Semua Bab ANGELA (Sang Perias Jenazah): Bab 111 - Bab 120

135 Bab

Kebakaran

"Baik, Bu. Ira akan melakukan seperti apa yang Ibu katakan. Doakan Ira, ya, Bu," pinta Haira lirih. "Doa Ibu selalu menyertaimu, Nak. Sudah waktunya Ibu pergi. Jaga dirimu baik-baik." Sekelebat cahaya putih kemudian membawa Nyonya Saraswati hanya dalam sepersekian detik. "Ibumu telah pergi. Hanya itu yang bisa beliau sampaikan. Lakukanlah pesan ibumu dengan baik. Kalau kau butuh teman bicara bisa hubungi, Kakak. Kau simpan nomor Kakak, ya."Haira mengangguk. Ia membuka resleting tas selempang kecilnya. Dikeluarkan ponsel miliknya lalu mengetik nomor yang Angela sebutkan. Setelah itu, Haira kembali ke ayahnya dan Angela pamit mohon diri. Kasus kematian Nyonya Saraswati akan ia konsultasikan dengan Andreas. Besar harapannya pembunuh ibunya Haira bisa ditangkap dan diadili. Angela langsung pulang begitu selesai pekerjaannya di rumah duka. Joana yang sejak tadi tidak terlihat ternyata ada di warung kopi di seberang jalan. Sepertinya ia sengaja melarikan diri karena Alena datang ke rum
Baca selengkapnya

Beristirahat di Hotel

Antoni sepertinya mengerti apa yang sedang dialami Angela. Pria tersebut melingkarkan tangannya ke bahu Angela. "Kalau begini kita pulang saja. Percuma juga melihat dari dekat. Masih banyak orang dan petugas pemadam kebakaran di sana," sebut Antoni mencoba membujuk Angela. "Kita sudah terlanjur sampai di sini, Kim," kata Angela sambil menutup kedua telinganya dengan tangan. "Aku tidak bisa membiarkanmu menahan dengung seperti ini. Setidaknya kita tahu di sini banyak jiwa yang tertahan. Aku tidak mau melihatmu seperti ini, An.""Tapi, Kim …." Angela masih bersikeras. "Tidak ada tapi-tapian. Kita keluar dari sini sekarang!"Antoni berputar balik. Mesin mobilnya sejak tiba memang belum dimatikan. Ia mengendarai dengan kecepatan rendah. Suara sirine mobil pemadam kebakaran terdengar silih berganti walaupun kobaran api sudah tidak begitu besar. "Tidur di hotel saja, An. Besok kalau masih tidak enak badan, aku telepon Olla. Tidak baik menahan sakit lama-lama. Harus istirahat! Aku sendi
Baca selengkapnya

Bicara Bertiga

"Tenanglah, Sayang," kata Antoni lirih di telinga Angela, tangan pria itu mengelus-elus pinggang Angela. "Jangan berpikiran seperti itu.""Kim seperti candu. Ada ketergantungan yang tidak bisa kuatasi.""Apa kau tidak bisa merasakan itu? Jantungku berdebar begitu kencang. Aku tidak mungkin menginginkanmu lebih besar daripada hasratku saat ini.""Kalau begitu, tunjukkan padaku," ujar Angela lembut. "Aku ingin tahu apa yang kau rasakan. Aku ingin tahu apa yang kau hindari selama ini."Wajah Antoni memerah dan pria itu mengumpat pelan. "Baiklah. Akan kulakukan apa yang kauinginkan. Tapi aku tidak akan mencemarimu. Mengerti?"Angela mengangguk dengan senyum kecil di wajahnya yang terlihat merona. Antoni membawa Angela ke kursi panjang tanpa sandaran di balkon, duduk di atasnya, lalu menarik Angela ke pangkuannya. "Aku akan memberimu kenikmatan, Sayang. Setelah aku selesai, kau akan tetap suci." Antoni tersenyum muram pada Angela.Ucapan Antoni melegakan Angela. Ia tidak pernah menduga ba
Baca selengkapnya

