Kakek, Tristan janji akan jaga Riska baik-baik," ucap Tristan penuh semangat. *** Hari yang dinanti oleh Tristan akhirnya tiba. Aku dan suamiku mengantar kepergian mereka ke bandara. Bukan cuti yang diberikan oleh suamiku, tapi tugas ke Lombok. "Pak Bambang, kenapa sih harus mengirimku dan Tristan ke Lombok? Memangnya nggak ada yang lain?" protes Riska. "Jadi kamu akan menolak tugas yang saya berikan?" "Bukan begitu Pak, setidaknya kalian semua ikut sekalian liburan, kantor propertinya kan dekat
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 113 POV Riska

"Wah, keren. Gimana kalau sekalian dibuat motif batik?" usulnya. Nah, kan ternyata dia sebelas dua belas denganku. Banyakan dia malah.Mulai dari hari itu kami berdua jadi lebih akrab. Seva Lidiya Dewi—nama yang dia perkenalkan untukku. Dia pintar, bahkan sangat pintar. Sekolah saja dia selalu paralel satu. Sayang sekali, kepintarannya tak seimbang dengan kehidupan ekonomi keluarganya. Ayah Seva berprofesi sebagai tukang becak, ibunya hanya ibu rumah tangga biasa, Seva juga punya satu adik laki-laki bernama Seno.Lulus SMP aku putuskan untuk melanjutkan SMA yang sama dengan Seva. Seva tentu saja dengan jalur beasiswa, beda denganku yang harus lewat jalur umum itupun dengan susah payah. Bukannya aku tidak cerdas tapi aku memberikan kesempatan anak yang lain dulu untuk masuk.Seringkali Seva, hanya berangkat tanpa uang saku. Ketika aku mengajaknya ke kantin sering dia beralasan puasa, masih kenyang, ataupun yang lain. Kalau alasannya bukan puasa, aku akan membelikannya makanan ataupun m
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 114 Keadaan Kanda

Seva POV"Bi Ratih, tolong jaga anak-anak," perintahku pada Bi Ratih."I—iya Nyonya," jawab Bi Ratih.Gegas aku mengambil tas di kamar kemudian keluar lagi menuju garasi. Aku memilih memakai mobil sportku, dengan harapan kecepatannya bisa lebih cepat.Melihat mobilku akan keluar Pak Satpam buru-buru membuka pintu gerbang untukku.Dengan perasaan kalut, aku memacu kuda besiku dengan kecepatan di atas rata-rata, yang aku ingin hanya satu. Segera sampai ke rumah sakit.Dua puluh menit perjalanan akhirnya aku sampai di rumah sakit. Gegas aku menuju ke ruang ICU, ruang yang tadi sempat disebutkan oleh Pak Agus."Nona Bos," ucap Pak Agus saat bertemu denganku."Dimana suamiku?" "I—itu Nona Bos," jawab Pak Agus. Telunjuk Pak Agus menunjukkan salah satu ruang. Aku mendekatinya dengan perlahan. Aku menutup mulutku begitu melihat suamiku di balik kaca. Disana, suamiku terbaring lemah. Dengan berbagai alat yang menempel di tubuhnya. "Kanda," ucapku lirih."Maaf Nona Bos, ini semua salah Agus,
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 115 Seva drop

"Ya sudah, tapi nanti Seva makan ya," pinta Ibu. "Jangan sampai kamu sakit, nanti kalau sakit gimana kamu akan jaga suamimu? Ibu dan Seno ada di luar, kalau ada apa-apa panggil Ibu.Aku tetap bergeming, tak menghiraukan ucapan ibu. Tak ada rasa lapar ataupun haus pada perutku, yang ada hanya rasa sesak di hati ini. ***Waktu menunjukkan pukul satu dini hari, tapi mata ini sama sekali belum terpejam dan aku juga tak ingin untuk memejamkan mataku. Aku terus memantau keadaan suamiku, tak ingin jika nanti suamiku bangun tapi tak ada aku disampingnya.Hawa dingin semakin menusuk di tulang, aku membenarkan posisi selimut yang menghangatkan tubuh suamiku, aku mengontrolnya dengan mengitari ranjang, jangan sampai ada bagian tubuh suamiku yang merasa kedinginan."Kanda lihat, biasanya Kanda yang memelukku erat, tapi sekarang Kanda tega, membiarkan aku kedinginan. Aku rindu pelukan Kanda, aku rindu …."Kuusap pipi suamiku, kupandangi wajahnya. Wajah yang biasanya polos kini harus terpasang ven
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 116 Ayo bangun, Kanda!

"Dinda … ayo bangun." Ah, itu suara orang yang sangat aku rindukan. Apa itu benar? Dimana suamiku? Kenapa gelap? "Dinda …." Suara suamiku masih saja terdengar di telingaku. "Kanda …," gumamku lirih. Aku mencoba membuka mataku. Aroma alkohol begitu menyeruak di hidungku. Ruangan serba putih yang pertama kali aku lihat. Aku mengedarkan pandanganku. Riska terlihat duduk di sampingku. "Va," panggil Riska. "Suamiku mana Ris," tanyaku. "Tadi suamiku memanggilku." "Va, yang sabar ya," sahut Riska. Aku mencoba untuk bangun tapi kepalaku masih terasa pusing. "Istirahat dulu Va, jangan dipaksa." "Aku mau ke suamiku, Ris." "Tenanglah, ada Tristan dan Ibu yang menjaga suamimu," ucap Riska. "Nggak Ris, aku harus menjaga suamiku. Aku nggak mau disini." "Bu Seva … istirahat dulu ya, pulihkan keadaan Ibu," ucap Dokter Gunawan yang berdiri di samping kananku. "Tidak Dok, aku mau menemani suamiku." Aku terus berusaha untuk bangun. Dengan dibantu oleh Riska akhirnya aku berhasil untuk dud
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 117 Semakin sulit

