Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 281 - Chapter 290

614 Chapters

BAB 286. Intan kritis.

~k~u🌸🌸🌸“Nak, kamu demam? Apa kamu sakit? Ini sudah siang dan kamu belum bangun. Kamu sudah janji kan, sama Mas Fais dan pamannya Intan. Kamu bilang mau ngurus BPJS Intan, kan?” Aku mengangguk.“Aku masih sangat ngantuk Bu, bolehkah aku tidur barang sebentar lagi?”“Ya, tidurlah, nanti Ibu bangunin kamu. Itu di bawah Susanti sendang ngomel-ngomel pada Reni “ Aku mengangguk saja. Terserah Susanti mau berbuat apa pada Reni. Semalam kami sudah sepakat kalau Reni hari ini diawasi Susanti untuk cek lab ke rumah sakit. Dia harus periksa. Kalau dia benar-benar terkena HIV-AIDS putus sudah semua harapankku.“Aaaa ... toloong!”“Mbak, tolong Reni, Mbak!” Susanti pun ikut berteriak memanggilku.Terpaksa aku turun ke bawah dan mengabaikan rasa kantukku.“Ada apa, San?” jawabku. Tergopoh-gopoh aku menghampiri dia. Nyawaku ini sepertinya belum kembali sepenuhnya. Serasa melayang.“Lihat itu Reni kesakitan,” jawab Santi.“Ren, mana yang sakit?” tanyaku kebingungan pasalnya Reni guling-guling di
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

BAB 287. Bertemu Mbak Sulis.

Aku ke rumah sakit seorang diri. Ibu tidak bisa ikut karena harus membantuku memotong kain. Alhamdulillah ibu pun punya skill menjahit yang tidak diragukan lagi. Dulu waktu kami anak-anaknya ibu kecil dan sekolah semua ibu membantu perekonomian keluarga dengan menjahit. Meskipun zaman dulu penjahit tidak seeksis sekarang, tapi Alhamdulillah bisa membantu bapak.Aku tadi sudah ke kantor BPJS terlebih dahulu untuk mengurus tunggakan yang ada dan mengaktifkan kembali kartunya. Lelah dan banyak prosedur yang harus aku ikuti, Alhamdulillah bisa juga asal kita bawa uangnya untuk melunasi tunggakan yang ada. Sebenarnya dicicil juga boleh, tapi aku memilih untuk membayar semuanya.Beruntungnya semua kartu identitas Intan ada copiannya jadi tidak banyak memakan waktu.100 ribu rupiah per orang dikali 4 orang karena bapak mertuaku sudah meninggal dikalikan lagi 3 bulan juga harus membayar denda selama 3 bulan itu. Tak mengapa yang penting bisa membantu Intan. Kalau tidak pakai BPJS ibu tidak p
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

BAB 288. Cerita Mbak Sulis.

“Mbak Sulis!” panggilku. Dia pun terkejut melihatku dan melambaikan tangannya.Aku segera menghampiri dia yang duduk di barisan ujung belakang sebelah kanan.“Mbak, apa kabar?” tanyaku. Aku senang sekali bisa bertemu Mbak Sulis. Tidak pernah menyangka akan berjumpa di sini karena pas pindahan dia berjanji akan main ke ruko. Lalu saat aku ke rumah ibu, kabarnya Mbak Sulis ikut majikannya ke Jawa.“Kabarku baik, Mbak, Fatki.” Kami cipika-cipiki.“Mbak Sulis, di sini siapa yang sakit?” tanyaku penasaran.“Em, itu, Mbak, yang sakit si Ika,” jawab Mbak Sulis seperti tak enak padaku.“Ika? Ika mantan istrinya bapak mertuaku?”“Iya, Mbak. Bener.”“Memang sakit apa dia, Mbak. Kok, Mbak Sulis yang mengantar dia ke sini?”“Itu, si Ika ngeluh sakit perut terus padahal dia sudah tidak hamil lagi.”“Maksudnya?”“Si Ika keguguran Mbak, lebih tepatnya bayinya meninggal di perut. Jadi, terpaksa di lahirkan. Operasi caesar sekitar satu bulan yang lalu.”“Memang Ika sama Mbak Sulis? Bukannya Mbak Suli
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

BAB 289. Intan berhasil melewati masa kritis.

