Home / Pernikahan / Bu, Aku Menantu Atau Babu? / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bu, Aku Menantu Atau Babu?: Chapter 11 - Chapter 20

70 Chapters

Namaku Rangga

"Ini tadi masakanku, Pak. Gulai ikan spesial, coba incipi deh, pasti lebih enak dari masakan Maya," ucap Diana bangga."Sayur dan sambelnya, Ibu yang bikin, meskipun udah lama gak masak dijamin mantul," ucap Bu Ullah tak mau kalah.Pak Sandi dan Galih menatap ragu pada makanan di depannya tapi rasa lapar yang sedari tadi ditahan, membuat mereka segera menyerbu makanan di hadapannya."Tadi sudah dicicipi, kan, Bu? Udah pas kan rasanya," tanya Pak Sandi seraya menambahkan lauk dan sayur ke atas nasinya."Belum sempat sih, Pak. Tapi takarannya udah tepat, kok," sahut Bu Ullah.Pak Sandi memasukkan sesendok nasi dan lauknya ke dalam mulut, belum juga dia sempat mengunyahnya, dia sudah menyemburkan makanan itu.HOEK!"Makanan apa ini!" serunya.Galih dan yang lainnya menaruh sendoknya lagi, mengurungkan niatnya untuk menyantap makanan itu."Ke-kenapa, Pak?" tanya Bu Ullah terkejut."Kamu incipi sendiri, udah ikannya masih amis, sayurnya asin dan ... ah gak taulah pokok gak enak banget. Jad
Read more

Mendapat Ponsel

"May, kamu aja yang masak ya soalnya nanti takut gak kemakan lagi," ucap Bu Ullah dengan nada rendah."Iya, ini lagi masak, Bu." sahut Maya."Ehm, nanti soal beberes rumah biar Ibu sama Diana aja. Terus kalau misal kamu capek, cuciannya dilondry aja," tutur Bu Ullah yang berhasil membuat Maya tercengang."I-iya, Bu," Maya terbata masih belum ngeh di pagi buta beginiDia merasa ada yang aneh dengan mertuanya. Dia berpikir apa mungkin yang ada di hadapannya ini bukan Bu Ullah mertuanya, tapi makhluk jadi-jadian yang menyamar menjadi mertuanya."Kamu kenapa bengong begitu," tanya Bu Ullah yang melihat Maya terpaku menatapnya."Ini beneran Ibu, 'kan?" tanya Maya takut."Iyalah, kamu pikir siapa, kan kemarin kita sudah sepakat," Bu Ullah mengingatkan Maya.Maya baru ingat kesepakatan mereka kemarin. Rupanya mertuanya itu baik karena ada maunya."Oh ... jadi karena itu," sahut Maya seraya menepok jidatnya.Maya lantas melanjutkan aktifitas memasaknya. Dengan kelihaiannya memasak, beberapa m
Read more

Mendapat Maaf

"Apa kamu tidak punya baju yang lebih bagus lagi hingga harus memakai baju kumel itu?" tanya Diana ketus."Gak ada, Mbak. Ini baju terakhir yang aku beli, jadi ini bajuku yang paling bagus," sahut Maya.Diana menggeleng-gelengkan kepalanya, dia merasa pusing melihat Maya."Ya udah, ayo pergi!" ajak Diana.Kedua perempuan itu pergi menggunakan mobil milik Diana. Sepanjang perjalanan, Diana tak banyak bicara, Maya juga tak banyak bertanya ke mana mereka akan pergi."Ayo turun!" perintah Diana begitu mereka tiba di depan butik di pusat kota."Kita mau belanja, Mbak?" tanya Maya.Diana tak menjawab, dia lantas masuk ke dalam butik diikuti Maya di belakangnya.Diana memilih beberapa pakaian yang menurutnya bagus, setelah itu dia meminta Maya untuk mengganti bajunya.Setelah dia membayar barang belanjaannya, dia mengajak Maya ke tempat tujuan selanjutnya."Setelah ini kita akan ke rumah Mas Arya," ucap Diana saat mereka sudah berada di dalam mobil.Maya mengangguk, dia sudah menduganya seda
Read more

