Home / Rumah Tangga / VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Chapter 271 - Chapter 280

614 Chapters

BAB 275. Mas Fais dihajar.

“Fais, eling, le’, sadar. Kamu itu sedang terkena peletnya dia. Istighfar,” ucap bapaknya Sekar.“Aku sedang dalam keadaan sadar, Pak. Aku tidak akan membentak orang kalau tidak kelewatan,” jawab Mas Fais.“Fais, kamu salah paham, Nak. Kami ke sini dengan baik-baik dan bicara baik-baik pada perempuan itu, tapi kamu lihat sendiri kan, kami malah disiram begini,” elak ibunya Sekar.“Sepertinya percuma bicara dengan Ibu dan Bapak. Sama sekali tidak ada hasilnya ....”“Fais, Nak, kami, tunggu kamu di rumah, ya? Kita bicarakan semua ini baik-baik di rumah. Bapak janji akan hadirkan Risa nanti. Kita bicara dari hati ke hati. Bapak yakin Risa pun mau. Kamu tenangkan pikiranmu dulu, ya, Bapak tunggu di rumah sore nanti,” ucap bapaknya Sekar.“Tidak perlu menungguku, Pak. Aku tidak akan ke sana. Tadi pun harusnya aku bertemu Risa, tapi dia tidak ada. Sepertinya dia lebih memilih tinggal ke rumah pacarnya dari pada datang untuk mediasi. Aku rasa aku tidak perlu melakukan ini pada Bapak dan Ib
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

BAB 276. Intan butuh BPJS.

“Sekali lagi kamu katakan anakku sudah berzina, aku tidak akan segan-segan membunuhmu! Aku tidak takut padamu sekali pun kamu orang kaya raya di sini!” teriak bapaknya Sekar menarik perhatian orang-orang yang lalu lalang.“Dan kamu perempuan sampah! Awas berani macam-macam pada kami dan mencoba mengambil apa yang sudah dimiliki anak kami, maka aku pun tidak akan pernah tinggal diam. Kamu akan kehilangan nyawamu juga!” teriaknya padaku. Aku yang tidak tahu apa-apa tentu saja tidak terima dikatai dan diancam begitu.“Jangan, panggil aku sampah kalau nyatanya situ yang sampah!” Kulempar tong sampah di depanku tepat mengenai mereka.“Kurang ajar!” Bapaknya Sekar emosi dan hendak membalasku. Mas Fais sigap berdiri dan memegang kerah kemejanya.“Pergi atau aku ....” ucap Mas Fais kesal.Duh, Mas Fais ... lagi-lagi dia mencoba melindungiku.“Ayo, Bu, kita pulang! Fais, urusan kita belum selesai!”Mereka menggeber mobilnya lalu pergi dari sini.“Mas, kenapa kamu enggak balas pukul sih,” tanya
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

BAB 278. Ooh ... Intan.

Aku jelaskan pada semuanya yang ada di sini tentang kondisi Intan.Ibu pun setuju kalau aku menyusul ke rumah sakit. Aku dan ibu. Susanti tidak ikut dia, harus mulai mengerjakan jahitan kami.Klek! Mas Fais ke luar dari kamar mandi.Mata kami tertuju pada dia seorang. Kami semua tertawa terpingkal-pingkal, bahkan aku sampai keluar air mata melihat Mas Fais pakai kaos oblongku. Dia bukannya salah tingkah malah pede aja tanpa tersenyum ataupun bicara.“Eghem! Mbak Fatki, terima kasih sudah meminjamiku kaos ini.” Aku mengangguk seraya menahan tawa.“Ya, sudah kalau gitu, kami permisi pulang,” ujar Mas Fais lagi.“Eh ... pulang-pulang. Nanti dulu. Kita antar Mbak Fatki ke rumah sakit dulu. Adik iparnya katanya sakitnya bertambah parah, Mas,” ucap Zahra.“Intan, maksudnya?” tanya Mas Fais. Kami serempak mengangguk.“Baik, kalau gitu dengan senang hati.”“Kita salat dulu, Mas, sudah azan Zuhur tuh,” pinta Zahra.“Tapi, Mas Fais gimana? Pakai baju perempuan gitu?” tanyaku panik.“Tenang, Mba
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

BAB 279. Datang lagi.

