All Chapters of Ketika Keponakan Suamiku yang Sok Kaya Tinggal Di Rumah Kami: Chapter 31 - Chapter 40

62 Chapters

Bab 31. Tamu di Hari Idul Fitri

Lebaran sudah semakin dekat sekali, segala pernak pernik sudah siap semua. Malam nanti Uswatun juga sudah mau mudik ke rumah mertuanya, meskipun hanya beda kecamatan. Oleh-oleh dan amplop pun sudah aku berikan bedanya. Tinggal menunggu jemputan suaminya saja.Beberapa hari yang lalu Bang Harun juga berpesan, agar aku masak yang banyak. Karena dia akan datang bersama rombongan besannya. Tak masalah bagiku, walaupun posisi suamiku lebih mudah, tetapi mereka biasa berkunjung di rumah. Adek-adek iparku pun sudah mulai berdatangan. Membuat suasana rumah kembali ramai dengan celoteh."Mbak ... semalam kok aku lihat Yanti berjualan es dekat gapura pojok itu ya?" tanya Uswatun sambil menemaniku membuat bingkisan untuk dibagi di malam dua puluh sembilan."Gapura pojok yang mana Us? Salah lihat kali.""Ah ... Mbak Aira gak percaya sih, coba ntar kalau jalan ma Mas alif perhatikan tuh. Padahal di sini, dia enak tinggal makan tidur. Di rumah orang, jadi babu.""Sudah ah, gak usah bahas soal anak
last updateLast Updated : 2022-08-29
Read more

Bab 32. Nikah Lagi Tanpa Kabar

Assalamu'alaikum, sekali lagi Author ingatin buat like, tap love, sub dan juga kasih koment bawelnya. Terim kasih😊"Ayah kan sudah meninggal, Ibu sekarang gak ada yang belikan baju. Apa Tante juga belikan buat Ibu?" tanya gadis polos itu padaku.'Deg.' Pertanyaan itu berhasil mencubit hatiku, meskipun sebelumnya aku memang masih menyimpan marah pada Bariyah, atas kematian Bang Hendro. Aku tersenyum lalu mendudukkan bocah kecil itu di sebelahku. Mengusap surai hitamnya yang legam.Bocah kecil itu hanyalah selembar kertas kosong putih. Jika kita mencoretnya dengan warna biru, dia ikut biru. Dia akan terlihat seperti apa yang kita goreskan."Ibu Vivi juga mau dibelikan baju?" "Iya, kasihan. Vivi pakai baju bagus, Ibu kok gak pakai," ujarnya sambil asyik mengunyah permen."Sof ... tolong ambilkan kresek hitam di lemari coklat yang di dapur itu," seruku pada Sofi adik iparku.Sofi keluar dengan membawa sebuah bungkusan, yang diserahkan padaku. Pantatnya ikut menghempas di sampingku."D
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

Bab 33. Bariyah Ada Di Mana?

Maksud Ibu ... Bariyah sudah nikah lagi 'kah?" tanyaku meyakinkan pendengaran ini. Takut salah dengar."Lho ... Sudah lama berita itu Dek. Berarti kamu ketingalan. Habis empat puluh hari suaminya. Bariyah sudah nikah lagi ma orang yang biasa minum kopi di warungnya. Teman si Hendro juga."Aku dan Mas Alif saling berpandangan. Sesak terasa memenuhi rongga dada ini. Kulihat suamiku pun ... menghela napas kasar. Pastinya kami tidak tahu kalau Bariyah sudah menikah lagi.Bukan soal dia nikah lagi yang kami persoalkan. Tetapi, setidaknya memberitahu, agar tidak membuat pikiran keluarga besar Bang Hendro. Kami pun tak akan melarang, namun setidaknya berilah kami kabar juga. Agar ikut senang dengan kabar gembira tersebut. Kalau sudah begini, aku pun merasa disepelekan.Apalagi teringat ucapan yang tadi sore Bariyah katakan di rumah. Rasanya ingin kutemui Bariyah sekarang. "Owh iya, soal itu aku lupa yang mau bilang ma kamu Dek," ucap Mbak Lika."Gak papa, Mbak."Masih sambil berdiri, kami
last updateLast Updated : 2022-09-01
Read more

