Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 341 - Chapter 350

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 341 - Chapter 350

614 Chapters

BAB 341. Bertemu Reni.

Assalamualaikum selamat pagi semuanya bantu follow akunku yaaa😍🌸🌸🌸Kuamati baik-baik wajah itu yang sedang serius memunguti sayuran yang berceceran ke tanah karena kaget tadi. Iya, benar itu sepertinya memang Reni. Dari postur tubuh dan gerakannya juga suaranya.“Reni istrinya Mas Arman?” tanyaku lagi untuk memastikan.“I—ya, ta—ta—pi ba—gaimana bisa ka—mu ada di sini, Fatki?” jawabnya balik bertanya. Pasti Reni terkejut dengan kemunculanku yang tiba-tiba dan juga penampilanku yang acak-acakan karena dia memperhatikanku dari atas sampai bawah. Lengan bajuku yang robek sampai ke pundak, tidak pakai jilbab dan juga gamisku robek bagian dada hingga braku terlihat.Sejujurnya aku pun malu berpenampilan begini, tapi ini bukan mauku. Laki-laki jahanam itu sudah benar-benar mempermalukanku. Auratku bukan hanya dilihat olehnya, tapi juga oleh ke dua anak buahnya semalam. Andai di padang ilalang tadi aku tertangkap pasti auratku akan nampak jelas sekali. Gamis bagian dadaku robek sampai
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more

BAB 342. Ditolong Mbah Supeni.

“Apa lagi, Bang!” jawab Reni.“Mau tanya jalan ke luar dusun ini lewat mana, ya?”“Keluar ke mana, Bang?”“Ya, keluar dari dusun ini ke dusun lainnya!”“Oh, Abang turun ke bawah lalu ada padang ilalang ambil arah ke timur,” jawab Reni. Sepertinya dia paham sekali daerah sini. Tak kudengar lagi suara penjahat itu, Reni mendorong badanku untuk segera masuk dan dia segera menutup pintunya.Reni menarik lenganku masuk ke dapur. "Tunggu di sini aku panggil Mbah Supeni.” Meski aku mulai kedinginan, tapi tetap mengikuti perintah Reni.Tak lama Reni datang bersama wanita paruh baya.Beliau langsung tersenyum ramah padaku.“Fatki, ini Mbah Supeni, pemilik rumah ini sekaligus yang menolongku.” Reni memperkenalkan perempuan itu. Aku segera menyalami beliau.“Aku Fatki, Mbah,” sapaku. Mbah Supeni mengelus kepalaku dua kali.“Ayo, Neng, ikut Mbah. Kamu harus ganti pakaian kalau tidak bisa masuk angin.” Aku ragu, tapi Reni meyakinkan."Mbah orang baik, jangan takut," ucap Reni.“Nah, ini handuk bar
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more

BAN 343. Mereka kembali.

“Alhamdulillah ... terima kasih, Mbak,” ucapku tulus. Aku benar-benar terharu sekali.Mbah Supeni mengangguk, seraya membelai kepalaku.“Apa mereka anak buah rentenir itu? Kalau benar aku pun terancam,” sahut Reni.“Aku tidak tahu, Ren. Yang jelas aku dalam bahaya. Apa kamu bawa HP aku ingin menghubungi ibuku.”“Ada, tapi tidak ada baterainya. Di sini selain susah signal juga tidak ada listrik yang pakai listrik baru masjid dan balai dusun juga beberapa rumah saja di bawah sana,” jawab Reni.“Biar nanti Mbah yang akan mengisi baterainya atau biar Mbah pinjam HP pak kepala dusun saja ke bawah sana. Ke rumah kepala dusun. Kamu tetap di rumah. Biar Reni ikut Mbah. Jangan bukakan pintu apa pun yang terjadi.”“Memang akan terjadi apa, Mbah?” tanyaku penasaran.“Ya, siapa tahu orang-orang tadi kembali. Kamu tetap di dalam kalau sembunyi di ruangan yang berpintu ada gambar burung Cendrawasihnya itu.”“Insya Allah, Mbah. Boleh aku pinjam mukena aku mau salat Zuhur.”“Boleh. Ayo, Mbah antar wu
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more

BAB 344. Angin surga.

