Home / Pernikahan / ISTRI KEDUA KU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of ISTRI KEDUA KU: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

Jatah Bersama Anjani

Keluar dari kamar mandi, kudapati Fidelya ternyata sudah terlelap di tempat tidur. Mungkin Fidelya lelah. Cepat aku berpakaian.Mataku lantas tertuju pada tas kecil yang tergeletak di atas sofa. Tas kecil yang berisi tasbih dari Lukman. Cepat kuambil untuk mencari tasbih berwarna hitam mengkilap itu.Hingga semua barang di dalam tas sudah aku keluarkan tapi tasbih tadi tidak ditemukan. Apa mungkin Fidelya sudah menyimpannya? Tapi dimana? Kuletakan kembali tas Fidelya di sofa.Lalu membuka setiap laci nakas. Tetap saja tasbih itu tidak kutemukan. Aku membuang nafas sejenak. Aku yakin, tasbih tadi bukan tasbih biasa. Pasti Lukman sudah membuat tasbih itu tak bisa aku sentuh. Lukman memang menyebalkan dari dulu.Aku ikut merebahkan diri di samping Fidelya dan merenggangkan otot-otot tubuh. Jam dinding di kamar ini menunjukkan pukul 2 siang. Aku pun memejam sampai akhirnya terlelap.***"Mas!" Panggilan disertai guncangan di tubuhku, meski pelan namun mampu membangunkanku. Lantas kubuka m
Read more

Harus Melakukan Sesuatu

Aku merapikan kemeja dan mematut diri di cermin. Sambil menyugar rambut dengan tangan yang telah diberi gel, lalu menyisirnya hingga rapi. Kutatap diriku dalam cermin. Satu kata untuk diriku. Perpect!Fidelya masuk kamar lalu duduk di bibir kasur. Bayangan Fidelya memantul dari cermin tempatku berdiri saat ini. "Mas, struk belanjaan kemarin masih ada gak?""Nggak tahu, Fi. Kemarin Mas masukin ke saku celana jeans. Semalam celananya Mas taruh di keranjang cucian kotor di ruang laundry!" jelasku sambil membalikkan badan.Fidelya menggaruk pelan rambutnya."Kenapa?" tanyaku kemudian."Kemarin sore, aku yakin banget udah beli daging sapi merah. Dua pics, masing-masing 250 graman. Tapi kok gak ada, ya?"Aku memperhatikan raut wajah Fidelya yang kebingungan. "Ya, kamu lihat aja di struknya, Fi!" ujarku."Tapi pakaian di keranjang cucian udah masuk mesin cuci, Mas. Lagi Bi Marni cuci.""Ya, udahlah, Fi. Mungkin kemarin pas di supermarket kamu sempat pilih, tapi lupa masukin ke troli. Bi Mar
Read more

Ketar-ketir

~Tiga Bulan Berlalu~Ting!Suara ponsel menandakan pesan masuk. Kuraih ponsel di atas meja, rupanya pemberitahuan dari m-banking. Membuat saldo di rekeningku terus menggemuk.Aku tersenyum puas tapi satu sudut hatiku ketar-ketir. Sudah tiga bulan pernikahanku dengan Anjani, tapi Fidelya masih belum hamil juga.Padahal sudah jelas-jelas Fidelya berhenti mengkonsumsi pil KB sejak tiga bulan terakhir ini. Sejak Anjani kubawa ke rumah, Fidelya sudah ku izinkan berhenti memakai kontrasepsi. Suplemen penyubur pun setiap hari Fidelya konsumsi. Entah apa yang membuat Fidelya belum menunjukkan tanda-tanda kehamilanApa mungkin aku yang bermasalah? Ah, rasanya tidak mungkin. Sekalipun aku belum pernah memeriksakan kondisi kesuburanku, tapi aku yakin baik-baik saja. Aku pria normal. Aku sehat. Hormonku bagus.Malah dua bulan ini, aku sudah mengubah jadwal. Dua minggu dengan Fidelya dan dua minggu bersama Anjani.Otomatis malamku bersama Fidelya menjadi lebih sering dari yang awalnya terjeda kar
Read more

POV FIDELYA (A)