Syukur Alhamdulillah kalau Mbak Sulis tidak tahu cerita sebenarnya tentang Intan dan Mas Arman.Aku beranjak lagi untuk segera bertemu Citra.“Mbak, Fatki!” panggil Citra. Aku sedikit berlari untuk segera sampai.Aku menyalami Citra dan juga bibi. Wajah bibi sendu sekali matanya sembab pasti bibi habis menangis.“Gimana Intan, Bi?” tanyaku.“Berhasil melewati masa kritisnya tadi pagi. Semoga saja nanti malam setelah dioperasi Intan segera membaik.”“Aamiin ... Bi, semoga saja kita doakan yang terbaik untuk Intan,” jawabku.“Ibu nangis terus, Mbak. Karena tadi kan, video call sama Bude Weni di kampung. Bude Weni itu tidak mau makan Mbak. Beliau keinget anak-anaknya terus. Apalagi kondisinya Mbak Intan yang memprihatinkan begini.”“Aku paham gimana perasaan seorang Ibu, Cit. Ibu begitu ya, memang benar karena kepikiran anak-anaknya.”“Gimana kabar Mas Arman?” tanyaku. Semalam aku tidak sempat menanyakannya pada Paman Tohir ataupun Mas Fais. Sudah kadung lelah.“Kata Bapak ya, masih dipr
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

290. Mengajak berbicara alam bawah sadar Intan.

“Intan ... Mbak, sudah memaafkan kamu. Bahkan Mbak sudah melupakan semua kenangan buruk tentang kita. Mari kita buka lembaran baru lagi. Jadi manusia seperti yang baru dilahirkan memulai semuanya dari awal lagi.”“Intan ... sembuh, ya? Kamu tahu orang-orang yang jahat padamu sudah ditangkap polisi dan bersiap menerima hukuman yang setimpal. Kalau kamu sembuh kita bisa menjebloskan orang-orang yang terlibat dalam kejahatan yang menimpa kamu.”“Intan ... tidak ada manusia yang tidak punya dosa dan masa lalu yang kelam. Ayo, semangat sembuh agar kita bisq memperbaiki kesalahan kita itu untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.”“Intan, Mbak janji akan mengajarkan kamu pada kebaikan-kebaikan sebisa Mbak. Sembuh ya, Tan. Ingat Ibu yang selalu ada untukmu dengan tulus. Ingat Ibu yang selalu berharap untuk kesembuhan kamu. Ayo, Tan, lawan rasa sakit itu. Lawan semuanya. Mbak yakin kamu bisa.”“Kamu ingat, Tan? Dulu kamu minta dibuatkan kebaya putih mewah dan bagus untuk acara pernikahan ka
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

BAB 291. Membuat k.o ke dua istri rentenir.

“Aku juga, perkenalkan Fawas, pemilik Mega property. Siap mengawal kasus ini.” Mas Fawas mengulurkan tangannya.Kami semua tertegun. Terutama aku. Kok, Mas Fawas tiba-tiba ada di sini.Dia mengedip-ngedipkan matanya pada Mas Fais sedang Mas Fais langsung cemberut.Mengetahui situasi ini Wulan terkekeh seraya memukul bahu Mas Fawas.“Apaan sih, Mas, ganggu orang aja,” Mbak Wulan.“Kebiasaan emang,” jawab Mas Fais.“Ka—lian ken—apa a—da di si—ni?” tanya istri rentenir itu.“Apa masih kurang dengar, Bu. Kami di sini siap mengawal kasus ini sampai selesai.”“Ka—lian ti—dak boleh ikut campur ma—salah ini. Ka—lian tidak terlibat dalam masalah ini,” jawab istri rentenir itu lagi.“Eghem! Dalam membela kebenaran tidak ada keharusan untuk terlibat langsung dalam masalah seseorang. Benar begitu, Pak Dosen?” ucap Mas Fawas tanya pada Mas Fais.Mas Fais manggut-manggut seraya memegang dagunya.“Hah, ka—lian ini benar-benar kurang ajar!” bentak wanita tambun ini lagi.“Sudahlah, jangan banyak bic
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

BAB 292. Susanti mengabarkan keadaan Reni.

Kasihan Intan, kalau mereka sampai bebas lenggang begitu saja hanya karena mereka berduit.“Mbak, aku lapar kita makan dulu, yuk?” ajak Citra.“Ayo, kamu mau makan apa kita order makanan saja ya, kasihan Intan kalau ditinggal.” Citra setuju. Aku pun belum makan tadi pagi hanya sarapan sereal dan buah saja.“Biar aku carikan di luar, Mbak. Kebetulan mau keluar bentar,” tawar Mas Fais.“Apa tidak merepotkan, Mas, kamu sudah terlalu banyak membantu kami, Mas. Aku jadi tidak enak. Sungkan rasanya,” jawabku.“Tidak, Mbak. Aku melakukan ini dengan senang hati,” jawabnya memasang senyum padaku.“Jazakallah, Mas.” Mas Fais mengangguk lalu pamit pergi.“Alhamdulillah ... saat susah begini ada yang tulus membantu kita, ya, Nak. Kalau tidak entah bagaimana nasib Intan. Pastinya kami hanya bisa pasrah saja,” ucap bibi.“Benar, Bik. Alhamdulillah kita dikelilingi orang-orang baik. Aku pun sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka.”“Iya, ini berkat kebaikan Mbiak Fatki juga,” sahut Citra.“Buka
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

BAB 293. Mulut Sintia.