Bab 34. Gosip Tetangga

Setelah Lebaran Ketupat, adik-adik iparku mulai kembali pulang ke tempat masing-masing. Mereka semua perantau, meninggalkan keluarga besar agar bisa mencari sesuap nasi.Menjelang sebelum mereka pulang. Kedua adik iparku Sofi dan Sinta duduk bersamaku di meja makan sambil menikmati salad buah yang kubikin sendiri."Terus Kak Lika gimana keadaannya, Mbak?" tanya Sofi."Alhamdulillah sudah sembuh kok. Malah sama Masmu diajak pulang ke sini gak mau."" Memang si Imran gak kerja, kok Kak Lika sampai tersiram air panas di rumah juragannya?" Kali ini Sinta yang sedari tadi menyantap salad membuka suara."Gak! Mana mau Imran kerja jadi kuli Dek. Gengsilah.""Wah sombong amat!" seru Sofi."Itu karena Kak Lika saja yang bodoh. Kalau aku, sudah kutendang laki kurang ajar kaya gitu," sengit Sinta."Kalau sudah cinta? Kotoran sapi pun jadi rasa coklat!" ujar Sofi."Gila! Mau-maunya diperbudak sama laki bego macam Imran. Kenapa gak ditegur aja si Imran itu Mbak?" tanya Sinta lagi kepadaku."Kemar
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

Bab 35. Yang Hutang Siapa? Yang Bayar Siapa?

'Siapa mereka? Datang-datang sudah memancing keributan di rumahku?'"Siapa Us?" tanya Mas Alif mengikuti Uswatun yang masih di teras rumah."Ini ... ada anak kurang ajar mau cari ribut!""Saya gak kurang ajar, Mbak! Kalau ngomong jangan diputar balik dong!""Kamu siapa? Datang kemari cari siapa?" tanya Mas alif dengan suara tegas.Gadis itu terlihat agak kikuk, tetapi dia berusaha tidak takut menghadapi suamiku."Saya mau cari Ibunya Yanti. Mau nagih uang arisan yang sudah lama gak dibayar-bayar!""Maksud kamu nagih arisan ke istri saya?"Nampak mata gadis itu sedikit mendelik mendengar pertanyaan suamiku, kemudian melengos."Iyalah Pak. Kalau gak ada urusan itu, saya juga gak bakalan ada di sini.""Sejak kapan istri saya ikut arisan di kamu? Kamu aja masih bocah! Mana mau istri saya punya teman macam kamu! Macam Ibu-Ibu PKK saja!" cibir Mas Alif.Mata gadis itu membulat sempurna mendengar sindiran dari suamiku."Istri Bapak memang tidak ikut secara langsung. Dia juga bukan teman saya
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

Bab 36. Sebuah Kejutan

Setelah beberapa waktu melewati kejadian-kejadian yang membuat otot tegang, kami pun bersiap menyongsong Idul Adha. Sudah menjadi kebiasaan mulai dari jaman masih mengontrak, kami berusaha menyisihkan uang agar bisa ikut berqurban.Alhamdulillah, semakin banyak yang kami sedekahkan untuk orang lain, Allah menggantinya dengan nikmat yang tak terkira. Sungguh suatu kebesaran yang hanya dimiliki olehNya.Sebetulnya, sebelum aku mengambil Yanti dan Sari dari panti asuhan. Aku juga sudah punya anak asuh. Tak banyak, hanya lima orang anak laki-laki semua. Kebetulan semuanya sudah tidak memiliki orang tua sama sekali.Ada yang tinggal di perkampungan dekat denganku tiga orang. Sementara yang dua orang tinggal di panti asuhan putra. Tiap bulan kelimanya datang bergantian. Mereka ada yang masih sekolah dasar ada juga yang sudah SMP. Kelimanya sangat sopan dan beradab.Khusus uang saku sekolah dan buku penunjang, aku membelikannya buat mereka. Tetapi tidak dengan uang masuk sekolah, semua itu d
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Bab 37. Akhirnya Kuberi Pelajaran

Hinga pada detik berikutnya dia pun berbalik, kini kami saling berhadapan. Sejenak mataku menatap gadis yang kini di depanku. Bumi seolah berhenti berputar untuk sesaat.Gadis itu ....Sesaat mata kami saling bertabrakan. Dia menghentikan langkahnya. Tetapi kemudian menunduk dan berlalu ke pojok tempat sabun cuci yang berdekatan dengan kasir. Aku masih terpaku berdiri di tempatku, dengan napas terengah karena menahan letupan emosi, aku segera menyelesaikan keperluan untuk mengambil uang. Jari memencet tuts mesin ATM dengan gemetar. Bukan karena ketakutan, tetapi ingin segera menyelesaikan amarah yang bergejolak. Setan membisik di telinga, agar aku memberi pelajaran detik ini juga. Done ... transaksi sudah berakhir. Nurani menyuruh langkah ini, agar tidak memperumit masalah. Anehnya, aku tetap berjalan menuju tempat di mana gadis itu berada. Dari jarak setengah meter, tubuh ringkih itu berjongkok memilih-milih sabun.Terlihat sekali dia memang sengaja bersembunyi dariku. Beberapa de
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Bab 38. Tamu Tak Diundang

