Home / Romansa / KAKEK TUA itu SUAMIKU / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of KAKEK TUA itu SUAMIKU : Chapter 141 - Chapter 150

162 Chapters

Bab 141 Ada yang kaget

Hari ini kami akan menghadiri undangan pernikahan Pak Bagas. Acara di undangan tertera pukul delapan malam, bertempat di gedung serbaguna. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Mungkin sekitar tiga puluh menit perjalanan yang harus ditempuh."Dinda cantik sekali," ucap suamiku saat aku telah siap."Bukannya tiap hari aku cantik?" "Istrinya siapa dulu.""Istrinya siapa ya? Aku lupa?""Beneran Dinda lupa?""Sedikit," ucapku seraya memperlihatkan ujung jari kelingking. "Sedikit lupa kalau suamiku sudah aki-aki," imbuhku."Nyonya, anak-anak malah tidur," ucap Bi Ratih. "Tidur? Padahal udah aku siapin baju seragam buat mereka.""Apa mau Bibi bangunin?""Eh, nggak usah Bi. Ilham sama Melati gimana?""Melati udah tidur juga, kalau Ilham masih baca buku tadi," jawab Bi Ratih."Ya udah Bi, aku titip anak-anak di rumah ya, kalau ada apa-apa kabari.""Siap Nyonya."Rencana untuk membawa anak-anak ke acara pernikahan Pak Bagas akhirnya gagal, mereka justru malah tidur terlebih dahulu."Gus, g
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 142 Tamparan untuk Bagas

"Ris, katanya mau nyumbang lagu Kandas. Jadi nggak?" tanyaku saat sedang menikmati lagu dari wedding singer. "Nggak ah, takut ada produser disini, nanti kalau aku nyanyi malah disuruh rekaman sekalian," jawab Riska percaya diri. "Va, temenin aku ke toilet yuks," pinta Riska. Aku mengangguk kemudian mulai mencari toilet. "Ris," panggil Pak Bagas saat hendak menuju ke toilet. "Iya, kenapa?" tanya Riska. "Maaf, aku menyesal sudah meninggalkanmu." "Sudahlah, lupakan. Semoga kamu bahagia." "Tidak, aku tidak bahagia. Aku selalu mengingatmu. Apa kamu mau kembali padaku?" tanya Pak Bagas. Aku cukup terkejut dengan permintaan Pak Bagas. Bisa-bisanya, dia meminta Riska kembali sedangkan resepsi pernikahannya belum selesai. "Maaf, apa aku tidak salah dengar?" "Tidak, Ris. Aku sungguh-sungguh, aku akan menceraikan istriku setelah melahirkan nanti dan akan menikahimu. Aku mohon, kamu mau kan kembali padaku?" Aku geleng-geleng kepala mendengar ucapan Pak Bagas. Bisa-bisanya di
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 143 Pembelaan

"Tristan ko' lama banget datangnya? Padahal tadi sudah aku kirim pesan," ucapku pada Riska. "Ponselnya disini," jawab Riska. Riska mengangkat tas tangan yang dipakainya. "Hubungi suamimu, Va," usul Riska. "Ponselnya disini," sahutku. Gantian sekarang aku mengangkat tas yang aku pakai. Aku dan Riska sama-sama tergelak. Bisa-bisanya disaat seperti ini justru ponsel Tristan dan suamiku tidak ada satupun yang berada di tangan mereka. "Sudah puas kalian tertawanya? Puas menertawakanku?!" Aku dan Riska sama-sama langsung menghentikan tawa kami. Rara ternyata sudah salah paham lagi. Bawaan bayi mungkin, jadi sensitif. Atau mungkin memang sifatnya yang temperamental. "Jadi orang ko' sukanya nuduh, maaf ya … kita tidak sedang menertawakan kalian. Udah deh, biarkan kami pergi. Kalian selesaikan masalah kalian sendiri." Kuulangi permintaan untuk kami pergi kepada Rara. Seandainya di ujung lorong ini bukan tembok, tentu saja aku dan Riska sudah kabur dari pertengkaran pengantin baru ini.
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 144 Hari pernikahan Riska