Sempat Terpana

Sepulangnya dari rumah Arya, wajah Diana terlihat lebih sumringah. Dia bahagia karena akhirnya kekasihnya itu mau memaafkannya dan melanjutkan rencana pernikahannya."Bagaimana, Na. Apa Arya memaafkanmu?" tanya Bu Ullah begitu putrinya datang."Iyalah, Bu. Mas Arya kan cinta banget sama aku, jadi gak mungkin dia benar- benar marah," sahut Diana."Oh gitu. Jadi kemarin marahya Arya itu cuma gertakan aja?" tanya Bu Ullah memastikan."Eh, gak tahu juga sih, tapi yang pentimg rencana pernikahan kami tetap berjalan, Bu," ucap Diana dengan wajah berbinar.Maya yang menyaksikan obrolan mereka memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, karena gak mungkin juga Bu Ullah dan Diana melibatkannya, begitu pikir Maya."Maya, kamu mau ke mana?" tanya Bu Ullah yang melihat Maya ngeloyor begitu saja."Mau ke kamar, Bu. Kenapa?" tanya Maya balik."Enak aja datang-datang main ke kamar, noh di dapur banyak cucian piring," cibir Bu Ullah."Iya, ini mau ganti baju dulu," sahut Maya jengah.Maya akhirnya menggan
Read more

Mulai Curiga

Maya senang banget karena sudah bisa menggunakan ponselnya. Dengan langkah ringan dia kembali masuk ke dalam rumah.Diana sudah tak nampak di depan televisi. Mungkin dia sudah tidur di kamarnya. Saat hendak memasuki kamar, Maya mendengar suaminya sedang mengobrol dengan seseorang."Iya, besok kita jalan. Kita beli apa yang kamu mau," ucap Galih.Maya membuka pintu kamarnya, reflek Galih mematikan sambungan teleponnya. Ada raut keterkejutan di wajah pria itu, namun dengan cepat dia menetralkannya kembali."Mas, kamu baru saja berbicara dengan siapa di telepon?" tanya Maya dengan wajah menelisik pada suaminya yang masih memegang ponsel."Siapa? Gak ada tuh, kamu salah denger kali," sahut Galih mengelak."Gak mungkin aku salah dengar, Mas. Nyata-nyata baru saja aku mendengarmu berbicara," balas Maya lagi."Gak ada, May. Udah ah, aku ngantuk mau tidur." sahut Galih ketus.Maya yakin dia tak salah dengar tapi dia juga tak mau bertanya lebih banyak lagi takut suaminya marah.Dilihatnya Gali
Read more

Menyelidiki

Maya gelisah, dia masih memikirkan suaminya. Rasa curiga di hatinya semakin menjadi ketika Galih menyangkal pertanyaannya semalam.Dengan telinganya sendiri dia mendengar suaminya mengobrol tapi dengan alasan tak jelas suaminya mengelak. Dan itu semakin membuat Maya yakin, ada yang ditutupi oleh suaminya.Dia mencari ide untuk bisa menemui suaminya di toko. Maya berniat mengirimkan makanan untuk bekal makan siang Galih."Bi Marni, saya keluar sebentar ya. Ada perlu, mau ke toko." Maya minta ijin."Iya, Mbak. Gak apa-apa, rumah biar saya yang jaga," sahut Bi Marni seraya membersihkan kaca.Setelah berpamitan, akhirnya Maya menuju toko sembako milik mertuanya dengan berjalan kaki.Ada beberapa ibu-ibu yang sedang mengobrol di depan rumah mereka. Melihat Maya, mereka menyapa dan bertanya."Mbak Maya, mau ke mana? Kok, jarang kelihatan, sih. Di dalam rumah terus ya? Malahan yang sering tuh, kita lihat Mas Galih keluar sama Mbak Dewi," sapa seorang tetangga."Iya, Mbak. Malahan yang gak ta
Read more

Sakit Hati

Ada apa ini, Maya?! Kenapa kamu membuat suamimu marah, hah?!" teriak Bu Ullah dengan mata melotot.Maya belum sempat memberikan jawaban karena Galih dengan cepat menyahut ucapan ibunya."Tanyakan pada menantumu itu, Bu. Kenapa dia mencurigai suaminya sendiri ada main dengan sepupu jauhnya?" tunjuk Galih pada Maya.Pria itu merasa ada angin segar karena ibunya datang dan pastinya dia akan mendapat pembelaan. "Dewi? Jadi kamu curiga Galih dan Dewi berselingkuh, May?" tanya Bu Ullah tak percaya.Maya hanya diam tak menjawab pertanyaan mertuanya, percuma saja batinnya. Ibu dari suaminya itu tak akan bisa berlaku adil. Melihat Maya yang hanya diam mematung, dia pun semakin murka."Harusnya kamu itu ngaca, bukannya malah main fitnah! Udah gak bisa ngasih anak, sekarang malah dikit-dikit curiga!" omel Bu Ullah lagi."Kalau aku ada buktinya bagaimana, Bu? Apa Ibu tetap akan membela dia," ucap Maya dengan menunjuk suaminya."Heh, jangan kurang ajar kamu ya! Makin lama makin ngelunjak aja!" t
Read more