Assalamu’alaikum selamat pagi semua ... Yuk, bantu follow akunku! 😍🌸🌸🌸POV Fais.Astaghfirullah!” seru Zahra saat mendapati mertuaku lebih tepatnya calon mantan mertua alias orang tua Risa sudah duduk manis di ruang keluarga.Di depan memang tidak ada mobilnya maka dari itu kami kaget ketika mendapati mereka sedang bersantai ria dan tertawa bersama mamah. Seolah tidak terjadi apa pun tadi siang.“Kamu kenapa, Zah? Kok, kaget gitu?” tanya mamah saat kami menyalami beliau.“Lihat set*n,” bisik Zahra dan aku terkekeh.“Di mana?” jawab mamah, ya, Allah, mamah percaya juga dengan ucapannya Zahra.“Di depan, Mamah,” bisik Zahra lagi.”“Astaghfirullah ... Zahra! Kalau ngomong hati-hati ah, enggak boleh gitu enggk baik!” bentak mamah. Zahara dan aku terkekeh lagi.Kemudian kami bergantian menyalami orang tua Risa.“Baru pulang kalian, Nak, seneng deh, Ibu, kalau lihat kakak adik gini akur banget. Saling sayang gitu,” ucap ibunya Risa.“Iya, seperti yang Ibu lihat,” jawab Zahra. Dia dudu
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

BAB 280. Terpancing emosi.

“Menuduh? Ck, Bapak dan Ibu jangan tutup mata dan pura-pura tidak tahu, deh! Memang begitulah kelakuan Mbak Risa. Mana ada istri Soleha biarin suaminya terkatu-katung tanpa kejelasan status padahal dikasih nafkah lahir tiap bulan. Apalah kurangnya Mamasku ini. Segala-galanya dia punya dan sudah bersikap baik selayaknya suami.” Zahra pun tidak tinggal diam suaranya melengking hingga suaminya menghampiri kami.“Sayang? Kamu sudah pulang, yuk, masuk!” ajak suami Zahra.“Iya, Mas, tunggu! Aku mau belain kakakku dulu. Pak, Buk, sudah cukup ya, selama ini kesabaran kami. Pokoknya aku tidak rela dan tidak ridho dunia akhirat atas perlakuan kalian terhadap kakakku,” ucap Zahra lagi. Lalu pamit masuk ke kamar.“Nak, apa itu benar?” tanya Mamah. Aku mengangguk.“Mah, aku tadi tidak sengaja mau bertamu ke rumah Mbak Fatki, itu karena Zahra yang mengajak dan ternyata feeling dia benar. Mamah mau tahu? Di sana orang tua Risa sedang memaki Mbak Fatki yang tidak-tidak. Padahal sudah ditegaskan berka
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

BAB 281. Risa membantah orang tuanya.

“Cemburu? Ya, itu dulu saat Risa mengakui bahwa dia jatuh cinta dengan laki-laki lain selain aku suaminya. Bapak bisa bayangkan sendiri bagaimana syok dan sakitnya hatiku waktu itu? Jika Bapak laki-laki bergelar suami yang punya rasa cinta pada istrinya pasti Bapak pun akan merasakan apa yang aku rasakan. Itu dulu, Pak. Sekarang tidak lagi, aku sudah membebaskan Risa. Aku sudah menemukan wanita lain yang aku cintai. Jangan salahkan aku karena aku hanya berusaha mengobati lukaku. Jika, Bapak tidak percaya dengan pengakuanku bisa ditanyakan sendiri pada Risa ataupun Sekar, ataupun Dafa. Dokter Dafa, itu kekasih Risa saat ini bahkan dari 4 tahun yang lalu. Bukankah dalam Islam agama kita, berpacaran sudah disebut zina? Zina dalam agama kita bukan hanya berhubungan badan layaknya suami istri? Ada zina tangan, zina mata, zina hati? Aku yakin Bapak lebih tahu tentang ini dari pada aku.”“Tenang, Nak, jaga emosimu,” ucap mamah seraya mengelus-ngelus dadaku.“Kita buktikan ya, Pak, aku akan t
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

BAB 282. Ayan.

“Segala sesuatu jika dipaksakan memang tidak baik, Pak. Kita sudahi semuanya. Besan tenang saja ikatan persaudaraan kita tetap terjalin, meski kita sudah tidak jadi besan lagi,” ucap Mamah.“Em, Pak, Bu, kalau Mbak Risa sudah tidak mau dengan Mas Fais ya, jangan dipaksa. Aku siap kok, jadi pengantinnya Mas Fais. Aku siap jadi pengganti Mbak Risa,” sahut Sekar.“Oo, Cah gendeng kamu! Ngomong opo, tho! Ra jelas!” sahut ibunya. Aku sendiri cukup terkejut dengan pengakuan Sekar. Apa dia selama ini bersikap baik padaku karena ada tujuannya?Mamah, ah, tatapannya padaku sulit diartikan. Mamah pun pasti terkejut sekali dengan keinginan Sekar.Sedang Zahra tertawa terbahak-bahak di ruang TV. Loh, apa dia nguping pembicaraan kami? Bukankah dia tadi pamit masuk kamar bersama suaminya? Anak itu enggak sopan ketawa sampai kedengaran sini.“Sekar! Jangan buat Bapak tambah pusing! Apaan kamu itu! Enggak jelas!”“A—ku beneran loh, Pak, aku mau jadi istrinya Mas Fais setelah nanti Mbak Risa resmi ber
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

BAB 283. Pengakuan Reni padaku.

