Semua Bab Kukembalikan Suamiku pada Istri Pertamanya: Bab 31 - Bab 40

86 Bab

Bab 31

Aku sungguh tak habis pikir, ada orang yang begitu tega melakukan semua itu. Mencoba mengusik hidupku dan ketenangan hatiku. Padahal, selama ini aku merasa tak pernah mengusik hidup orang lain. Selama ini aku berusaha untuk tidak mempunyai masalah dengan siapa pun. Tapi kenapa justru ada orang yang ingin bermasalah denganku?"Katakan padaku, Ra. Siapa yang menyuruhmu?" Aku kembali bertanya karena Rara masih menunduk terdiam."Emh ... itu. Ibu Ida," jawab Rara ragu.Jantungku langsung terasa berhenti berdetak untuk sesaat, namun kemudian, berdegup kencang dengan hebatnya. Apa yang dikatakan Rara membuatku kaget bukan kepalang. Selama mengenal ibu mertuaku itu, aku tidak pernah melihat gelagat dia tidak menyukaiku sedikit pun. Tapi kenapa dia tega dia berbuat seperti itu? Untuk apa?"Kamu jangan bohong, Ra. Bu Ida gak mungkin melakukan hal sekeji itu. Aku mengenalnya cukup lama. Dia orang yang baik." Aku masih berusaha menyangkalnya. Berharap Rara tidak berkata jujur."Aku gak bohong, L
Baca selengkapnya

Bab 32

POV RayanSore ini hujan turun dengan sangat lebat. Bahkan suara petir yang menggelegar sesekali memekakkan telinga. Di kursi kerja aku duduk terpaku. Mataku lekat menatap layar ponsel di mana ada foto wanita yang begitu aku cintai sedang tersenyum manis. Tanganku terulur mengusap wajah wanita yang dijadikan foto sampul gawai milikku itu. Aluna. Aku sangat merindukanmu.Jika hujan di sore hari seperti ini. Aku tidak pernah membiarkan dia pulang seorang diri. Aku pasti akan menjemputnya ke kantor tempatnya bekerja. Tak ingin aku membiarkannya basah kuyup tersiram air hujan dan mengancam kesehatannya."Mas ngapain di sini?" Teringat wajahnya yang cantik dengan mimik heran melihat kedatanganku di kantornya saat itu."Mau jemput kamu. Hujannya gede banget," jawabku kala itu."Tapi aku bawa motor. Bawa jas hujan juga. Harusnya Mas gak perlu repot-repot jemput aku." Dia memang selalu berusaha mengelak untuk tidak merepotkan aku."Mas khawatir sama kamu. Kalau kamu naik motor sambil hujan-hu
Baca selengkapnya

Bab 33

Ibu berdiri di ambang pintu dengan tatapan kecewa di kedua sorot matanya. Wanita yang melahirkanku itu berjalan pelan kemudian duduk di sampingku."Cobalah untuk bangkit. Jangan siksa dirimu sendiri dengan terus mencintai wanita yang tidak tulus mencintaimu," ujar ibu pelan namun terasa begitu menusuk."Kenapa ibu bicara seperti itu? Ibu tau sendiri Luna seperti apa. Dia wanita baik-baik yang mencintaiku dengan tulus. Bukan karena harta atau apapun," jawabku dengan nada kecewa karena tuduhan yang dilayangkan ibu pada Aluna."Kalau memang Aluna benar-benar mencintaimu, harusnya dia masih ada di rumah ini untuk memperjuangkan rumah tangga kalian. Harusnya dia masih ada di sini mendukungmu melewati semua ini. Bukan malah menghindar dan pergi gitu aja. Untung saja kalian akan segera berpisah. Jadi kamu cuma punya Rumaisha seorang.""Bu, wanita yang aku cintai itu Aluna. Bukan Rumaisha. Bahkan dari awal aku sudah bilang akan menceraikan Rumaisha. Bukan malah Aluna." Aku berkata dengan sedi
Baca selengkapnya

