Beranda / Pernikahan / ISTRI KEDUA KU / POV FIDELYA (A)

Share

POV FIDELYA (A)

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ISTRI KEDUAKU (14)

POV FIDELYA

🍁🍁🍁

Setelah Mas Nuka keluar dari kamar, gegas aku mengunci pintunya. Aku melangkah menuju tempat tidur dan menghempaskan bobotku.

Aku duduk menekuk lutut serta bersandar pada headboard kasur berukuran king ini. Tanganku terulur pada figura yang membingkai fotoku bersama Mas Nuka di atas nakas. Kutatap foto dalam figura yang kini berada di tanganku.

Foto yang diambil 5 tahun lalu. Ketika pertama kalinya menginjakkan kaki di Negeri Malaysia. Dalam foto ini, Mas Nuka menggendongku. Dan aku tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tanganku. Foto dengan latar belakang Menara Kembar Petronas, landmark kebanggaan warga Malaysia.

Kuperhatikan lekat foto ini. Lebih tepatnya memperhatikan Mas Nuka, suamiku.

Aku mengusap potretnya yang juga tersenyum lebar di foto ini dengan jemariku.

"Aku memahami dirimu begitu dalam, Mas. Aku mengenalmu begitu jauh. Bahkan satu titik tahi lalatmu di belakang daun telinga pun, aku tahu."

"Aku sangat tahu dirimu, Mas. Aku sanga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI KEDUA KU   POV FIDELYA (B)

    Aku menatap layar ponsel dengan gamang. Mas Lukman, sama sepertiku dan Mas Nuka. Sama-sama anak panti. Aku berteman baik dengan Mas Lukman bahkan hingga saat ini.Setelah aku dan Mas Nuka menikah. Aku langsung menempati rumah ini. Rumah yang jauh dari panti. Karena Mas Nuka sudah menjadi orang sukses.Berbeda denganku. Mas Nuka dari dulu tidak menyukai sosok Mas Lukman. Mas Nuka selalu mengatakan kalau Mas Lukman adalah lelaki kolot dan sok suci. Entah apa yang membuat Mas Nuka tidak suka pada Mas Lukman. Tapi Mas Nuka tidak pernah terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Mas Nuka pandai menutupi rasa tidak sukanya itu. Ya, pandai bersandiwara.Kuletakan kembali ponsel di atas nakas. Kini tanganku beralih pada laci nakas dan membukanya. Kuambil botol kecil berwarna coklat. Botol berisi suplemen yang selalu dibelikan Mas Nuka jika sudah habis.Aku membolak-balik botol itu. Sudut bibirku terangkat. Mungkin Mas Nuka pikir, aku senang dia selalu membelikan suplemen ini? Dia tidak sad

  • ISTRI KEDUA KU   POV FIDELYA

    POV FIDELYA❤️❤️❤️Setelah lima tahun menikah dan setelah kedatangan Anjani di rumah ini. Tiba-tiba saja Mas Nuka mengizinkan aku untuk hamil.Wow. Amazing. Apa yang sudah Anjani lakukan dan berikan sehingga bisa membuat seorang Mas Nuka berubah pikiran?Mas Nuka bukan orang yang tanpa pendirian. Masa lalunya sebagai anak yang tidak diinginkan, menjadikan dendam yang mendarah daging bagi Mas Nuka."Mas mencintaimu, Fi! Tapi Mas tidak menginginkan anak dari pernikahan kita ini, Fi. Apa kamu bersedia menuruti, jika Mas meminta kamu untuk memakai kontrasepsi dan tidak mengizinkanmu untuk hamil?"Aku masih ingat kata-kata itu. Selalu ingat. Kata-kata yang Mas Nuka ucapkan saat malam pertama pernikahan lima tahun yang lalu. Saat aku akan memberikan seutuhnya jiwa dan raga pada Mas Nuka. Saat itu pula Mas Nuka sudah mempersiapkan kontrasepsi untukku juga dirinya."Ke—ken—pa, Mas? Kenapa aku tidak boleh menjalani kodratku untuk hamil, Mas?" Aku bertanya ragu malam itu.Mas Nuka mendengkus. D

