Home / Romansa / Bukan Pernikahan Biasa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Bukan Pernikahan Biasa : Chapter 81 - Chapter 90

158 Chapters

Part 81 Plasenta Previa

Degup jantung Arga berdetak hebat saat melihat mobil yang tampak bagian belakangnya. Tangannya juga gemetar tiba-tiba. Arga mengikuti arahan petugas agar melaju lebih dulu, tapi setelah beberapa meter melewati lokasi kejadian dia lantas menepi dan berhenti. Arga keluar mobil dan berlari ke lokasi kejadian. Pria itu menerobos kerumunan orang-orang. "Permisi permisi permisi!" teriaknya."Citra!" panggil Arga pada seorang wanita yang sedang di bopong oleh seorang laki-laki dan akan dimasukkan ke dalam mobil petugas kepolisian. Dia melihat kening istrinya berdarah dan Citra tampak lemas. Wanita itu memandangnya sekilas lantas memejam."Pak, dia istri saya!" Arga berkata pada seorang polisi."Bener, Mas?""Iya. Biar saya yang membawanya ke rumah sakit.""Nggak usah, Mas. Korban sudah berada di mobil, kasihan kalau dipindahkan lagi. Sepertinya tangan kirinya retak. Mas, ikuti kami saja ke rumah sakit."Arga mengangguk. Kemudian dia berlari cepat ke arah mobilnya. Kemudian mengikuti mobil ap
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

Part 82

Kecelakaan yang dialami Citra membuat Arga menjadi suami yang peduli. Dia tidak masuk kerja dan juga absen di workshop. Sejak kejadian sore waktu itu, Arga tidak pulang ke rumah. Menemani Citra di rumah sakit. Membantunya buang air kecil, menyuapi makan, dan membantu suster menyeka tubuhnya.Di hari ketiga di rawat, saat mereka sedang makan malam, pintu ruangan terkuak perlahan. Ucapan salam membuat Arga dan Citra menoleh ke arah pintu. "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Sabda dan Senja muncul dari balik pintu dan tersenyum pada mereka. Sabda membawakan parcel buah yang kemudian di letakkan di atas meja. Arga menepi, memberi kesempatan pada mereka untuk duduk di sebelah sang istri."Bagaimana keadaannya, Mbak?" tanya Senja setelah duduk di kursi. Sedangkan Sabda memilih duduk di sofa bersama Arga."Sudah membaik. Besok sudah boleh pulang.""Alhamdulillah.""Dari mana kamu tahu kalau aku di rawat di sini?""Kemarin pagi panitia workshop bilang kalau Mas Arga absen karena sedang men
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

Part 83 Positive Thinking

Melihat darah di telapak langan istrinya membuat Sabda tak kalah panik. Dia memandang ke arah spion samping, mencari celah untuk menepi dan berputar balik. "Sebentar, Sayang. Kamu jangan panik. Kita kembali ke dokter Eli."Setelah mobil menepi, kemudian Sabda mencari kesempatan hingga kendaraan sepi dan dia bisa berputar untuk kembali ke tempat praktek dokter Eli. Sedangkan Senja duduk bersandar dengan perasaan khawatir.Mobil telah berputar arah. Kemudian melaju lebih cepat daripada tadi. Sambil mengemudi Sabda berulang kali melihat ke arah istrinya yang tampak cemas. "Tenang, Sayang. Nggak akan terjadi apa-apa." Meski dirinya sendiri panik, Sabda berusaha menenangkan istrinya.Senja mengangguk sambil terus memegangi perutnya.Setelah mobil berhenti. Sabda turun lebih dulu, kemudian membuka pintu sebelah istrinya dan membopong tubuh Senja. Seorang suster yang berkemas-kemas karena praktek telah selesai tergesa menghampiri. "Ada apa, Pak?'"Dokter Eli masih ada, Sus? Istri saya pendar
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Part 84

