Sebelum berangkat ke pabrik, aku menyempatkan sarapan makanan yang telah disiapkan. Dari arah dapur, Fidelya keluar. Ia berjalan dengan lesu menuju meja makan. Sesekali ia menepuk nepuk pelipisnya."Kamu sakit, Fi?" tanyaku setelah ia duduk di hadapanku.Fidelya menggeleng cepat. "Nggak, Mas! Ada yang mau aku omongin, tapi aku lupa. Padahal aku yakin, ada hal yang harus aku omongin sama, Mas! Tapi aku nggak inget dari tadi," jelasnya.Aku mengernyit. Dalam hati, aku mengakui kehebatan dari air yang ku usapkan tadi malam. Ternyata, efeknya luar biasa. Belum saatnya kamu tahu, Fi."Apa emangnya, Fi?" Aku pura-pura penasaran.Fidelya lagi-lagi menggeleng. "Gak inget, Mas! Aku bener-bener lupa. Terakhir yang aku inget, ya, pas disuruh tidur sama, Mas. Aku langsung tidur," jawabnya."Ya, sudahlah, Fi. Mungkin kamu cuma mimpi, dan lupa sama mimpi semalam itu wajar, Fi!" ujarku."Iya kali, Mas!" Fidelya mencentong sedikit nasi di atas piringku. Lalu menyiramkan kuah ikan bumbu kuning dan men
Baca selengkapnya