  • ISTRI KEDUA KU   Mencari Cara (POV FIDELYA)

    POV FIDELYA❤️❤️❤️Aku termenung. Berpikir sejenak. Setiap kamar di rumah ini dipasang alat peredam suara. Andai aku menempelkan telinga di pintu kamar Anjani. Mustahil bisa mendengar suara dari balik pintu ini.Aku menengadah. Tidak ada celah sedikit pun. Pintu kamar Anjani tertutup rapat. Kamar yang ditempati Anjani tidak dipasang jendela. Susah untuk mencari petunjuk.Akhirnya kuputuskan kembali ke kamarku. Mondar-mandir di dalam kamar. Sia-sia rasanya aku terjaga hingga tengah malam begini. Tapi tidak mendapat petunjuk sedikit pun. Ayolah, Fidelya! Come on! Berpikirlah! Apa yang bisa dilakukan malam ini?"Aarghh!" Aku mengacak rambutku kesal. Lantas beranjak naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuh.Buntu. Otakku tidak bisa berpikir apa-apa. Aku memukuli jidat dengan kepalan tanganku. Aku memejam. Apa aku harus nekat? Agar bisa menyelinap ke kamar Anjani tanpa ketahuan Mas Nuka?Malam ini kuputuskan tidur. Besok biar kucoba cara lain.***Aku menyiapkan piring sarapan seperti bia

  • ISTRI KEDUA KU   Mimpi Terasa Nyata (POV FIDELYA)

    Mas Nuka menutup laptopnya. Lalu menaruhnya di meja samping beserta mapnya."Fi, maaf! Mas barusan harus periksa laporan akhir bulan!" ujarnya seraya tersenyum.Begitulah suamiku. Dia selalu fokus dalam mengerjakan sesuatu. Lantas ku ambil gelas di atas meja di hadapanku.“Iya, gak papa. Aku sudah biasa. Minum dulu, Mas!” Aku menyodorkan gelas berisi susu jahe yang mulai hangat.Mas Nuka menerima dan meminumnya hingga setengah gelas. Aku menopang dagu. Memperhatikan Mas Nuka yang ada di sampingku. Dia sempurna di mataku. Hanya saja, hidupnya dipenuhi ambisi dan dendam.Mas Nuka meletakkan gelas kembali di atas meja. Lalu tangannya meraih bahuku hingga aku bersandar di dada bidangnya. Aku merasakan kecupan di pucuk kepalaku.“Pabrik semakin banyak orderannya, Mas?" tanyaku."Ya seperti yang kamu lihat, Fi! Bulan depan Mas akan melunasi sisa pembayaran dari rumah yang akan ditempati Anjani," balasnya."Oh ya? Mas, tapi aku nggak keberatan satu atap dengan Anjani seperti sekarang. Apa ng

  • ISTRI KEDUA KU   Mimpi Lagi (POV FIDELYA)

    ISTRI KEDUAKUPOV FIDELYA❤️❤️❤️"TIDAAAAK!!"Aku terlonjak bangun dengan nafas tersengal. Meraba-raba leher. Baik-baik saja. Aku menyeka dahi yang ternyata berkeringat. Lantas mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar ini."Aarrghh … mimpi lagi," gumamku sendiri.Aku memeluk lutut. Sembari mengatur nafas yang memburu agar lebih tenang. Mimpi lagi. Mimpi yang terasa begitu nyata.Makhluk bergaun hitam yang tingginya hingga langit-langit kamar dengan rambut panjang kusut. Tangannya kuruas dan panjang mencekik leherku begitu kuat. Hingga nafasku sesak. Cekikan itu rasanya nyata di leherku.Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Astaga. Mimpi buruk dicekik kuntilanak. Ini sudah ketiga kalinya. Setelah malam kemarin. Aku juga bermimpi kuntilanak itu turun dari langit-langit kamar dan menampakkan wajahnya begitu dekat di wajahku membuatku terbangun dari tidur.Tiga malam berturut-turut aku mengalami mimpi aneh yang terasa nyata. Kenapa jadi begini? Kenapa tiba-tiba aku jadi sering berm