"Detak jantung pasien sudah kembali Dok, tekanan darah berangsur membaik."Perawat memberi tahu keadaan terkini suamiku seiring dengan layar monitor yang berbunyi dengan normal. Aku kembali menghampiri suamiku setelah Dokter Gunawan memberikan kode untukku."Alhamdulillah Bu Seva, Bambang masih bisa bertahan," ucap Dokter. Bagiku itu kabar yang sangat bahagia."Alhamdulillah," ucapku seraya mengusap wajahku. Wajah yang penuh air mata, wajah yang entah sekarang seperti apa. "Mbak … Mbak Nisa dengar itu?" Mbak Nisa mengangguk, kemudian merangkulku. "Ayah kembali Va, Ayah masing sayang sama kita," ucap Mbak Nisa. "Dokter, bagaimana keadaan suami saya?" tanyaku pada Dokter Gunawan."Alhamdulillah, dia masih diberikan kesempatan," jawab Dokter Gunawan."Tapi kenapa suamiku masih belum sadar Dok?""Sabar Bu Seva, semua butuh proses. Doakan terus, jangan pernah berhenti kasih suami Bu Seva semangat," saran Dokter Gunawan. "Sebaiknya kalian keluar dulu, beri waktu padanya untuk istirahat."
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 118 Keajaiban

Semangka yang tadinya hendak aku masukan ke mulutku aku urungkan, aku letakkan kembali ke dalam kotak makan."Jangan begitu, Va … sekarang lihat anak-anak. Jika kamu lemah, kamu menyerah, kasihan mereka. Mereka masih sangat butuh kasih sayang orang tua. Ayah juga … ayah juga masih sangat butuh kamu. Va …. Kamu tau, setelah dua puluh tahun ayah ditinggal ibu, hanya kamu yang bisa mengembalikan semangat ayah, hanya kamu yang bisa membuat ayah kembali tersenyum," jelas Mbak Nisa. "Tapi tidak begini caranya Mbak, rasanya aku tak sanggup melihatnya terbaring lemah.""Sudahlah, lakukan apa yang bisa kita lakukan, jangan menyerah. Kalau kita menyerah bagaimana dengan ayah. Berikan hal yang positif pada ayah. Kamu mau kan ayah kembali seperti sediakala?"Aku mengangguk, menghapus air mata yang kembali menetes. Ya, aku harus bisa. Aku harus yakin suamiku kuat, suamiku harus kembali seperti semula."Turun yuks Va, ini Riska sudah datang katanya," ajak Mbak Nisa. Aku kemudian turun ke lantai s
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 119 Kabar baik

Mendengar teriakkan Arthur aku segera berbalik, bahkan aku berlari mendekati suamiku. Ya Tuhan, benar! Suamiku membuka matanya. Alhamdulillah … alhamdulillah … alhamdulilah. "Tristan! Panggil dokter!" seruku pada Tristan. "I—iya, Va," jawab Tristan. "Kanda," ucapku lirih. Sungguh, aku tak tau harus menjabarkan bagaimana perasaanku, seperti ada sesuatu yang menyeruak di dada. Bulir bening mengalir dari sudut netra suamiku, aku mengusapnya. Pelan. Suamiku masih diam, masih sulit untuk berbicara karena ventilator yang masih terpasang. "Bunda, apa Papah benar-benar bangun?" tanya Arthur. "Iya, Sayang … Papah bangun." Aku kemudian menggendong Arthur, mendekatkannya pada suamiku. "Papah … Arthur kangen sama Papah," ucap Arthur. Suamiku mengedipkan mata, membuat air mata kembali mengalir dari matanya. "Permisi Bu Seva, biar saya periksa dulu," ucap Dokter Gunawan. Aku mundur perlahan, menyaksikan dari jarak yang tidak terlalu jauh memberikan ruang pada dokter agar lebih leluas
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 120 Kado dari Tristan

Esoknya suamiku sudah bisa di pindah ke ruang perawatan. Kamar VVIP yang sudah di booking sebelumnya kini telah siap. "Pak Bambang … seneng deh, Pak Bambang sudah kembali lagi," ucap Riska. "Tapi, Pak … gara-gara Pak Bambang aku jadi ke Lombok hanya numpang tidur, numpang naik mobil sama numpang naik pesawat doang." "Kalau begitu besok kamu kembali lagi kesana," jawab suamiku. "Eits, nggak usah Pak … aku malah jadi trauma. Mulai sekarang, aku nggak akan pergi jauh-jauh selama tidak bersama kalian." "Ayah, ini …." Mbak Nisa menghampiri suamiku kemudian memberikan satu buah kotak merah kecil pada suamiku. "Sesuai pesanan Ayah," lanjut Mbak Nisa. Suamiku menerimanya, kemudian meminta aku untuk mendekat. "Selamat ulang tahun pernikahan, Sayang," ucap suamiku. Tangan kananku diraihnya kemudian kotak kecil itu dibuka. Cincin putih bermata biru yang terlihat berkilau dipasangkannya pada jari manisku. Aku memeluk suamiku erat, "Terimakasih, tapi … aku jauh lebih bahagia bisa peluk erat
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status