Semua Bab VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU : Bab 291 - Bab 300

614 Bab

BAB 296. Sintia nempel bak perangko.

“Eyalah bocah, enggak sopan!” bentak bibi. Citra dan Mas Fais terkekeh.“Lah, bener loh, Buk. Luamyan uangnya untuk Intan.”“Iya-iya, yuk, pulang keburu Maghrib!” ajak bibi.Kami beriringan jalan ke luar. Mas Fais di depan kami di belakangnya.“Mas, nanti aku turun di rumah Bibi saja ya, biar dijemput Susanti,” pintaku.“Iya, Mbak, boleh.”“Antar Mbak Fatki saja dulu, tidak apa-apa nanti baru antar kami,” sahut Citra.“Nah, itu jauh lebih bagus,” jawab Mas Fais.“Ssstt ... kamu itu, Cit, enggak sopan loh,” bisik bibi.“He he ... maaf deh, Buk. Eh, maaf ya, Mbak.” Aku mengangguk.“Sebenarnya kalian penasaran enggak sih, sama Arman? Kok, Bibi, pingin banget ketemu Arman, ya? Bibi pingin mukulin dia. Astaghfirullah ....”“Sama, Buk. Aku pun ingin ketemu Mas Arman. Mau kusumpel itu mulut dia pakai uang koin 200 perak. Emosi jiwa aku, Buk. Pasti ini Mas Arman menganggap semuanya baik-baik saja. Aku yakin itu.”“Itulah yang Ibu pikirkan. Ibu juga sudah bilang sama saudara-saudara di kampung
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-24
Baca selengkapnya

BAB 297. Kecelakaan.

Saat aku melihat ke arah Mas Fais lagi dia memberi isyarat padaku dengan kepala dan matanya, sepertinya dia menyuruhku untuk masuk ke mobil lebih dulu.“Masuk mobil?” tanyaku. Mas Fais mengangguk.Mas Fais mengarahkan kunci ke mobilnya. Aku segera masuk, Citra dan bibi ikut masuk.“Ayo, Lan, pulang! Biarkan saja Sintia di sini,” ajak Mas Fawas.“Eeehh ... tidak bisa, dong! Kamu harus mengajakku Mas!” pekik Mbak Sintia.Mas Fais menyingkirkan Mbak Sintia dari pintu mobil Mas Fawas. Kemudian kakak beradik itu segera masuk.“Mas-Mas, tunggu!” Mbak Wulan tancap gas dikejar Mbak Sintia.Kesempatan itu digunakan oleh Mas Fais untuk masuk mobil dan juga tancap gas.“Pak, ini uang parkirnya, Maaf!” Mas Fais melempar uang lembaran merah pada tukang parkir. Mbak Sintia seperti kebingungan kini dia berganti mengejar mobil Mas Fais.“Astaghfirullah ... ampuni aku ya Allah,” gumam Mas Fais.“Kasihan Mas, Mbak Sintianya nanti dia pulang sama siapa?” tanyaku.“Kasihan, tapi memang dia begitu, Mbak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-24
Baca selengkapnya

BAB 298. Daun kelor.

~k~u🌸🌸🌸“Mbak, itu si Reni ngerengek terus kayak anak kecil pusing aku dengarnya,” keluh Susanti. Siang ini aku menjenguk Reni di rumah bersalin. Dia dirawat di sini.“Terus gimana. Kamu sudah jelaskan belum ke bidannya?” tanyaku. Susanti memang aku mintai tolong untuk jual perhiasan Reni. Laku 9 juta rupiah. Dia jual kalung seberat 10 gram.“Sudah, kata bidan biar dirawat di sini dulu sampai keadaan membaik. Kalau di rumah sakit kasihan tidak ada yang jaga kalau perlu apa-apa susah. Kata bidan Sri bayarnya juga setengah saja. Dia niat bantu Reni,” jelas Susanti.Memang Bidan Sri terkenal baik hati dan tidak segan-segan menolong pasien-pasiennya. Tidak pandang bulu bagaimana latar belakangnya yang penting ditolong. Begitu katanya dulu waktu aku pernah periksa kehamilanku yang pertama. Tempatnya memang agak jauh dari ruko ini dan lebih dekat dari rumah ibu yang dulu. Aku memilih Reni untuk dirawat di sini ternyata benar.“Dia diomelin terus tahu, Mbak, sama Bidan Sri. Dinasihati sur
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-24
Baca selengkapnya

BAB 299. Kesal.