  • ISTRI KEDUA KU   Dia manusia apa bukan? (POV FIDELYA)

    "Bu, ini jambunya." Pak Yanto sudah ada di belakangku dengan kresek berisi jambu di tangannya."Oh, iya, Pak. Taruh saja di meja situ. Minta tolong ambilkan sekop kecil sama kresek agak besar, di pos ada?""Ada, ada, Bu. Sebentar!" Pak Yanto berjalan ke teras rumah dan meletakkan kresek berisi jambu di atas meja kecil yang diapit dua kursi.Sembari menunggu Pak Yanto, aku mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh. Sudah lama aku tidak mengurus taman ini. Pak Yanto sudah kembali dengan sekop dan kresek di tangannya dan menyerahkan padaku.Aku akan memindahkan tanaman aglaonema ini dari potnya. Aku mulai menggali tanah dengan sekop untuk tempat baru aglaonema ini. Saat tengah menggali, ada sesuatu terlempar oleh sekop yang aku gunakan.Aku menghentikan aktivitasku. Apa itu? Seperti kain putih tapi lusuh karena terpendam tanah. Aku mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Aku membolak-balik kain yang kini ada di tanganku. Kain apa ini? Kenapa bisa dipendam di sini? Karena penasaran, aku lal

  • ISTRI KEDUA KU   Fidelya Tiba-tiba Sakit (POV NUKA)

    ISTRI KEDUAKUPOV NUKA❤️❤️❤️Aku pulang ke rumah saat jam makan siang. Karena Bibi mengabarkan Fidelya sakit. Turun dari mobil aku tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar.Aku berjongkok di pinggir ranjang. Fidelya pucat sekali. Tubuhnya meringkuk dalam selimut. "Fi, kamu kenapa?" tanyaku panik.Fidelya hanya menggeleng lemah. Aku meraba-raba dahi dan lehernya, ternyata panas. Padahal saat tadi aku berangkat, Fidelya baik-baik saja."Hooeekk!" Fidelya menutup mulut. Menyingkap selimut dengan cepat dan masuk ke kamar mandi. "Hooekk … hoeekk!"Dari sini terdengar suara Fidelya seperti muntah-muntah. Aku menyusulnya ke dalam kamar mandi. Fidelya sedang membungkukkan badannya di bak wastafel dengan kran air yang menyala."Huuekk … hueekk!!" Lagi-lagi Fidelya mual. Tapi tidak ada yang dimuntahkannya.Aku membantu mengurut leher belakangnya. "Huuekk!!" Fidelya kembali mual. Tapi tidak memuntahkan apa-apa. Fidelya lalu mencuci mulutnya dengan air dan menegakkan badannya. Memperlihatkan bibirnya

  • ISTRI KEDUA KU   Makan Malam Bersama Jani (POV NUKA)

    "Den, bagaimana keadaan Nyonya?" Bi Marni yang tengah menyiapkan makan malamku, menanyakan kondisi Fidelya."Sudah tidur, Bi.""Nyonya sakit apa, Den?""Nggak ada sakit, Bi. Fidelya nggak punya riwayat penyakit lambung selama ini. Alergi atau keracunan makanan juga nggak, Bi."Jam enam sore tadi, Fidelya diperiksa dokter kepercayaanku. Dokter yang biasa aku panggil ke rumah. Menurut pemeriksaannya, Fidelya tidak sakit apa-apa.Karena permintaannya juga, Fidelya tidur dibawah pengaruh obat tidur. Karena jika tidak begitu, Fidelya tidak bisa tidur nyenyak karena rasa mual yang terus dirasakannya."Ini, Den." Bi Marni mengangsurkan piring yang sudah berisi nasi serta lauknya di hadapanku. Lantas Bi Marni pamit ke dapur.Tiba-tiba Anjani masuk ke ruang makan dan ikut duduk di kursi meja makan. Matanya menelusuri menu makanan yang terhidang malam ini. Sementara, aku belum memulai aktivitas makanku.Bi Marni yang keluar dari arah dapur dan melewati ruang makan, menghentikan langkahnya. Bi M