“Tidak ada, Bos!” Lapor salah satu dari mereka.“Pasti sudah kabur. Kita buang-buang waktu saja di sini! Mereka berdua sengaja mengulur waktu kita! Cabut!”Lalu terdengar suara deru motor makin menjauh.“Tetap di situ sampai Mbah kembali!” titah Mbah Supeni. Padahal aku lelah sekali badanku juga semuanya terasa sakit.“Istirahat di situ! Ini ada air minum dan lambangsari. Ingat jangan keluar sampai Mbah pulang. Mbah mau ngecas HP Reni sekalian mau pinjam HP kepala dusun. Tulislah nomor yang mau kamu hubungi, Neng dan tulis apa yang akan kamu katakan.”Mbah Supeni memberikan selembar kertas padaku lengkap dengan penanya.“Baik, Mbah. Maaf Mbah ini namanya desa apa, ya? Dan ini ada di mana? Aku tidak tahu ini ada di mana?” Suaraku serak aku ingin sekali menangis.“Dusun Sukomakmur kec. Rumbai. Lampung pesisir perbatasan dengan Provinsi Bengkulu.”Aku tercengang. Bengkulu? Jauh sekali? Pantas saja aku tidak paham daerah sini.“Cepat tulis, Neng!”“Baik, Mbah."081245001002‘Bu, ini Fatki
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more

BAB 345. Kronologi hilangnya Fatki.

Assalamualaikum selamat pagi semuanya Alhamdulillah Fatki sudah tayang lagi. Yuk, bantu follow akunku! Bagi yang sudah follow aku ucapkan banyak terima kasih.🌸🌸🌸POV FAIS "Gimana ceritanya kok, bisa Fatki hilang?!” tanya Om Tohir pada Mbak Susanti.“Tadi, sewaktu aku sedang di ruko bekas di tempati mantan suami Mbak Fatki, dia teriak-teriak memanggilku dan memberi tahu kalau Mbak Fatki menghilang.Aku kira bercanda ternyata tidak.“Itu, Om, Mbak Fatki tadi berniat menolong nenek-nenek yang tanya alamat toko penjual sepatu, tapi tidak balik lagi aku sudah menunggu lama lebih dari satu jam dan aku pun tanya sama tukang parkir katanya masuk ke mobil. Karena panik aku langsung pulang untuk memberi tahu ibunya Mbak Fatki, di depan ada Mas Fais langsung aku minta tolong pada Mas Fais,” jawab Mbak Susanti. Dia menangis saja sejak tadi.Belum lagi ibunya Mbak Fatki sampai pingsan dua kali.“Kita ke sana, ayo, sebelum pasar bubar!” ajak om Tohir.Kami berempat dengan Juna langsung melun
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

BAB 346. Curiga pada Dafa.

POV Fais.[Lacak terus nomor kendaraan itu dan juga nomor ini] Kukirim nomor Mbak Fatki.[Siap, Bos!]“Sudah jangan menangis terus, Mbak, kita salat Maghrib dulu lalu pulang! Kasihan ibunya Mbak Fatki pasti menunggu kabar dari kita,” ajakku.Ting![Mobil dengan plat nomor itu tadi siang melintas, Bos. Ke arah luar provinsi.] Lapor anak buahku.[Bagus. Lacak terus!] jawabku.Pasti mobil itu pun tidak akan benar-benar dipakai sampai lokasi tujuan.[Di tol berikutnya tidak ada, Bos!]Syiit! Benar dugaanku pasti mereka ganti mobil.[Lakukan apa yang aku perintahkan!] Pintaku lagi.[Baik, Bos!]Sopir belok ke halaman Masjid yang sudah iqomat.Mbak Fatki kamu di mana? Aku khawatir sekali.Setelah selesai salat Maghrib kami langsung meluncur pulang.Ting![Nomor ponsel tidak aktif dan terakhir aktif ada di jalan Sudirman Kabupaten Tanggamus.][Apa kemungkinan mereka ke luar provinsi?][Sepertinya iya, Bos. Kami sedang melacak!][Lakukan yang terbaik!]“Aku takut ibunya Mbak Fatki akan marah
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

BAB 347. Dafa antar makanan.

POV Fais.~k~u🌸🌸🌸Hari ke dua pencarian Fatki, aku sengaja izin tidak ke kantor.Aku juga bilang pada mamah kejadian kemarin siang. Mamah dan yang lainnya pun tidak kalah panik bahkan kakak sepupuku Mas Fawas langsung mengerahkan anak buahnya padahal dia sedang sakit dan dia terlihat jauh lebih panik dariku.[Mas, kakaknya Mbak Fakti sudah datang.]Begitu membaca WA dari Susanti aku langsung meluncur ke ruko.Menurut anak buahku memang mobil yang dipakai untuk menculik Fatki ganti sampai tiga kali. Mereka benar-benar ahli menghilangkan jejak.Baru saja aku hendak jalan, Risa dan Sekar sudah ada di ruang tamu. Perasaan tadi aku selesai sarapan tidak ada mereka? Ini masih jam 6 pagi. Kenapa art rumah ini bandel sekali masih saja mau menerima mereka datang ke sini?Mamah ke mana? Pasti beliau tidak tahu kalau ada Risa di sini.Minggu depan sidang putusan dan menurut pengacaraku, Hakim akan mengabulkan gugatan cerai Risa.“Mas, tunggu!” panggilnya saat aku hendak menaiki anak tangga. R
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

BAB 348. Misi penyelamatan.