Assalamualaikum pagi semua ... yuk, bantu follow akunku!POV Arman."Pak polisi tolong izinkan aku pulang sebentar saja. Aku ingin bertemu adikku dan ibuku satu kali ini saja!” seruku kesal sekali. Rengekanku sama sekali tidak digubris oleh para polisi itu. Padahal aku ingin sekali pulang sebentar saja. Aku ingin ketemu Intan. Aku ingin lihat Intan. Katanya suaminya Intan sedang sakit dan sakitnya parah. Saat aku tanya sakit apa dia tidak mau jawab hanya sakit parah saja. Akan tetap, aku lihat dari wajahnya sepertinya sangat murung sekali. Sedih dan emosi jadi satu.Aku sebenarnya juga ingin sekali marah pada suaminya Intan. Dia sudah membohongiku. Aku kira dia benar-benar hanya bisnis uang saja tidak tahunya dia seorang bandar narkoba.Aku sudah ditipunya habis-habisan. Mau protes pun rasanya percuma. Aku benar-benar kesal padanya. Dia banyak uang jika aku menuntut balik atas kasus penipuan pasti aku akan kalah. Apalah aku hanya remahan rengginang bagi dia. Pantas saja dia kaya raya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-25
Baca selengkapnya

BAB 300. Nasib oh ... nasib.

Zaman dulu tidak ada beginian. Orang salah ya, dihajar biar tidak mengulangi kesalahannya bukan malah dijerat pasal penganiayaan. Intan itu anaknya keras kepala kalau tidak dihajar begitu dia tidak akan mikir dia tidak akan pernah tahu kalau salah.Masa iya, polisi malah melindungi seorang istri yang kabur dari rumahnya karena tidak tidak suka pada ipar-iparnya.Ipar-ipar dan kakak madu tinggal saja diancam dia kan, punya kekuasaan sebagai istri termuda, tercantik, dan tersayang. Bukan malah pasrah begitu. Nyerah begitu dan ujung-ujungnya kabur. Dasar Intan otaknya bego enggak dipakai bikin orang emosi jiwa saja. Apa dia tidak berpikir bahwa kakaknya ini mati-matian memikirkan masa depannya.Padahal kalau dia nurut sama suaminya aku yakin satu tahun saja jadi istrinya sudah jadi orang kaya. Memang dia enggak mau apa jadi orang kaya. Mau apa-apa tinggal tunjuk saja.Sebenarnya kemarin belum puas mukulin Intan bila perlu sampai dia memohon ampun dan berjanji mau kembali pada suaminya. K
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-25
Baca selengkapnya

BAB 301. Takut.

POV Arman.Sejujurnya aku sama sekali tidak takut padanya. Aku hanya mengalah saja. Aku ingin jadi narapidana yang baik agar bisa cepat bebas. Aku rindu keluargaku. Rindu juga pada Fatki. Terlebih sudah hampir satu Minggu aku tidak dijenguk sama sekali.Merana sekali nasibku. Masih hidup saja dilupakan semua orang apalagi kalau aku sudah mati. Mungkin mereka sama sekali tidak mengingatku.“Arman, lu, kenapa sih, garuk-garuk burung puyuhmu terus? Gue perhatiin sudah dua hari itu tangan enggak pernah pergi dari sana,” tegur Bang Bawor.Iya, juga ya, aku sudah dua hari ini merasa tidak nyaman sekali di area burung puyuhku. Buang air kecil pun lumayan ngilu, gatal dan bau.“Ah, masa, sih, Bang. Aku biasa aja kok, mungkin karena lembab saja, Bang,” elakku. Tidak mungkin aku ceritakan padanya Bisa-bisanya seluruh penghuni sel ini tahu dan mengira aku ini laki-laki jadi-jadian.“Tuh, kan, garuk-garuk lagi. Apa kamu tidak sedang sakit, Man? Kalau sakit kelamin biasanya begitu, loh!” ujarnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-25
Baca selengkapnya

BAB 302. Karma Arman.

POV Arman.“Ti—dak tahu, Bang. Anuku merah-merah keluar seperti jerawat begitu. Gatal, ngilu, sakit. Air kencingku juga agak bau, Bang, keruh gitu!” jawabku jujur.“Buset! Ngeri kali! Woi, Arman kena penyakit kelamin! Jangan ada yang dekat-dekat Arman!” teriak Leman. Semua narapida di sel ini langsung menjauh dariku seolah aku ini benda najis.“Usir aja, Bang! Minta pindahin si, Arman itu!” celetuk yang lain.“Iya, Bang, betul pindahin!” jawab yang lain.“A—ku tidak tahu ini penyakit kelamin atau bukan. Aku, kan, belum periksa, Bang!” jawabku membela diri. Kurang ajar sekali mereka mengataiku begitu. Bisa jadi, kan, aku hanya sakit bisul. Dasar bodoh semuanya!“Arman, kalau berdasarkan cerita lu, dan juga ciri-ciri lu, gue yakin banget lu, kena penyakit kelamin itu,” ujar Bang Bawor lagi.“Parah, ini, Arman tampang biasa saja, tapi mainnya terlalu jauh! Jangan ada yang dekat-dekat Arman kalau tidak kalian pun akan ketularan!” seru Leman lagi. Dia benar-benar kompor mbleduk seperti ema
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-25
Baca selengkapnya

BAB 303. Intan meninggal.