"Belum pakai make up aja kamu udah dibilang cantik, apalagi nanti kalau kamu udah make up, Ris." Ledekku pada Riska. Pipi Riska bersemu kemerahan, dia tersipu malu."Ah, aku jadi suka. Ups, maksudnya aku jadi malu," ulang Riska. "Lepas aja ya gaunnya, risih," pinta Riska."Tunggu dulu," sergah laki-laki yang mendampingi Tristan.Laki-laki itu mendekati Riska, memeriksa bagian pinggang dari gaun yang Riska kenakan."Sepertinya bagian pinggang sedikit terlalu ketat, apa perlu saya robah jahitannya lagi?""Apa itu artinya aku semakin gendut?" tanya Riska. "Sepertinya aku harus diet.""Jangan! Nggak usah diet! Pasti tukang jahitnya yang salah," sahut Tristan. "Jangan cari penyakit dengan diet segala, kalau bisa merubah ukuran gaunnya kenapa harus mengecilkan ukuran pinggang?" "Tapi 'kan aku mau tampil sempurna di pernikahan kita," jawab Riska."Kamu sempurna di mataku," jawab Tristan cepat.Akhirnya dengan penuh pertimbangan gaun itu tetap dengan ukuran seperti semula. Tidak di rubah be
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 145 Salah orang?

"Nggak Ris, kamu tetap yang tercantik." "Bercanda, Va … aku seneng malah." Riska menjawab seraya merangkulku. "Ris, siap-siap. Akad nikah akan dimulai, nanti kamu keluar setelah ijab kabul selesai ya," ucap kerabat Riska. Aku kemudian mengajak Riska untuk duduk, menunggu Tristan mengucapkan ijab. "Saya terima nikah dan kawinnya Aulia Riska Dewi binti Dede Sutikno dengan mas kawin seperangkat alat sholat serta uang senilai dua puluh tiga juta dua belas ribu dua puluh dua rupiah dibayar tunai." "Bagaimana para saksi?" "Sah!" "Alhamdulillah." Aku memeluk Riska erat, akhirnya sahabatku kini sudah sah menjadi istri dari Tristan. "Selamat Ris," ucapku tercekat. Aku kemudian membawa Riska untuk keluar menuju ke arah suaminya. Betapa serasinya Riska dan Tristan ketika bersanding. Semoga kamu bahagia Ris, doa terbaik untukmu–sahabatku. *** Drrt Drrrt Drrrt Ponsel di atas nakas terus bergetar. Aku yang sudah terlelap tidur rasanya sangat enggan untuk menerima panggilan itu. Drrt D
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 146 Aku benci kata Terserah!

"Berarti selama ini kamu sudah salah dong, Va?" tanya Riska."Mungkin iya, orang dulu waktu ulang tahun, katanya itu Andi. Terus pas mendekat tiga orang, yang satu Tristan, satu Andi, satu Andi yang tadi," paparku pada Riska."Mungkin Andi yang asli juga bagian dari keluarga suamimu, Va, buktinya dia munculnya di acara keluarga suamimu. Waktu Mbak Nisa nikahan juga dia datang 'kan?" Aku membenarkan ucapan Riska. Ada betulnya juga ucapannya. Tapi selama ini yang diceritakan suamiku nggak ada yang namanya Andi. Beneran pusing ini jadinya.***Sampai di pantai aku disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa. Hamparan pasir putih, ombak yang saling berkejaran hingga langit yang cerah seakan menyambut kedatangan kami."Kakek, Tristan sudah pesan kamar terbaik buat Kakek," ucap Tristan."Loh, bukannya kamar yang spesial itu harusnya buat pengantin?""Kalau yang itu sudah pasti." Anak-anak dengan penuh antusias memasuki kamar. Kamar yang dihiasi kaca pada dinding hingga bisa terlihat peman
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 147 Akhirnya bertemu

"Jangan ngambek … Dinda cantik pakai baju itu, tapi nanti kasih jaket ya biar nggak dingin." Aku menuruti keinginan suamiku, kukenakan gaun panjang pink pastel dengan outer yang sedikit kontras berwarna hitam tak lupa pashmina panjang hitam juga aku kenakan. Pukul tujuh malam akhirnya aku dan suamiku telah siap ke acara makan malam. Di bibir pantai sudah tertata meja dan kursi. Orang-orang juga sudah mulai banyak yang datang. Kuedarkan pandanganku, mencari anak-anak yang tadi kata suamiku sudah ada disini. Nah, itu dia anak-anak. Mereka sedang berkumpul bersama Bi Ratih, Pakde Parmin juga Bude Ratmi. Aku dan suami kemudian melangkah menuju ke arah anak-anak. Ternyata ada Mbak Nisa serta Lily juga yang sedang berkumpul. "Kamu nggak pernah cerita kalau adiku pernah hilang?" Mbak Nisa langsung mencecarku dengan pertanyaan hilangnya Alvina dan Arthur waktu itu. Aku memang tidak memberitahu pada Mbak Nisa soal ini, yang terpenting sekarang anakku sudah ketemu. "Maaf Mbak. Sekarang
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 148 Kamu mencintai istri saya?