Bab 34

POV Aluna"Bu, Jas punya Mas Zidan kemarin udah Luna cuci. Nanti tolong dijemur ya, Bu," pintaku pada ibu yang sedang menyiapkan sarapan."Iya. Kamu gak perlu khawatir. Nanti ibu jemur. Sekarang kamu cepetan sarapan. Makannya yang banyak. Semalam ibu denger kamu bersin-bersin mulu. Mungkin masuk angin gara-gara kemarin hujan-hujanan," tutur ibu sambil menyimpan sepiring nasi goreng yang masih mengepul di atas meja makan di hadapanku.Setelah meniupnya sebentar, aku pun langsung melahap nasi goreng buatan ibu. Kepalaku memang sedikit pusing, bersin-bersin dan tenggorokan sakit. Sepertinya mau flu karena kedinginan kemarin. Satu piring nasi goreng dan segelas susu hangat sudah tandas. Aku pun segera bersiap untuk berangkat kerja setelah pamit pada bapak yang sedang menonton acara berita di layar TV juga pada ibu yang masih sibuk di dapur. Membuka pintu, aku langsung menuju motor yang sudah dikeluarkan bapak sejak subuh tadi. Saat sedang menggunakan helm, tiba-tiba saja Mas Rayan muncu
Baca selengkapnya

Bab 35

"Kamu baik-baik saja, Lun?" tanya Rumi saat kami sudah duduk di dalam mobil."Aku gak apa-apa. Jangan khawatir. Maaf ya udah ngerepotin!" Aku menatap matanya dengan memaksakan seulas senyum di bibirku."Jangan bilang gitu. Kayak sama siapa aja. Dari pagi aku udah khawatir lihat muka kamu yang pucat. Jalan juga sedikit sempoyongan," timpal Rumi membuatku terharu. "Udah gitu, malah ketemu sama suamimu lagi," lanjutnya."Mantan," timpalku singkat."Sabar, ya. Kamu wanita hebat." "Makasih banyak, ya. Kamu baik banget sama aku," sahutku dengan mata berkaca-kaca."Sama-sama. Aku kan sayang sama kamu!" Rumi memeluk tubuhku sebentar."Lun, langsung pulang saja, ya," tawar Mas Zidan yang fokus menyetir."Iya. Kamu langsung pulang aja. Urusan motor, biar aku yang handle. Kamu harus banyak istirahat. Ingat kata dokter!" lanjut Rumi.Aku hanya mengangguk pelan. Kepalaku juga masih begitu sakit. Tak mungkin untuk kembali bekerja. Ditambah rasa sesak di dada karena bertemu dengan Mas Rayan dan ist
Baca selengkapnya

Bab 36

POV RayanSemenjak bertemu dengan Aluna di rumah sakit, hatiku terus saja gelisah. Aku benar-benar mengkhawatirkan kesehatannya. Padahal tadi pagi, waktu aku menemuinya, dia baik-baik saja. Hanya saja wajahnya memang terlihat sedikit pucat dari biasanya. Andai aku tau Aluna sedang tak sehat, aku pasti langsung mengantarnya ke dokter. Masalahnya, Aluna-nya juga belum tentu mau.Entah kenapa, Rumaisha juga tiba-tiba ikutan tak enak badan. Saat sedang bekerja tadi siang, tiba-tiba saja ibu menelpon dan memintaku untuk segera pulang. Dia tak bilang kalau Rumaisha yang sakit. Ibu hanya meminta aku segera pulang untuk mengantarnya ke dokter. Saat sampai di rumah, ibu baru bilang kalau ternyata Rumaisha lah yang tak enak badan. Ibu bilang Rumaisha muntah-muntah. Namun, mata ibu justru berbinar melihat menantunya itu sakit."Kamu antar Rumaisha ke dokter kandungan. Dia beberapa kali muntah," pinta ibu tadi membuatku melongo. Ingin aku berkata bahwa Rumaisha tak mungkin hamil karena belum per
Baca selengkapnya

Bab 37

Aku masih mengarahkan pandangan mataku ke arah Rumaisha. Tatapanku tajam bak elang yang akan menerkam mangsanya. Rumaisha tampak ngesot untuk mendekati kursi roda yang jaraknya lebih dari dua meter. Namun, entah kenapa aku justru muak melihatnya. Bukan iba yang kurasa."Sampai kapan kamu akan menyembunyikan semua ini?" tanyaku sengit. Rumaisha mengangkat kepalanya. Dia menatapku sebentar, kemudian kembali menunduk."A-apa maksud, Mas? Aku tidak mengerti?" jawabnya tergagap dengan posisi tubuhnya masih di lantai."Sudahlah. Kamu gak perlu pura-pura lagi. Aku sudah lihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa kamu sudah bisa berjalan," jawabku kesal."Itu tidak seperti yang Mas lihat. Aku, aku hanya sedang mencoba berjalan sendiri. Dan ternyata aku sudah mulai bisa melangkah," timpalnya dengan mimik sendu. "Ckk. Kamu pikir aku buta. Jelas-jelas aku melihat sendiri, kamu berdiri layaknya orang normal. Kursi rodanya aja masih di sini. Lalu, bagaimana caranya kamu bisa sampai di depan meja ri
Baca selengkapnya