Enam

"Semua gedung milik Delta Kencana dilumuri darah. Jadi, ke gedung manapun milik mereka, telingamu akan berdengung. Hanya kadarnya saja yang berbeda. Semakin besar dan penting gedung tersebut, semakin banyak darah yang tercurah." Dahlia menjelaskan. "Setelah kuteliti, merunut waktu pembangunan dan lokasi bangunan mereka, membentuk angka enam. Untuk menutup lengkungan agar membentuk bulatan angka itu dengan sempurna, rumah duka milik Pak Topan terletak tepat di lekukan itu. Karena itu Alena akan berusaha keras untuk membeli rumah duka tersebut, walaupun dengan harga yang tidak masuk akal," ujar Olla menjabarkan alasan Alena. "Luar biasa kau ini, La. Sampai sejauh itu memperhatikan detail." Angela terkagum-kagum. "Aku tidak sengaja menemukan polanya waktu sedang browsing tentang Delta Kencana. Ada beberapa kerjasama juga dengan perusahaan papa. Jadi aku banyak mencari tahu. Gak kebayang kalau aku harus berhadapan dengan perempuan seperti dia untuk berbisnis. Aku rasa Wuri memberitahun
Baca selengkapnya

Sudah Terlanjur

Kondisi Angela sudah pulih sepenuhnya. Joana yang sudah menunggunya terlihat semringah melihat Angela kembali ke rumah. "Akhirnya kau pulang juga, An. Tidak enak di rumah sendirian," kata Joana mengikuti Angela masuk ke kamar. "Aku pasti pulang walaupun tidur di hotel lebih enak. Kasurnya lebih empuk dan temannya lebih wangi juga tampan rupawan." Angela sengaja meledek Joana. "Iya, deh, yang pacarnya Tuan Antoni Hakim, pengusaha muda nan kaya raya tapi sibuknya dua puluh delapan jam," ujar Joana balas meledek. Angela terkekeh. Apa yang dikatakan Joana benar adanya. Dua puluh delapan jam pun masih kurang untuk seorang Antoni Hakim. "Aku mau ke rumah duka. Pak Topan pagi-pagi buta sudah nelepon. Katanya ada yang mau diomongin. Kau mau ikut, Jo?""Ikutlah! Malas di rumah sendiri. Tidak ada pemandangan bagus," jawab Joana mencium baju yang dikenakan Angela. "Kenapa?""Harumnya beda. Kau tidur dengan Tuan Antoni, ya?""Iya, di hotel yang sama." Angela tersenyum kecil. Ia sengaja meni
Baca selengkapnya

Jenazah Misterius

Angela menoleh ke samping kirinya dengan cepat. Namun, tidak terlihat siapapun. Ia berpikir sejenak, mengingat-ingat pemilik suara tersebut tetapi, sepertinya baru sekali ini ia mendengarnya. "Aku sudah lama ada di sini. Menjaga tempat ini bahkan sejak kalian belum menginjakkan kaki di sini. Aku melihat semua kebaikan yang kalian lakukan. Tentu aku tidak akan diam saja melihat mereka menyingkirkan kalian," terang sosok yang belum juga terlihat. "Lega saya mendengarnya, Ibu," tutur Angela sopan. Dari suara yang terdengar ia menduga sosok tersebut seusia ibunya. "Tuhan memberkati kalian. Bekerjalah seperti biasa, biarlah tangan-tangan Tuhan yang akan bekerja untuk urusan yang kalian risaukan.""Terima kasih, Ibu," kata Angela dengan manik mata yang bergerak memindai tempat yang bisa dijangkau pandangannya. Namun, tetap tidak ada siapapun yang terlihat. Angela menghela napas pelan. Ia beranjak dengan gerakan lambat. Masih berusaha mencari di mana pemilik suara itu sedang berada. Hasi
Baca selengkapnya

Sebuah Peringatan

Angela memulai pekerjaannya. Tas berisi peralatan make up-nya sudah ia letakkan di kursi yang sengaja diletakkan di samping kanannya. "Coba kau lihat ini sebentar, An!" Joana menunjuk ke atas kepala jenazah. Angela berdiri lalu bergeser ke arah Joana berdiri sebelumnya. Ia membungkuk agar dapat melihat kepala jenazah seperti yang Joana inginkan. Angela meraba bagian ubun-ubun sang jenazah. Jarinya merasakan seperti ada perekat non-woven yang biasa digunakan untuk mengencangkan pembalut penutup luka. "Awang! Bisa kesini sebentar?" "Ada apa, An, sampai harus memanggil Gumawang?" tanya Joana. "Aku hanya ingin memastikan sesuatu."Tidak sampai satu menit, Gumawang sudah berada di samping Angela. Ia meraba puncak kepala jenazah tanpa diminta. Sepertinya ia sudah tahu maksud dan tujuan Angela memintanya datang. "Perempuan air itu, kan, Wang?""Tentu saja iya, An. Ini semacam peringatan untukmu dan Olla. Menjauh atau kalian binasa.""Apa dia tahu kalau Anda ada bersama Angela?" Joana
Baca selengkapnya