Malam ini kami habiskan dengan acara makan malam yang hangat bersama. Entah topik apa saja yang kami bahas, aku tidak terlalu fokus. Aku tak tau entah hanya perasaanku atau memang benar kalau Andi sering diam-diam menatapku. "Dinda … apa Dinda sakit?" tanya suamiku. "Nggak ko' biasa aja," jawabku. "Tapi Dinda dari tadi diam saja." "Nggak apa-apa Kanda, aku baik-baik saja." "Sebaiknya kita kembali ke kamar, biar Dinda istirahat," ajak suamiku. Akhirnya sebelum acara selesai aku dan suamiku memutuskan untuk pamit terlebih dahulu. *** Pagi ini, aku disibukkan dengan acara resepsi pernikahan Tristan dan Riska. Acara outdoor di tepi pantai akan mengawali rangkaian resepsi yang akan berlangsung sampai malam nanti. Gaun panjang berwarna putih dengan pita besar di bagian pinggang kini sudah aku kenakan, beserta riasan dari Mas Fahri. "Dinda cantik sekali," ucap suamiku saat pertama melihatku. "Tipuan make up Kanda, kalau nggak pakai make up juga biasa saja," kilahku. "Nggak ko' ta
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 149 Kejujuran Andi

Tak berselang lama acara resepsi pernikahan Tristan dan Riska dimulai. Binar bahagia terpancar dari kedua sepasang pengantin baru itu sepanjang acara. Riska yang sangat cantik dengan gaun berwarna gold tak berhenti menebar senyum. "Kenapa sendirian, Va?" tanya Riska."Anak-anak sibuk bermain," jawabku."Suamimu mana?""Tuh!" Aku menunjukkan pada Riska dimana suamiku berada. Ya sejak tadi suamiku dan Andi masih sibuk ngobrol. Bahkan aku melihat mereka asyik tertawa."Astaga, suamimu ngobrol sama Andi?" Riska cukup terkejut setelah melihat keberadaan suamiku. "Coba kalau suamimu tau kalau Andi pernah suka sama kamu, mana mungkin dia bisa tertawa bersama seperti itu.""Dia sudah tau, bahkan Andi mengatakannya langsung.""Serius?!" Aku mengangguk."Aku jadi penasaran. Ayo dong cerita," pinta Riska."Sayang, aku cari-cari loh, ternyata malah lagi disini," ucap Tristan langsung menghampiri Riska. Dia langsung duduk di samping Riska dan menggenggam tangannya. Aku menatap Riska yang terus m
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 150 Tanda merah di leher

Aku berjalan menuju ke kamar, mengganti gaunku dengan pakaian yang lebih santai. Untung saja acara resepsi memang hanya sebentar, nanti malam baru akan dilanjutkan. [ Mbak, anak-anak disitu ya? ] Kukirim kan pesan pada Mbak Nisa, karena tadi memang Arthur dan Alvina yang meminta main bersama Lily.[ Iya, ini kumpul disini semua ] [ Ok, aku kesitu ]Tak butuh waktu lama, aku menuju ke kamar Mbak Nisa. Cukup berjalan menyusuri anjungan pantai dan di sepanjang kanan berdiri bungalow yang berjejer. Salah satu bungalow itu tempat Mbak Nisa berada.Aku langsung masuk ke dalam bungalow Mbak Nisa karena pintunya yang terbuka lebar."Bunda!" teriak Arthur saat melihatku masuk.Aku pun langsung memeluk dan mencium pucuk kepala anakku."Ternyata kalian semua disini, aku kira masih di acara resepsi," ucapku saat melihat banyak orang yang berkumpul disini. "Anak-anak bosan Va, jadi Bude bawa kesini, tadi diajak sama Non Lily," terang Bude.""Mbak, aku minta minum boleh nggak?" pintaku pada Mbak
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
PREV
1
...
121314151617
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status