Sore ini, aku, ibu, dan bapak sama-sama duduk di belakang rumah. Menikmati segarnya udara di sore hari ditemani beberapa tumbuhan yang melambai-lambai. Meski sesekali bau yang ditimbulkan dari ayam-ayam bapak mengganggu penciumanku. "Lun, sepertinya Nak Zidan itu suka sama kamu," celetuk bapak tiba-tiba. "Bapak sih suka sama dia. Meskipun orang berada tapi ramah dan sopan.""Ibu juga berpikiran sama." Ibu ikut menimpali."Bu, Pa, Aluna itu baru saja bercerai. Belum kepikiran untuk cari pengganti Mas Rayan. Luna juga masih trauma. Mas Rayan juga kan dulu baik banget. Ramah juga sopan. Cocok banget lah buat dijadikan pendamping hidup. Siapa sangka sekarang akan berakhir seperti ini? Intinya, kita harus benar-benar mengenal orang itu luar dalam.""Iya, sih. Kamu benar. Tapi, tadi Nak Rayan nawarin bapak untuk menjaga peternakan miliknya. Katanya, kalau bapak suka berternak, dia akan bikin peternakan sendiri. Kebetulan punya lahan yang cukup luas. Bapak biar yang mengelolanya. Gimana men
Baca selengkapnya