Semua Bab Bukan Pernikahan Biasa : Bab 71 - Bab 80

158 Bab

Part 71 Di Malam Pernikahan

Sejauh dan sedalam apapun terhempas dalam kisah cinta yang kandas, tapi percayalah kalau tak semudah itu membuat segalanya membaik begitu cepat. Mungkin mata akan lupa bagaimana parasnya, tapi hati tak akan mudah lupa siapa nama yang pernah bertahta.Harusnya Sabda kecewa ketika menyadari bahwa wanita yang digenggam tangannya, masih kesulitan berhadapan dengan masa lalunya. Namun Sabda tidak demikian, ia makin mengeratkan genggaman untuk memberi kekuatan. Karena bukan di sini tempatnya menunjukkan kekesalan.Mereka bergerak maju. Sabda memberikan ucapan selamat pada perempuan yang tanpa ia sadari telah lama memendam rasa untuknya. "Selamat menempuh hidup baru, Citra. Wish you happiness," ucap Sabda sambil tersenyum. "Thank's, Mas," jawab Citra sambil tersenyum dan menjabat erat tangan Sabda. Dengan tatapan yang hanya ia saja yang tahu artinya.Kini Sabda menggenggam erat tangan Arga. Lalu memeluknya. "Kamu akan bahagia. Selamat untuk pernikahanmu." Sabda berkata sambil menepuk bahu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-15
Baca selengkapnya

Part 72

Terlebih dia tadi bisa melihat, bagaimana Sabda dengan penuh percaya diri menggandeng Senja di hadapan orang-orang yang asing melihat mereka. Berani membawa wanita itu dihadapan keluarga yang menentang hubungan mereka. Bahkan tak sungkan menunjukkan perhatian, terlihat sekali kalau Sabda begitu melindungi Senja. Hal yang tidak bisa ia lakukan. "Selamanya kita akan seperti ini jika tidak ingin melepaskan kenangan itu?" kata Citra. Ah, malam pengantin yang begitu menyedihkan. Harusnya mereka menikmati kebersamaan, bukan mengingat kenangan yang menyakitkan hati masing-masing. Citra juga heran, sepertinya sedikit saja Arga tidak tertarik untuk menyentuhnya. Ternyata dugaannya salah. Beberapa menit kemudian Arga mendekat. Citra tidak mengelak. Mereka ini suami istri meski hati entah milik siapa.Sesaat kemudian mereka sudah bercumbu. Pakaian sudah terlempar ke lantai dan mereka bercinta malam itu. Dengan liar, bahkan mungkin tanpa perasaan. Seolah-olah mereka sedang melibas kenangan den
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-15
Baca selengkapnya

Part 73 Rasa yang Belum Usai

Senja menyadari, bahwa dalam pernikahan harus banyak saling memahami. Terutama soal perasaan dan kebiasaan. Senja harus lebih peka dan hati-hati lagi."Pagi ini kamu temani Mas jogging ke taman kota. Nanti kita sarapan nasi uduk di sana. Mau kan? Mumpung kita masih libur."Senja terpana sejenak. Mas. Sabda telah mengganti panggilan untuknya sendiri dengan sebutan 'Mas'."Senja," panggil Sabda lagi."Iya, Mas. Aku nggak usah masak ya hari ini.""Oke, Sayang. Kita nanti makan di luar."šŸ’¦ šŸ’¦ šŸ’¦ Senja duduk di bangku semen di bawah pohon trembesi yang rindang. Ia menunggu dan memperhatikan Sabda yang berlari mengelilingi taman. Sesekali ia memperhatikan remaja yang sedang bermain basket di lapangan tak jauh dari tempatnya duduk.Pandangannya beralih saat terdengar keributan di sebelah kanan dari tempat duduknya. Orang-orang berkerumun melihat sesuatu. Terdengar ada orang mengatakan bahwa ada perempuan yang tiba-tiba pingsan.Senja beranjak untuk melihat ke sana. Namun dia tidak menyadar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-17
Baca selengkapnya