POV Fais.“Kita harus bagi tugas Mbak, tidak bisa ikut semua. Nanti akan ada orang-orangku yang ke sini untuk mengantar Mbak Susanti ke kantor polisi kalau sampai jam 2 siang kami tidak bisa menemukan titik keberadaan Mbak Fatki.”“Oo, baik, Mas. Aku akan lakukan itu.”Setelah menjelaskan sedikit tentang informasi yang aku dapatkan dari anak buahku pada keluarga Mbak Fatki. Kami memutuskan untuk segera berangkat ke titik-titik yang kami curigai sebagai tempat penyekapan.Waktu berputar seperti cepat sekali hari ini. Tadi kami berangkat jam 8 ini sudah hampir Zuhur, tapi belum dapat apa-apa padahal kami sudah keluar kota. Kami sudah sampai titik ke dua di mana terakhir mereka ganti mobil.Kalau perjalanannya semalam tentu mereka tidak terlalu jauh.Aku sudah marah-marah pada anak buahku bisa-bisanya mengerjakan begini saja tidak becus! Otakku rasanya sudah panas sekali.Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri kalau sampai terjadi sesuatu pada Mbak Fatki.“Sabar, Mas. Kami juga panik, t
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

BAB 349. Mereka datang lagi.

“Ren, aku pingin BAB, gimana ini?” Tiba-tiba saja perutku mules sekali tidak tertahankan sepertinya karena aku minum air mentah tadi sewaktu di kamar mandi belakang.“Duh, gimana dong? Bisa ditahan enggak?” Reni pun sepertinya mengkhawatirkan keadaan di luar.“Enggak bisa Ren, kebelet banget. Jangan-jangan bakalan diare, aku tadi minum air sumur di bawah.”“Tahan bentar ya, aku lihat keadaan sekeliling dulu. Kamu coba lakukan penyamaran.”“Nyamar gimana, Ren? Duh, kebelet.”“Nih, pegang dulu, kata orang zaman dulu kalau pingin BAB, tapi masih dalam keadaan darurat suruh pegang batu nanti enggak kebelet.”Meski tidak masuk akal kali ini aku harus mengsugesti alam bawah sadarku.“Kamu diam saja di sini, awasi sekitar. Aku mau keluar dulu.” Aku mengangguk. Reni keluar, buru-buru pintu aku kunci lagi.Aku mengintip dari celah pintu, dia menggerak-gerakkan tangannya pandangannya mengawasi sekitar. Lalu turun ke bawah. Aku pun mengawasi sekitar barang Kali penjahat itu ada di bagian depan r
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

BAB 350. Luka hati Reni.

“Hampir saja. Cepat naik ke atas dan sembunyi lagi,” bisik Reni.Aku menggeleng.“Tidak, Ren, aku di sini saja sama kamu," tolakku.“Ambilkan kayu bakar itu. Aku mau menghidupkan tungku mau masak air untuk isi teremos. Aku kalau malam biasa minum air hangat disuruh Mbak Supeni makanya kalau jam segini sudah siap-siap masak air.Kuambil beberapa kayu bakar dan membantu Reni menghidupkan tungku.Hidup di dusun begini ternyata cukup menyenangkan. Masih asri dan penduduknya baik-baik. Kalau saja aku tidak dalam bahaya rasanya ingin lama-lama di sini.“Teh! Teteh!”Aku dan Reni sama-sama kaget karena kami sedang serius menghidupkan api.“Ayo, bawa golok itu!” Aku mengangguk, kami ke atas, ke ruang tamu.“Bawa apa kamu anak kecil?”Astaghfirullah orang itu masih saja di sini pura-pura selfi. Mereka pasti yakin aku ada di sini. Mungkin mereka menunggu malam untuk kembali menculikku?“Oh, ini, bawa makanan untuk tamunya ....”“Tamu? Apa ada tamu juga di sini?” tanya penjahat itu.“Iya, ada. A
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
62
DMCA.com Protection Status