Menunggu Steve Menda

Angela mencari Joana di ruang persemayaman. Spot yang paling disukai Joana untuk menyendiri. Perkiraan Angela tidak salah, perempuan tersebut tengah melihat-lihat foto yang menghiasi dinding. "Jo … kesini sebentar. Ada yang ingin aku tanyakan. Soal Steve Menda," panggil Angela. Joana menoleh dengan cepat. Matanya melebar. Ekspresinya mencerminkan sebuah pertanyaan dan ketidakpercayaan dengan apa yang baru saja didengarnya. "What?! Apa aku tidak salah dengar?" tanya Joana untuk meyakinkan dirinya. "Tidak, Jo. Tuan Steve Menda yang tampan rupawan itu akan datang menemuiku secara khusus.""Untuk apa?" Joana mendekat."Belum tahu aku. Katanya kalau aku menolak bertemu maka aku akan menyesal. Sejujurnya aku malas bertemu pria itu tapi aku mempertimbangkan dirimu," sebut Angela. "Mempertimbangkan aku?""Ya. Kau ingin melihat dia bukan? Jujur!"Joana mengalihkan pandangannya. Sepertinya ia sedang mempertimbangkan jawabannya. "Tidak perlu pura-pura kalau memang kau ingin bertemu dia. In
Baca selengkapnya

Steve Menda Menggila

Steve Menda memandangi Angela seolah sedang mengorek-ngorek isi hati yang tidak dapat terbaca. Intensitas tatapan Steve mengingatkan Angela pada saat-saat pertemuan mereka di acara malam itu. "Kau terlihat sangat cantik dan menawan," kata Steve dengan aksen yang menimbulkan getaran di hati perempuan yang mendengarnya. Wajar saja bila pria beristri ini banyak digilai. Angela bisa melihat lingkaran hitam di bawah kedua mata Steve. Ekspresi tersiksa di wajahnya dan sinar sendu di mata pria itu. Tekanan hidup sepertinya sudah menjadi teman sejati. "Ada apa sebenarnya Anda ingin bicara dengan saya, Tuan Steve?""Pertama-tama, saya ingin tahu satu hal." Steve melangkah menuju meja, menyandarkan pinggulnya di situ, lalu menjauhi meja untuk menghampiri Angela. "Apakah aku melakukan sesuatu yang salah di acara malam itu?" Suara Steve hanya berupa gumaman serak. "Ketika kita berada di meja yang sama dan saya ... bicara dengan Anda, Apakah saya menyakiti Anda atau membuat Anda ketakutan ata
Baca selengkapnya

Timbul Pertanyaan

"Tidak lama lagi makhluk itu menjadi satu dengan induk semangnya. Setelah itu terjadi, maka Steve akan sepenuhnya berpikir dan bertindak sesuai perintah darinya." Dahlia menjelaskan."Alena kah yang melakukan itu?" tanya Angela. "Tentu saja dengan perantara Wuri. Setiap tangan-tangannya yang serupa akar kayu bila dilepaskan dan ditancapkan pada manusia, akan menjadi makhluk baru sesuai tempat serta pribadi orang tersebut.""Tapi pada tubuh Alena aku tidak melihatnya," ucap Joana. Wajahnya masih terlihat muram. "Mereka sudah menyatu sepenuhnya. Alena tidak akan mati bila makhluk di dalam dirinya masih hidup," kata Dahlia lebih lanjut. "Pantas saja dia selalu terlihat percaya diri dan tidak takut pada siapapun," ujar Angela seraya berjalan ke arah pintu yang menuju ke dalam rumah duka. Ia menoleh ke kanan kiri mencari Antoni. Namun, pria itu sedang tidak ada di sana. "Antoni-mu tadi ke arah toilet. Apa mau kau susul dia?" tanya Dahlia. "Ide yang bagus," jawab Angela tertawa kecil. "
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status