Bab 38

POV ALUNAPagi ini aku bangun dengan keadaan yang sudah lumayan membaik. Demamku sudah turun. Kepalaku juga tak lagi terlalu berat. Namun, aku memutuskan untuk tidak dulu bekerja hari ini. Takutnya kambuh lagi dan malah merepotkan banyak orang seperti kemarin.Cahaya matahari yang menyinari bumi, membuatku tergoda untuk berjemur sejenak di teras rumah. Menghangatkan badan dan membiarkan cahayanya masuk menembus kulit. Aku duduk di kursi plastik di halaman rumah. Memperhatikan lalu-lalang kendaraan yang melewati jalanan di depan rumahku. Setelah berjemur selama sepuluh menit lamanya, aku hendak berdiri. Tiba-tiba saja saputangan yang ada dalam genggaman jatuh ke tanah. Aku pun menunduk untuk mengambilnya. Saat kembali berdiri, mataku tertuju pada sebuah mobil yang berhenti tepat di sebrang sana. Kaca jendelanya terbuka hingga menampakkan orang yang duduk di belakang kemudi. Mas Rayan. Dia memandang lurus ke arahku. Dia tak berkata. Tak juga tersenyum. Wajahnya menyiratkan kesedihan.
Baca selengkapnya

Bab 39

Aku menghirup napas perlahan. Melepaskan asap-asap yang tiba memenuhi kepalaku. Inginku berkata kasar, tapi sadar wanita di depanku ini adalah orang yang lebih tua dariku."Mohon maaf sebelumnya, Bu. Tapi Mas Rayan tidak ada di sini. Kalaupun Mas Rayan datang ke sini, saya juga tidak akan mengizinkannya untuk tinggal di rumah ini. Jadi, Ibu salah kalau datang ke sini hanya untuk mencari Mas Rayan," jawabku setenang mungkin. Menghadapi orang-orang seperti mereka memang tidak perlu memakai kekerasan. Tapi harus dihadapi dengan sabar.Bu Ida terlihat salah tingkah. Matanya mendelik nampak tak suka dengan jawabanku."Oh iya. Selamat ya, Mbak, atas kesembuhannya." Aku beralih menatap Rumaisha yang dari tadi hanya menunduk. Wanita yang kini penampilannya jauh berbeda itu mengangkat wajah, kemudian tersenyum kikuk. "Terima kasih," jawabnya pelan.Ya, dulu, pertama kali bertemu dengannya, dia hanya mengenakan pakaian yang begitu sederhana. Lihatlah sekarang, meskipun pakaiannya tetap serba te
Baca selengkapnya

Bab 40

Kukembalikan Suamiku pada Istri PertamanyaBab 40RAYANSudah dua hari aku tidak pulang ke rumah. Pun juga tidak masuk kantor. Aku lelah. Pikiranku benar-benar kacau. Bahkan, aku mematikan ponselku agar tak ada seorangpun yang menghubungiku. Termasuk ibu. Apalagi Rumaisha.Semua yang terjadi belakangan ini membuat hidupku benar-benar berantakan. Pernikahan dengan Aluna yang nyaris kandas membuat hari-hariku tak lagi sama. Hanya ada kesepian dan penyesalan yang membelengguku setiap hari. Kemarin, aku sudah mencoba mendatangi rumah sakit tempatku mengantar Rumaisha menjalani terapi. Hanya saja aku tidak bisa bertemu dengan dokter yang biasa menanganinya karena beliau sedang ada di luar kota. Jadilah hari ini aku akan kembali lagi mendatangi rumah sakit.Sudah dua hari ini aku memilih menginap di hotel yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Bukan hotel mewah atau hotel bintang lima yang aku tempati. Hanya hotel sederhana yang letaknya agak ke pinggiran. Bukan tanpa alasan tentu aku melaku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status