Bab terbaru

  • ISTRI KEDUA KU   Kabar Baik Dari Fidelya (ENDING)

    POV Author*Enam bulan berlalu …•••••Enam bulan sudah Nuka dan Fidelya tinggal di desa. Mereka mampu beradaptasi, baik dengan lingkungan maupun warga sekitar dengan sangat baik.Setelah enam bulan, Nuka Dan Fidelya sudah mengenal dan mulai berbaur dengan warga lain yang menjadi tetangganya. Berbeda sekali dengan kehidupan saat di kota.Tinggal di komplek perumahan elite, yang rata-rata penghuninya jarang sekali ada di rumah. Membuat Nuka dan Fidelya tidak begitu mengenali tetangganya dulu.Hari ini, akan diadakan acara di masjid besar desa mereka. Para wanita bersama-sama memasak di dapur umum. Memasak makanan yang akan di makan secara bersama-sama nanti malam. Sedangkan para pria, bertugas menyiapkan bahan yang akan dimasak oleh para wanita dan sebagian lagi membuat dodol di halaman depan masjid."Neng Fifi, kamu sakit? Kelihatannya pucat begitu?" tanya Teh Lilis kepada Fidelya.Teh Lilis yang yang tengah mengiris-iris bawang merah, merasa bahwa Fidelya sepertinya sedang tidak se

  • ISTRI KEDUA KU   Pindah Ke Desa

    POV Author.*************Nuka dan Fidelya turun di terminal bus. Setelah lima jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di terminal bus terakhir menjelang sore hari. Mereka turun dari bus hanya membawa tas berisi pakaian yang dijinjing oleh Nuka. Setelah turun dari bus, Nuka beserta Fidelya berjalan menjauh dari area terminal.Mereka menyebrang jalan, kurang lebih dua puluh menit mereka tiba di pangkalan ojek. Kemudian menaiki ojek agar sampai di desa yang akan menjadi tempat baru bagi mereka. Desa yang belum padat penduduk. Sesuai dengan arahan A Azmi.Ibarat kata, Nuka saat ini sudah belangsak. Sudah benar-benar miskin. Tidak punya apa-apa lagi. Harta dan jabatan yang dulu begitu dia bangga-banggakan, untuk sekarang, semua itu tidak bisa menolongnya. Semuanya lenyap. Semuanya hanya semu. Nuka telah tertipu rayuan dan hasutan ibl*s terkut*k.Beruntung, Fidelya ada membersamai Nuka. Dalam kondisi seburuk apapun. Di situasi tersulit sekalipun. Fidelya akan selalu pasang badan untuk suami

  • ISTRI KEDUA KU   Ketulusan Fidelya

    POV NUKA***********Saat aku memasrahkan hatiku menerima semuanya. Rasa panas yang sedari tadi menjalar, perlahan sirna. Berganti menjadi rasa perih. Seperti goresan luka yang sengaja ditabur garam. Perih tak terkira.Tubuhku menjadi lemas dan rasanya aku pun tidak sanggup menahan tubuhku sendiri. Aku terkulai. Tidak kuat menahan berat badanku. Tubuhku terasa merosot dengan sendirinya. Aku bisa merasakan tubuhku luruh perlahan ke dalam sungai dan terbaring. Namun, anehnya. Aku tidak merasakan air sungai yang tadi begitu dingin, pada kulitku saat ini. Aku justru merasakan perih di seluruh kulitku.Ah entahlah. Aku sudah tidak mau berpikir lagi. Aku serahkan semuanya pada Sang Pemilik Kehidupan. Apa pun yang terjadi, aku siap menerimanya. Pun dengan Fidelya yang akan tetap menerimaku.Aku merasakan bahuku ditarik untuk bangkit. Kubuka mata. Benar saja, tubuhku kini sudah terduduk di dasar sungai. A Azmi berada di samping, memegangi bahuku. Serta Lukman berada di ujung kakiku. Pakaian m

  • ISTRI KEDUA KU   Dia Bukan Istrimu!