Salah Menganggap Remeh

"Enggak, Mbak Yu. Untuk sementara boleh ya aku nitip Dewi sama Farel di sini. Kasihan kalau aku tinggal di rumah sendirian, gak ada yang bantu jagain Farel. Dewi juga kan selama ini gak bisa masak karena repot dengan anaknya, kalau di sini kan enak, udah ada yang masakin, ada yang bantu jaga Farel juga jadi dia gak capek-capek banget," jelas Bu Nur."Oh gitu. Ya udah gak apa-apa biar Dewi sama Farel di sini aja. Lagi pula Maya sekarang kerjaannya juga gak terlalu banyak, kok. Nanti dia bisa ikut jaga Farel," sahut Bu Dewi enteng, tanpa minta persetujuan Maya.Dewi tersenyum cerah karena Bu Ullah memberinya ijin tinggal di rumah itu selama mereka pergi. Dia melirik Maya yang kini melihatnya tak suka. Sejak mendengar kabar dari Ria dan para tetangga, Maya memang semakin tidak menyukai Dewi."Tapi, Budhe. Kayaknya ada yang gak suka aku tinggal di sini," sindir Dewi seraya melirik Maya.Bu Ullah dan Diana tahu siapa yang dimaksud oleh perempuan itu."Aku mah welcome sama kamu, Wi. Yang l
Read more

Memberi Sedikit Pelajaran

Dewi mengangguk pasrah, niat hati ingin dilayani oleh Maya gagal seketika. Selama ini dia melihat semua orang di rumah itu dengan mudahnya meyuruh Maya melakukan apa saja tapi ternyata tidak dengan dirinya.Maya kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia lalu memilih pergi meninggalkan mereka semua yang ada di situ. Dia bergabung bersama Bi Marni yang ada di dapur, membantunya membereska peralatan dapur."Mbak, Bu Nur nitipin anak dan cucunya di sini ya?" tanya Bi Marni memastikan."Iya, Bi. Dan sepertinya tugas kita di rumah ini akan bertambah. Tapi saya ingatkan Bibi untuk tidak terlalu menuruti Dewi, cukup lakukan tugas Bibi saja seperti biasa," saran Maya kepada wanita paruh baya itu."Siap, Mbak Maya!" sahut Bi Marni dengan tersenyum lucu."Mbak, ngapain Mbak beberes itu, biar Bibi yang lakuin. Kan Mbak Maya sebentar lagi mau masak buat makan malam," cegah Bi Marni."Gak apa-apa, Bi. Aku bantu dikit aja, biar Bibi bisa segera pulang," sahut Maya, tangannya cekatan membersihk
Read more

Suara Meresahkan

Malam itu Maya tak dapat tidur dengan nyenyak, takut jika ketiduran nanti maka suaminya itu akan menghampiri Dewi. Sejak mendengar berita kedekatan mereka berdua pikirannya selalu negatif, hatinya selalu panas.Baru saja matanya terpejam, tiba-tiba tubuhnya berjingkat. Maya tergagap, spontan dia membuka matanya. Dia menoleh ke samping dan tak ada suaminya di sana.Pikiran buruk tiba-tiba melintas begitu saja. "Apa mungkin Mas Galih menemui Mbak Dewi?" Jantungnya berdegup lebih kencang, badannya tiba-tiba terasa panas dingin tak siap seandainya dia melihat sesuatu yang tak diinginkan.Gegas dia melangkah pelan dengan tubuh gemetar, tak ingin langkahnya didengar oleh mereka. Tak lupa dia membawa ponsel untuk berjaga-jaga, jika diperlukan nanti.Dibuka pintu kamarnya sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara, kemudian dia berjalan perlahan. Semakin mendekati kamar tamu, jantungnya berdegup semakin kencang.Pintu kamar di mana Dewi tidur tertutup rapat. Maya sudah berada tepat di dep
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status