Bergeming, aku pura-pura tak mendengar. Apakah Mas Andra pikir aku akan luluh dengan ucapan manis itu?“Mas udah sembuh, Nai. Obatnya juga sudah habis. Badan Mas udah sehat. Kamu mau kan Nai, kita baikan?” Akhirnya kalimat itu terucap lagi. Mas Andra tak ingin berpisah.“Jangan kamu pikir aku akan luluh ya, Mas. Seujung kuku pun aku takkan mau kembali ke kamu,” tolakku tegas.Wajah Mas Andra tampak kecewa.”Tapi kenapa, Nai? kamu gak kasihan sama Fadil?”“Justru karena aku kasihan sama Fadil, Mas! Aku gak mau anakku malu karena punya ayah seorang pezinah! Asal kamu tahu, ya. Perempuan yang sering tidur denganmu itu terus-terusan mengirimkan pesan menjijikkan ke WA!”Mas Andra gelagapan, salah tingkah. “Aku udah gak berhubungan lagi sama mereka, Nai! Kamu tolong pahami. Mas akan berubah menjadi lebih baik, untuk kamu juga Fadil. Jangan seperti ini, Nai!” Mas Andra masih terus berusaha membujuk.“Kamu tahu sifatku kan, Mas. Kalau aku sudah yakin untuk memutuskan sesuatu, maka akan sulit
Baca selengkapnya