Assalamualaikum selamat pagi semuanya ... bantu follow akunku, ya?Happy reading everyone 💕Aku tidak ikut takziah ke rumah ibunya Mas Arman di kampung. Bukannya tidak mau dan bukan pula menghindar dari Mas Arman. Hari ini adalah hari yang aku nanti selama 2 bulan lebih. Hari di mana aku melangkah untuk maju. Hari pertama menyandang status janda, meski sebenarnya aku sudah jadi janda secara agama sejak Mas Arman mengucapkan talak padaku. Ya, aku hari ini menghadiri sidang perceraianku hanya ditemani ibu dan kakakku dari kampung karena Mas Arman jelas tidak bisa datang. Dia ikut pulang ke kampung kemarin sore untuk pemakaman Intan.Kemarin waktu dalam perjalanan ke rumah sakit aku seperti melihat Intan memakai baju yang dipakai waktu datang ke ruko. Dia sedang beli buah mirip sekali sampai aku menghentikan motor Susanti, tapi karena banyak yang beli seolah tubuh Intan tertutup oleh pembeli lain.Aku tanya Susanti, dia jawab tidak tahu karena fokus ke jalan dan buru-buru.Mungkin han
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-26
Baca selengkapnya

BAB 304. Status baru.

***Karena Mas Arman tidak datang jadi proses sidang berlangsung lumayan cepat. Setelah perkara diputus pihak yang tidak puas bisa mengajukan banding, tapi ini tidak terjadi pada Mas Arman. Dia tidak bisa berkutik apalagi statusnya sekarang narapidana.Mas Arman harus terima apa pun putusannya hakim karena memang dia tidak bisa hadir dengan alasan yang sah di mata hukum.Setelah putusan hakim aku merasa ada sesuatu yang tidak bisa aku gambarkan, tapi aku pun jadi merasa plong dan bahagia. Ya, Aku bahagia.Keluar dari ruang persidangan ibu menangis seraya memelukku.Aku sebenarnya pun ingin menangis, tapi rasa bahagia di hatiku lebih mendominasi.“Selamat ya, Dik, ini awal mulanya hidup barumu lagi. Semoga Allah jagakan adikku yang manis ini untuk selalu jadi pribadi yang baik dan juga bisa menjaga kehormatannya. Sejujurnya Masmu ini agak ketar-ketir karena tidak bisa menjagamu 24 jam. Mas, jauh di desa sedang kamu di kota, tapi Mas percaya adikku ini bisa jaga diri dan bisa menjaga k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-26
Baca selengkapnya

BAB 305. Mulut Risa.

“Doakan saja Ibu baik-baik saja.”“Tetap saja hatiku tidak tenang. Mas tahu, kan, kalau Ibu itu panik begitu bisa drop. Ibu terlalu memikirkan omongan orang lain.”“Iya, Mas, tahu, makanya Mas, itu lebih senang kalau Ibu di sini. Kalau ikut pulang nanti Ibu dengar gunjingan para tetangga jadi sakit dan kalau sudah sakit kita repot karena permintaan Ibu selalu saja aneh. Minta pakai baju bapak setiap hari. Kitanya jadi yang takut. Iya, kan?” Aku mengiyakan.Ibu dulu pernah sakit kurang lebihnya 5 bulan pasca meninggalnya bapak. Ya, begitu aneh, tiap hari minta pakai baju bapak dan sama sekali tidak mau ke luar rumah, meski hanya di teras saja. Setiap melihat apa pun benda yang berhubungan dengan almarhum bapak selalu menangis dan sedih.“Namanya orang tua, Dik, jadi kita harus maklum. Nanti kalau sudah terbiasa dengan status barumu pasti Ibu akan ceria lagi. Memang butuh waktu.”“Iya, Mas, betul. Aku pun lebih suka Ibu bersamaku di sini. Jadi teman curhat plus hatiku tentram karena tia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2829303132
...
62
DMCA.com Protection Status