“Loh, Fatki, ke sini yang jaga Intan, siapa?” tanya ustazah Zahra.“Mas Fais sama mantannya Mas Fawas,” jawab Citra. Ekspresi wajah ustazah dan Zahra langsung berbeda dan mereka buru-buru pergi.“Duluan ya, Mbak,” pamit Zahra.“Kenapa, sih? Perasaan kok, ada yang aneh?” tebak Citra.“Hanya perasaan kamu saja. Cepat telepon bapakmu, kita makan dulu. Kasihan bapakmu sama pakdemu pasti nahan lapar,” titah bibi.Ting![Mbak ini Reni, pingsan. Gimana, dong?] Kubaca baik-baik WA dari Susanti.[Badannya panas, Mbak.][Panggil bidan aja, San. Enggak mungkin kan, kamu sama Ibu bawa ke rumah sakit.] balasku.Sebenarnya kasihan sama Reni, tapi aku juga bingung harus gimana. Kurasa Reni banyak pikiran ditambah sakitnya dia, jadi drop begitu.“Mbak, kok, bengong. Ayo, dimakan!”“I—ya, Cit. Mbak, lagi kepikiran itu si, Reni sakit. Dia datang ke rumah semalam,” jawabku lemas.“Reni? Reni istrinya Arman?” tanya paman. Sepertinya mereka juga kaget dengan pengakuanku.“Iya, Man, dia kasihan. Reni kemar
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

BAB 294. Tuduhan Sintia padaku.

~k~u🌸🌸🌸“Mbak, Fatki, tunggu!” panggil Mbak Wulan. Dia bersama Mas Fawas.“Sudah salat?” tanyaku basa-basi. Aku canggung Mas Fawas melihatku seperti itu.“Sudah di Masjid sebelah sana.” Kami jalan beriringan ke ruang ICU lagi.“Sebenarnya yang sakit itu siapa sih, Mbak. Kok, sepertinya parah banget?”“Intan, aduk iparku, Mbak. Memang parah. Kasihan dia mengalami pelecehan seksual dan juga penyiksaan. Makanya kasus ini dikawal polisi. Aku kira sudah tahu karena Mas Fawas tadi, kan ....”“Oh, itu? Aku sih, ikutan Fais aja. Sengaja mau ngeledek dia,” sahut Mas Fawas.“Biasalah, Mbak, ini Kakak durhaka, enggak bisa lihat adiknya seneng. Jadi, iseng gangguin,” timpal Mbak Wulan.“Bukan itu saja sih, aku juga ikutan Fais aja, dia kan, lope-lope sama Mbak Fatki.”“Jadi, maksudnya kamu lope-lope juga, Mas? Eyalah dasar aneh!” seru Mbak Wulan. Dia menoyor kepala Mas Fawas. Kami semua terkekeh. Aku tahu Mas Fawas hanya bercanda saja, tapi entah kenapa aku tidak nyaman dia berkata seperti itu
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

BAB 295. Mas Fawas marah pada Sintia.

“Sintia, ngomong apa kamu itu! Jangan macam-macam!” bentak Mas Fawas.“Sayang, aku ini ngomong benar lo ....” jawab Mbak Sintia dengan gaya khasnya yang manja menyandarkan kepalanya ke pundak Mas Fawas dan terkesan dibuat-buat.“Tuduhan kamu itu tidak beralasan, Sin! Awas, ah, jangan nempel-nempel begini!” Mas Fawas mendorong kepala Mbak Sintia.“Kok, kamu diam saja? Benar kan, apa yang aku bilang. Aku dengar pakai kupingku sendiri loh, bukan kuping tetangga. Mas Fawas, awas ya, kamu kalau dekat-dekat dengan dia. Bawa bala saja. Penyakitan dia itu!” ucap Mbak Sintia lagi.“Jangan fitnah, Mbak. Tahu kan, kalau fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan!” bentak Citra.“Aku tidak fitnah. Aku bicara berdasarkan apa yang aku dengar. Kamu tidak usah lagi nutup-nutupin aib orang begitu. Atau jangan-jangan kamu pun punya penyakit kelamin, juga ya? Kamu kan, satu kufu sama dia,” tuduh Mbak Sintia pada Citra.“Ini otak kalau ngomong jangan suka asal! Bikin malu aja!” bentak Mbak Wulan seraya
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
62
DMCA.com Protection Status