“Bu, siapa yang datang, ya, sudah malam begini?” tanyaku pada ibu yang kebetulan ibu pun belum tidur. Saat ini sudah jam 11 malam aku dan ibu baru kembali dari rumah sakit tadi selepas isya karena harus menunggu Paman Tohir dan pakdenya Intan datang dari kantor polisi.“Ibu pun tidak tahu, jangan kamu buka dulu kita lihat siapa? Takutnya rombongan rentenir itu.”“Kita cek, dulu Mbak,” sahut Susanti.Bel di bawah tidak berhenti-henti takutnya memang benar-benar perampok. Aku sudah siap siaga dengan ponselku kalau sekiranya memang penjahat langsung telepon polisi.“Siapa?” tanya Susanti sedikit berteriak.“Reni!”“Reni, siapa?” tanyaku memastikan. Bisa jadi, kan, penjahatnya tahu orang-orang yang aku kenal.“Reni istri tercinta dan istri tersayangnya Mas Arman,” jawabnya lagi. Susanti cekikikan mendengar pengakuan Reni.“Ada apa ya, Mbak, dia malam-malam ke sini, takutnya bikin rusuh kita, loh?”“Entah, San, aku pun tidak tahu, kali aja memang penting. Kamu dengar kan, suara dia serak
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

BAB 284. Ketakutanku.

“Bukan! Bukan cees. Ceritanya panjang, Fatki, kalau untuk saat ini aku tidak bisa cerita. Aku malu,” jawab Reni membingungkan.“Kalau kamu tidak mau jawab, ya, sudah tidak apa-apa, tapi kamu pergi dari sini. Pulang sana!” Usirku.“Jangan, Fatki. Jangan usir aku. Kalau bukan minta tolong sama kamu lantas sama siapa lagi.” Reni duduknya seperti tidak nyaman. Dia gelisah seperti duduk di atas bara tidak tenang sama sekali. Apa dia begitu takut diusir?“Makanya cepat katakan jangan banyak basa-basi. Aku tahu kamu manusia seperti apa, Ren. Oleh sebab itu aku tidak percaya lagi sama kamu,” jawabku kesal.“A—ku sakit, Fatki. Sakitku tidak bisa aku ceritakan pada siapa pun. Aku malu,” jawabnya ambigu.“Pergi! Pulang sana!” bentakku.Begitu dibentak Reni kembali menangis dia menatapku dalam-dalam dan tatapannya itu sendu. Mungkinkah kali ini Reni tidak sedang main-main atau mencoba mengelabuiku?“Tapi janji ya, kalian tidak akan menertawakanku?” Aku dan Susanti mengangguk.“Janji?”“Iya ... y
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

BAB 285. Memaksa Reni.

“Aku tidak bisa tenang, San. Aku rasanya tidak sanggup lagi. Kenapa aku selalu dalam posisi yang tidak menguntungkan. Salahku apa? Aku tidak bisa berbuat apa-apa andai benar tertular. Aku sudah putus asa, San.”“Mbak, ya, Allah ... istighfar, Mbak. Jangan menyerah begitu. Kita hadapi sama-sama," ujar Susanti.“Kamu besok harus cek lab, Ren. Biar tahu kamu sakit HIV-AIDS atau tidak,” saranku.“Tidak mau. Aku takut kalau hasilnya benar. Nanti aku gimana? Masa depanku gimana?” ujarnya lagi.“Masa depan kamu bilang? Sekarang pun kamu sudah tidak punya masa depan! Bukan hanya kamu! Aku pun terancam!” bentakku.“Tidak, pokoknya aku tidak mau cek lab. Aku mau nekat berobat tradisional saja,” jawab Reni bersikeras dengan pilihannya.“Kalau kamu enggak mau cek lab, malah makin parah nanti,” sahut Susanti.“Aku tidak punya uangnya lagi. Sudah habis tinggal 200 ribu rupiah dan ini akan aku pergunakan untuk ongkos pulang kampung.”“Kamu mau pulang kampung?” tanyaku.“Iya, aku ingin berobat di ka
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
62
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status