[Te ini Sari]Aku hanya menyipitkan mata membacanya. Tanpa salam, bocah itu mengirimiku sebuah pesan. Sengaja kubiarkan tanpa kubalas. Jangankan membalas, pesannya pun kubiarkan dalam keadaan centang abu-abu.[Apa benar ini nomer ponsel, Tante Aira? Ini Sari, Te]Kembali bocah itu mengirimiku pesan. Aku hanya meliriknya dari notifikasi yang muncul di layar ponselku. Kucoba menerka-nerka, gerangan apakah yang ingin disampaikannya. 'Apa dia sedang mengalami kesulitan atau butuh bantuan apa?'Pekerjaan yang menumpuk dan kesibukan di toko yang semakin ramai, membuatku terlupa akan Sari. Ada keasyikan tersendiri, ketika bisnis yang kita bangun dengan susah payah menghasilkan berpundi-pundi rupiah.Untungnya Mas Alif tidak pernah protes akan hal itu, bukan berarti lalu aku juga mengabaikannya. Semua kulakukan penuh dengan tanggung jawab. Tanpa terkecuali pokoknya.Hingga suatu sore, datang seseorang yang mengaku Bibi dari Yanti dan Sari, keluarga dari almarhummah Aminah. Tanpa salam wanita
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

Bab 39. Rencana Apalagi?

Sebelum baca, jangan lupa sub, koment dan bintang limanya ya. Buat Author semangat yang lanjutin cerita ini. Terima kasih banyak💕"Keluar kamu dari sini! Memang siapa kamu, sampai berkata kotor seperti itu pada istriku. Keluar, cepat! Apa perlu saya seret dari sini?!"Sontak pias muka Bik Tika begitu mendengar Mas Alif mengusirnya. Wanita tambun itu berdiri, kemudian berjalan ke arah Mas Alif.Wanita itu dengan beraninya, menyentuh tangan Mas Alif. Seketika saja ditepis oleh suamiku. Kibasan tangan Mas Alif, tanpa sengaja membuat muka Bik Tika tertampar tangannya sendiri.Aku dan Mbak Romlah tak kuasa menahan untuk tidak tertawa. Kami tergelak bersamaan. Membuat Bik Tika semakin manyun bibirnya.Entah karena merasa tidak enak atau bagaimana, suamiku mempersilahkan kembali untuk duduk."Jadi ... sengaja aku ke sini buat ketemu kamu. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan."Mas Alif mengernyitkan dahinya, sementara Bik Tika senyum-senyum seperti orang penting. "Soal apa?" tanya Mas
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

Bab 40. POV BIBI TIKA

Lebaran hari ketiga. Waktu itu aku masih berada di kampung, di mana orang tuaku tinggal. Berkumpul bersama Murni dan juga anak-anaknya. "Assalamu'alaikum ...."Terdengar suara salam yang diucapkan bersamaan dari depan rumah.Bergegas langkahku kuseret menuju ke teras, meliat siapa yang datang "Wa'alaikumsalam," balasku.Kusapu keseluruh wajah di hadapanku. Tak ada yang kuingat siapa mereka. Tak terkecuali si Yanti, ponakan kesayanganku."Ma'af mengganggu, saya Kumala, Ibu Angkatnya Yanti.""Saya Tika, Bibiknya yang datang Malaysia," terangku.Aku pun mempersilahkan mereka duduk. Satu persatu, memperkenalkan diri. Tak terkecuali, Yanti. Dia kini telah tumbuh menjadi gadis cantik yang mewarisi wajah Aminah. Hampir saja aku tak mengenalinya.Beraneka makanan kusuguhkan pada mereka, sementara anak-anak Kumala asyik berkejaran di pekarangan Ibu yang luas."Bibik masih berapa lama di Indonesia?" Kumala membuka percakapan di antara kami. Suaminya tampak sedang tidur-tiduran di balai bambu
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status