    POV NUKA*************"FIDELYAAAA!" Aku berlari. Tubuhku membeku seraya menatap aliran air yang deras di bawah sana."Apa yang kamu lakukan, Fi?" teriakku pada suara gemuruh air yang mengalir.Tanpa berpikir lagi. Aku bersiap untuk menyusul Fidelya di bawah sana."NUKAAA!" Teriakan seseorang menghentikan gerakanku yang sudas siap untuk terjun.Dari arah padepokan, nampak A Azmi berlari mendekat ke arahku. "Mau apa kamu?!!" sentaknya, serta merta menarik tanganku. Hingga aku menjauh dari tepian jembatan gantung."Istriku, A! Istriku. Fidelya menceburkan diri ke bawah sana. Aku mau menolongnya, A! Aku harus cepat sebelum Fidelya terbawa aliran sungai lebih jauh!" jawabku panik.Raut wajah A Azmi seperti kebingungan. "Fidelya menceburkan diri? Fidelya tinggal di padepokan perempuan, di belakang sana, Nuka!"Aku menggeleng. "Tapi aku melihatnya sendiri, A! Aku melihatnya dengan jelas, Fidelya melompat ke bawah sana!" ucapku dengan meninggikan suara.PLAKK!Aku memegangi pipi yang ditampa

  • ISTRI KEDUA KU   Banyak Godaan

    POV NUKA***********Aku berdiri di atas sajadah. Memulai salat taubatku.Baru selesai takbiratul ihram. Angin kencang menerpa tubuhku. Angin yang masuk melalui jendela rumah ini begitu kencang hingga menggoyahkan kedua kakiku.Aku merasa tidak kuat. Dengan terpaan angin yang seperti badai ini. Rasanya, aku akan menghentikan saja salatku ini.BRUKKKH!Darah segar muncrat dari dalam mulutku. Bersamaan dengan terpentalnya tubuhku membentur pintu kayu rumah ini. Dadaku terasa didorong begitu kuat saat tengah salat tadi."MAS!" pekik Fidelya, berlari mendekat padaku. Begitu juga Lukman dan A Azmi yang panik. Lukman membersihkan darah yang mengotori alas rumah ini yang dari papan kayu."Mas kamu baik-baik saja 'kan, Mas?" Fidelya bertanya khawatir. Aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca. Aku tak mampu menjawab. Kupegangi kuat-kuat dada yang terasa sesak. "Bagaimana ini A?" Fidelya bertanya pada A Azmi. Nada suaranya terdengar begitu cemas. Namun tangannya kini sibuk membersihkan sisa

  • ISTRI KEDUA KU   Menuju Taubat

    POV NUKA**********"Kenapa, Mas?" Fidelya bertanya heran."Apa Ibu tahu perbuatanku, Fi?"Fidelya menghela nafasnya lalu menggeleng. "Nggak, Mas. Tapi kata Mas Lukman, Ibu ingin sekali bertemu kamu. Ibu merasakan firasat buruk tentangmu. Bahkan Mas Lukman sampai harus berbohong pada Ibu tentang kita."Fidelya menggamit lenganku. "Ayo, Mas. Kita segera pergi."Aku hanya mengangguk. Fidelya lalu menyetop angkutan umum. Baru kali ini lagi, aku menaiki angkutan umum. Rasanya tidak nyaman. Panas dan sesak. Karena penuh dengan penumpang.Entah ke mana Fidelya akan membawaku. Aku mengikut saja. Aku masih tidak percaya dengan kedatangannya hari ini di hadapanku. Aku juga masih tidak menyangka, bahwa Fidelya menggagalkan perjanjianku atas bantuan Lukman serta Nabila. Aku pikir, mereka tidak memiliki ilmu kebatinan seperti yang Fidelya katakan tadi.Setelah setengah jam. Fidelya meminta turun di terminal bus. Lalu Fidelya mengajakku menaiki bus antar kota.***Badanku terasa diguncang-guncang.