ISTRI KEDUAKU (14)POV FIDELYA🍁🍁🍁Setelah Mas Nuka keluar dari kamar, gegas aku mengunci pintunya. Aku melangkah menuju tempat tidur dan menghempaskan bobotku.Aku duduk menekuk lutut serta bersandar pada headboard kasur berukuran king ini. Tanganku terulur pada figura yang membingkai fotoku bersama Mas Nuka di atas nakas. Kutatap foto dalam figura yang kini berada di tanganku.Foto yang diambil 5 tahun lalu. Ketika pertama kalinya menginjakkan kaki di Negeri Malaysia. Dalam foto ini, Mas Nuka menggendongku. Dan aku tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tanganku. Foto dengan latar belakang Menara Kembar Petronas, landmark kebanggaan warga Malaysia.Kuperhatikan lekat foto ini. Lebih tepatnya memperhatikan Mas Nuka, suamiku.Aku mengusap potretnya yang juga tersenyum lebar di foto ini dengan jemariku."Aku memahami dirimu begitu dalam, Mas. Aku mengenalmu begitu jauh. Bahkan satu titik tahi lalatmu di belakang daun telinga pun, aku tahu.""Aku sangat tahu dirimu, Mas. Aku sanga
Read more

POV FIDELYA (B)

Aku menatap layar ponsel dengan gamang. Mas Lukman, sama sepertiku dan Mas Nuka. Sama-sama anak panti. Aku berteman baik dengan Mas Lukman bahkan hingga saat ini.Setelah aku dan Mas Nuka menikah. Aku langsung menempati rumah ini. Rumah yang jauh dari panti. Karena Mas Nuka sudah menjadi orang sukses.Berbeda denganku. Mas Nuka dari dulu tidak menyukai sosok Mas Lukman. Mas Nuka selalu mengatakan kalau Mas Lukman adalah lelaki kolot dan sok suci. Entah apa yang membuat Mas Nuka tidak suka pada Mas Lukman. Tapi Mas Nuka tidak pernah terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Mas Nuka pandai menutupi rasa tidak sukanya itu. Ya, pandai bersandiwara.Kuletakan kembali ponsel di atas nakas. Kini tanganku beralih pada laci nakas dan membukanya. Kuambil botol kecil berwarna coklat. Botol berisi suplemen yang selalu dibelikan Mas Nuka jika sudah habis.Aku membolak-balik botol itu. Sudut bibirku terangkat. Mungkin Mas Nuka pikir, aku senang dia selalu membelikan suplemen ini? Dia tidak sad
Read more

POV FIDELYA

POV FIDELYA❤️❤️❤️Setelah lima tahun menikah dan setelah kedatangan Anjani di rumah ini. Tiba-tiba saja Mas Nuka mengizinkan aku untuk hamil.Wow. Amazing. Apa yang sudah Anjani lakukan dan berikan sehingga bisa membuat seorang Mas Nuka berubah pikiran?Mas Nuka bukan orang yang tanpa pendirian. Masa lalunya sebagai anak yang tidak diinginkan, menjadikan dendam yang mendarah daging bagi Mas Nuka."Mas mencintaimu, Fi! Tapi Mas tidak menginginkan anak dari pernikahan kita ini, Fi. Apa kamu bersedia menuruti, jika Mas meminta kamu untuk memakai kontrasepsi dan tidak mengizinkanmu untuk hamil?"Aku masih ingat kata-kata itu. Selalu ingat. Kata-kata yang Mas Nuka ucapkan saat malam pertama pernikahan lima tahun yang lalu. Saat aku akan memberikan seutuhnya jiwa dan raga pada Mas Nuka. Saat itu pula Mas Nuka sudah mempersiapkan kontrasepsi untukku juga dirinya."Ke—ken—pa, Mas? Kenapa aku tidak boleh menjalani kodratku untuk hamil, Mas?" Aku bertanya ragu malam itu.Mas Nuka mendengkus. D
Read more

Mencari Cara (POV FIDELYA)

POV FIDELYA❤️❤️❤️Aku termenung. Berpikir sejenak. Setiap kamar di rumah ini dipasang alat peredam suara. Andai aku menempelkan telinga di pintu kamar Anjani. Mustahil bisa mendengar suara dari balik pintu ini.Aku menengadah. Tidak ada celah sedikit pun. Pintu kamar Anjani tertutup rapat. Kamar yang ditempati Anjani tidak dipasang jendela. Susah untuk mencari petunjuk.Akhirnya kuputuskan kembali ke kamarku. Mondar-mandir di dalam kamar. Sia-sia rasanya aku terjaga hingga tengah malam begini. Tapi tidak mendapat petunjuk sedikit pun. Ayolah, Fidelya! Come on! Berpikirlah! Apa yang bisa dilakukan malam ini?"Aarghh!" Aku mengacak rambutku kesal. Lantas beranjak naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuh.Buntu. Otakku tidak bisa berpikir apa-apa. Aku memukuli jidat dengan kepalan tanganku. Aku memejam. Apa aku harus nekat? Agar bisa menyelinap ke kamar Anjani tanpa ketahuan Mas Nuka?Malam ini kuputuskan tidur. Besok biar kucoba cara lain.***Aku menyiapkan piring sarapan seperti bia
Read more