Sehabis mandi Senja tampak lebih segar. Wajahnya masih basah oleh sisa air, karena tidak dilap sempurna sebab tidak ada handuk. Sabda sesekali mengusap sisa air yang menetes dari kening istrinya dengan punggung tangannya. Sebenarnya di kantin juga menjual handuk, tapi sebelum di pakai biasanya Senja akan mencucinya terlebih dulu. Jadi percuma juga beli."Nggak usah pakai jilbab dulu. Nggak ada siapa-siapa di sini. Dokter visit masih setengah jam lagi. Mas suapi ya?"Senja mengangguk. Menu sarapan pagi ada semur daging, telur rebus, dan tumis wortel di campur tauge, brokoli, juga jamur. Sabda menyuapkan seluruh jatah sarapan pagi itu. Dan Senja sendiri yang minum teh hangat dari gelas."Nanti kamu mau diambilkan baju yang mana?" Sengaja Sabda bertanya. Sebab perempuan ini beda dengan laki-laki. Kalau lelaki mau pakai baju apa aja asal muat di badan. Perempuan mesti me-matchingkan gamis dengan jilbabnya. Bahkan bros yang hendak di pakai pun mesti harus serasi.Senja menyebut warna pakai
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Part 85 Pengagum Rahasia

Andra duduk di bangku besi luar kamar, menunggu hingga istrinya selesai di seka dan berpakaian. Tadi malam dia yang mengganti bajunya Citra, nah pagi ini dia di usir agar tidak melihatnya dibantu Suster untuk ganti baju?Beberapa menit kemudian, Suster keluar kamar sambil membawa baskom kosong. "Sudah, Pak," ucap gadis itu sambil mengangguk sopan."Iya. Makasih," jawab Arga sambil menenteng barang bawaannya masuk ke ruangan. Pria itu tersenyum pada Citra yang sudah duduk dan tampak lebih segar dengan rambut terikat rapi. "Hai, kita sarapan dulu." Arga duduk di kursi setelah meletakkan barang bawaan di atas meja."Aku belikan ayam panggang sama urap. Kemarin kamu bilang pengen makan ayam panggang." Arga membuka salah satu kotak nasi yang ia bawa."Di makan nanti siang, Mas. Aku sekarang sarapan jatah dari rumah sakit saja.""Nanti urapnya basi. Makan ini saja, biar aku suapi.""Aku bisa makan sendiri." Citra mengambil paksa kotak dari tangan Arga. Sampai sang suami heran dengan perubah
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more

Part 86

Nina lantas cerita mengenai pekerjaan dan kegiatan di sana selama Senja tidak ada. Cerita yang mengasyikkan hingga tak sadar sudah azan Maghrib berkumandang. Sabda dan kekasihnya Nina bilang kalau mau ke mushola dulu. Nina yang membantu Senja mengambil wudhu untuk salat Maghrib. Sedangkan dirinya sendiri tengah haid."Ja, sebenarnya aku tadi di titipi ini sama Pak Dion." Nina mengeluarkan amplop putih dari dalam tasnya. Senja memandang dan penasaran apa isinya. Selama ini dirinya bukan tak tahu kalau si bos yang duda itu menaruh hati padanya. Tapi Senja membiarkan karena dia pun sudah bersama Arga dan Pak Dion tahu itu."Coba kamu buka, Nin.""Enggak maulah, ini buat kamu kok.""Iya, buka aja."Nina akhirnya membuka amplop putih itu. Sejumlah uang dengan nominal seratusan di keluarkan Nina dari dalam amplop. "Eh, banyak ini, Ja.""Ngapain dia ngasih aku uang?""Buat biaya rumah sakit kali. Pak Bos kan nggak tahu kalau suamimu tajir.""Hish. Orang tuanya yang tajir. Udah kamu masukin l
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more

Part 87 Pria Sejati

Senja buru-buru meraih ponselnya di meja sebelah setelah Sabda pamit untuk Salat Isya di mushola. Dia menelepon Nina yang kebetulan sahabatnya itu sedang online."Hai, ada apa?" tanya Nina di seberang."Nin, besok sebelum berangkat kerja, mampir dulu ngambil uang tadi dan kembalikan ke Pak Dion.""Eh, kenapa di kembalikan? Mas Sabda marah? Kan aku sudah bilang kalau itu uang gajianmu.""Emangnya dia anak kecil yang bisa dibohongi.""Jadi Mas Sabda marah?" Suara Nina terdengar cemas."Nggak usah tanya, ya pasti marahlah. Tadi dia bilang, besok dia sendiri yang akan mengembalikan uang itu. Please, besok berangkat pagi-pagi ya, mampir ke rumah sakit. Kamu nggak tahu gimana marahnya dia.""Mengerikan?""Hish, pokoknya jangan lupa besok kamu ambil balik uangnya.""I-iya, aku emang gugup kemarin. Harusnya aku bilang saja kalau itu uangku untuk bayar hutang ke kamu.""Pokoknya besok kamu harus ngembaliin uang ini.""Iya, Nyonya. Udah, aku mau makan malam. Laper dari tadi. Dengar kayak gini t
last updateLast Updated : 2022-08-26
Read more