  • ISTRI KEDUA KU   Fidelya Masih Peduli

    "Fidelya?" Aku berucap lirih.Seakan tidak percaya. Bahwa di hadapanku saat ini adalah Fidelya. Bagaimana bisa? Tiga bulan aku sudah mengabaikannya. Aku tidak memiliki keberanian untuk mencari apalagi bertemu dengannya setelah miskin seperti sekarang.Namun, nyatanya. Saat ini Fidelya ada di sini bersamaku. Nyatanya, Fidelya yang menarik tubuhku. Serta menggagalkan rencanaku mengakhiri hidup.Aku pikir. Fidelya tidak akan pernah kembali padaku lagi.Aku kira, Fidelya sudah tidak peduli lagi. Karena marah dan kecewa atas semua yang sudah kujalani.Tapi hari ini. Fidelya yang berada di hadapanku. Fidelya membantuku untuk bangkit. Lalu memapahku menuju bangku warung kopi tadi."Mas, mau bunuh diri? Orang lain mah berdoa biar panjang umur. Ini malah pengen mati. Nggak punya otak tah, Mas?" cerca ibu pemilik warkop di dalam sana."Iya, Mas! Kalau punya masalah itu, diselesaikan. Dipikir mati bisa menyelesaikan masalah?" sambung pria lain, yang juga duduk di bangku warkop ini."Iya! Dipikir

  • ISTRI KEDUA KU   Putus Asa

    Sesuatu yang mendesak meminta dikeluarkan. Membuatku harus terbangun dari tidur. Secepatnya aku bangun dan ke kamar mandi. Selesai dengan urusan yang mendesak. Aku hendak mandi. Namun, luka di kakiku masih terasa sakit. Serta jahitan di kepalaku entah aman atau tidak jika terkena air. Mengingat ini jahitan yang dilakukan di sebuah puskesmas pelosok desa. Aku meragukan kualitasnya.Dengan malas, akhirnya aku hanya membasuh muka saja. Lantas aku keluar dari kamar mandi. Hari sudah siang rupanya. Cahaya sudah menerobos melalui jendela kamar ini.Aku berjalan menuju meja nakas. Menyalakan ponsel yang mati sejak kemarin. Setelah ponsel menyala dan kuperiksa ternyata banyak sekali pesan yang masuk.Namun, tidak ada satu pun pesan dari Fidelya. Aku menghela nafas. Apa Fidelya benar-benar tidak mau bersamaku jika aku masih berusaha meneruskan perjanjianku ini?Kenapa Fidelya tidak mau mengerti. Kalau semua ini, aku lakukan untuknya.Lalu kucoba menghubungi nomor Fidelya. Tersambung tapi tidak

  • ISTRI KEDUA KU   Di Desa Terpencil

    Aku mengerjap. Setelah mataku terbuka sempurna. Aku mendapati langit-langit bercat putih serta lampu yang menerangi.Entah dimana aku saat ini. Aku melirik ke kanan dan kiri dengan ekor mata, hanya terdapat tirai berwarna hijau. Sepertinya aku tengah berbaring di brankar pasien.Kepalaku terasa ngilu. Begitu juga dengan kaki sebelah kananku. Perlahan aku coba mengingat apa yang sudah terjadi padaku.Belum sempat aku mengingatnya. Seorang wanita berpakaian layaknya dokter datang menghampiri."Sudah sadar Pak?" tanyanya seraya tersenyum ramah.Sadar? Apa aku pingsan? Aku tak menjawab pertanyaannya."Dicek dulu ya, Pak," ujarnya lagi. Lalu memeriksa keadaanku layaknya aku orang sakit yang tengah berobat."Ini dimana?" Aku bertanya ketika wanita itu sudah selesai memeriksa."Ini di puskesmas desa, Pak," jawabnya.Keningku melipat. Puskesmas desa? Aku semakin tidak paham."Bapak dibawa kemari dengan luka parah di kepala, menyebabkan 20 jahitan. Bapak ditemukan tidak sadarkan diri di dalam

DMCA.com Protection Status