Mimpi Terasa Nyata (POV FIDELYA)

Mas Nuka menutup laptopnya. Lalu menaruhnya di meja samping beserta mapnya."Fi, maaf! Mas barusan harus periksa laporan akhir bulan!" ujarnya seraya tersenyum.Begitulah suamiku. Dia selalu fokus dalam mengerjakan sesuatu. Lantas ku ambil gelas di atas meja di hadapanku.“Iya, gak papa. Aku sudah biasa. Minum dulu, Mas!” Aku menyodorkan gelas berisi susu jahe yang mulai hangat.Mas Nuka menerima dan meminumnya hingga setengah gelas. Aku menopang dagu. Memperhatikan Mas Nuka yang ada di sampingku. Dia sempurna di mataku. Hanya saja, hidupnya dipenuhi ambisi dan dendam.Mas Nuka meletakkan gelas kembali di atas meja. Lalu tangannya meraih bahuku hingga aku bersandar di dada bidangnya. Aku merasakan kecupan di pucuk kepalaku.“Pabrik semakin banyak orderannya, Mas?" tanyaku."Ya seperti yang kamu lihat, Fi! Bulan depan Mas akan melunasi sisa pembayaran dari rumah yang akan ditempati Anjani," balasnya."Oh ya? Mas, tapi aku nggak keberatan satu atap dengan Anjani seperti sekarang. Apa ng
Read more

Mimpi Lagi (POV FIDELYA)

ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️"TIDAAAAK!!"Aku terlonjak bangun dengan nafas tersengal. Meraba-raba leher. Baik-baik saja. Aku menyeka dahi yang ternyata berkeringat. Lantas mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar ini."Aarrghh … mimpi lagi," gumamku sendiri.Aku memeluk lutut. Sembari mengatur nafas yang memburu agar lebih tenang. Mimpi lagi. Mimpi yang terasa begitu nyata.Makhluk bergaun hitam yang tingginya hingga langit-langit kamar dengan rambut panjang kusut. Tangannya kuruas dan panjang mencekik leherku begitu kuat. Hingga nafasku sesak. Cekikan itu rasanya nyata di leherku.Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Astaga. Mimpi buruk dicekik kuntilanak. Ini sudah ketiga kalinya. Setelah malam kemarin. Aku juga bermimpi kuntilanak itu turun dari langit-langit kamar dan menampakkan wajahnya begitu dekat di wajahku membuatku terbangun dari tidur.Tiga malam berturut-turut aku mengalami mimpi aneh yang terasa nyata. Kenapa jadi begini? Kenapa tiba-tiba aku jadi sering berm
Read more

Dia manusia apa bukan? (POV FIDELYA)

"Bu, ini jambunya." Pak Yanto sudah ada di belakangku dengan kresek berisi jambu di tangannya."Oh, iya, Pak. Taruh saja di meja situ. Minta tolong ambilkan sekop kecil sama kresek agak besar, di pos ada?""Ada, ada, Bu. Sebentar!" Pak Yanto berjalan ke teras rumah dan meletakkan kresek berisi jambu di atas meja kecil yang diapit dua kursi.Sembari menunggu Pak Yanto, aku mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh. Sudah lama aku tidak mengurus taman ini. Pak Yanto sudah kembali dengan sekop dan kresek di tangannya dan menyerahkan padaku.Aku akan memindahkan tanaman aglaonema ini dari potnya. Aku mulai menggali tanah dengan sekop untuk tempat baru aglaonema ini. Saat tengah menggali, ada sesuatu terlempar oleh sekop yang aku gunakan.Aku menghentikan aktivitasku. Apa itu? Seperti kain putih tapi lusuh karena terpendam tanah. Aku mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Aku membolak-balik kain yang kini ada di tanganku. Kain apa ini? Kenapa bisa dipendam di sini? Karena penasaran, aku lal
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status