Part 88

Senja tertegun dengan ucapan sahabatnya. Meski kadang suka kebingungan dalam mengambil sikap, nyatanya Nina juga temannya yang cerdas dalam memperhatikan keadaan sekitar. Terlebih karena mendapatkan pengalaman dari orang tuanya yang broken home. Orang tuanya bercerai ketika Nina masih kelas tiga SMA.Jadi ia tidak perlu lagi mempermasalahkan Sabda kapan akan bilang I Love You padanya. Nina saja yang tiap hari mendapatkan ucapan itu saja, nyatanya hubungan mereka belum tahu akan di bawa ke mana."Ja, beneran kamu harus banyak bersyukur. Kamu mendapatkan suami yang nggak hanya keren secara fisik. Tapi juga sangat baik dari sikapnya dalam menghormati wanita. Memang sih, jadi pria macho adalah impian tiap lelaki. Makanya sebagian besar mereka berusaha menumbuhkan otot di tubuhnya. Berbadan sehat, terlebih kalau sampai six pack, wih tambah bikin wanita klepek-klepek. Tetapi kejantanan fisik saja nggak cukup bikin perempuan bahagia jika nggak diimbangi oleh sikap mengayomi. Lihatlah suamimu
last updateLast Updated : 2022-08-26
Read more

Part 89 The Boss

Sabda berdiri di depan pintu yang ada nama panjang beserta gelarnya di sana, tapi Sabda enggan membaca. Cukup ia tahu kalau dia itu dipanggil Pak Dion. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana sambil menunggu Nina mengetuk pintu."Masuk," suara berat terdengar dari dalam.Nina memutar handle pintu. "Permisi Pak Dion, ini ada Pak Sabda ingin bertemu.""Persilakan masuk, Nin."Gadis itu mengangguk kemudian memandang pada Sabda yang berdiri di belakangnya. "Silakan masuk Mas Sabda. Aku tinggal turun ya.""Oke. Terima kasih."Setelah Nina pergi, Sabda masuk dan kembali menutup pintu. Seorang pria penuh wibawa duduk di kursi putar belakang meja. Wajahnya lumayan tampan, tapi ada bekas goresan luka lama di pelipis kirinya. Mungkin pernah terluka sewaktu kecil dulu."Selamat pagi, Pak Dion. Saya Sabda, suaminya Senja!" Sabda memperkenalkan diri. Kedua pria berdiri dan saling berjabatan tangan. Pak Dion tersenyum. "Silakan duduk Pak Sabda.""Terima kasih." Sambutan yang sangat sopan membua
last updateLast Updated : 2022-08-27
Read more

Part 90

Sementara Sabda yang telah sampai di kantor segera menemui Anggit dan mengajaknya membahas mengenai laporan yang harus segera di selesaikan. Dia ingin lekas menjemput Senja ke rumah sakit. Dalam perjalanan tadi Senja sudah mengirimkan pesan kalau dokter sudah mengizinkannya pulang.Anggit yang masuk ke ruangannya membawa laptop, beberapa map berisi berkas, dan tablet untuk mencatat. "Semua sudah selesai apa belum?" tanya Sabda."Sudah, Pak. Silakan Pak Sabda cek."Sabda sibuk memeriksa laporan, sedangkan Anggit memperhatikan sambil mencatat apa yang penting dan hendak di sampaikan kepada atasannya."Kabar Bu Senja bagaimana, Pak?" tanya Anggit setelah dilihatnya Sabda selesai menandatangani beberapa berkas."Alhamdulillah, hari ini sudah boleh pulang. Makanya saya harus cepat-cepat menyelesaikan ini biar bisa menjemputnya di rumah sakit.""Syukurlah. Nanti saya kepengen membesuk di rumah. Bolehkan, Pak?"Sabda menatap sekilas asistennya. Kemudian pria itu mengangguk. Anggit sudah emp
last updateLast Updated : 2022-08-27
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status