Part 74

Perhatian Sabda yang sedang sibuk di depan laptop di ruang kerjanya teralih ketika ponselnya berdenting. Benda pipih yang tergeletak di meja diraihnya. Ada nomor baru yang mengirimkan pesan. Ada sepuluh foto Senja yang tengah bersalaman dengan Arga. Dia bisa melihat ketika sang sepupu menatap istrinya. Juga di saat mereka saling berpandangan dan bersalaman.'Cinta yang tak pernah selesai.' Tulisan itu terbaca di bawah salah satu foto. Sabda meletakkan kembali ponselnya dengan kasar, tanpa berniat membalasnya. Dadanya bergemuruh dengan perasaan ... entah.Siapa yang mengirimkan pesan itu padanya. Bela? Mama? atau justru Arga sendiri. Sabda kembali menatap layar laptopnya. Siapapun itu, dia pasti hanya ingin membuat hubungannya dengan Senja kacau. Sabda tidak boleh terpancing.Baru sejenak kembali fokus pada pekerjaan, satu pesan lagi masuk. Yang baru saja dikirim juga foto yang sama, hanya di ambil dari sudut yang berbeda. Dari atas tempatnya berdiri Arga memandang Senja yang hendak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-17
Baca selengkapnya

Part 75 Cemburu

Senja telah sampai lebih awal di gedung Graha Pena, tempat workshop yang akan berlangsung beberapa hari. Di sana dia bertemu dengan beberapa orang yang menjadi perwakilan perusahaan tempat mereka masing-masing bekerja. "Mbak padahal lagi hamil lho. Tapi salut aku, Mbak begitu bersemangat," puji seorang wanita seumurannya yang duduk tepat di kursi sebelah kirinya. Senja tersenyum ramah."Hamil berapa bulan, Mbak?""Lima bulan, Mbak.""Alhamdulillah."Mereka berbasa-basi sambil menunggu acara di mulai. Peserta workshop kali ini terbatas, tidak seperti seminar yang mengundang banyak orang. 75% bangku telah terisi. Ini sudah memenuhi syarat untuk acara segera di mulai. Namun mereka masih harus menunggu salah satu pemateri. Seorang pria muda yang sukses di bisnis ekspor impor dan properti. Senja penasaran dengan satu orang yang belum datang.Setelah mengambil foto banner besar di hadapannya, Senja mengirimkan pada Sabda. Namun belum ada balasan dari suaminya. Mungkin dia sedang sibuk, mee
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-18
Baca selengkapnya

Part 76

Senja selesai bicara dan mengembalikan ponsel ke dalam hand bag-nya."Kamu bahagia?" tanya Arga datar."Tentu saja aku bahagia. Mas Sabda sangat baik dan perhatian." Jawaban Senja membuat mata Arga memandang tajam dengan gigi yang mengatup rapat."Kamu yakin dia mencintaimu?"Senja mengangkat wajah saat hal itu di tanyakan padanya. Lalu mengangguk."Kamu tahu kalau lelaki nggak butuh cinta untuk bercinta." Untungnya tempat mereka duduk paling tepi, jadi tidak takut kalau pembicaraan akan terdengar oleh orang lain. Terlebih suasan sangat ramai.Senyum miris terukir dari bibir Senja. Mungkin Arga memang benar, tapi ia percaya kalau Sabda bukan pria yang memanfaatkan kesempatan. Dia selalu diperlakukan manis ketika mendaki bersama. Sabda tidak egois dengan memikirkan kenikmatannya sendiri. Dia selalu bisa membuat istrinya merasakan kepuasan yang sama. Dan pria yang disebutkan Arga tak butuh cinta untuk bercinta tadi, itu bukan Sabda. "Harusnya Mas nggak perlu bicara begini padaku. Apapu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-18
Baca selengkapnya

Part 77 Sensitif

Mobil berhenti di halaman gedung bagian depan. Tapi keadaan sudah sepi. Hanya tinggal beberapa orang saja yang duduk ngobrol di beranda gedung. Sabda melihat jam tangannya, sudah jam empat. Satu jam dia terjebak macet di jalan tadi. Namun Sabda tetap turun dan menghampiri dua orang laki-laki yang tengah berbincang."Selamat sore, Mas," sapa Sabda sopan.Dua orang tadi langsung merespon. "Selamat sore juga.""Kok sudah sepi ya, Mas. Apa workshop hari ini sudah selesai""Oh, sudah Mas. Sudah jam setengah tiga tadi selesai.""Oke. Terima kasih. Saya permisi."Sabda melangkah cepat ke mobilnya. Dipasangnya bluetooth earphone di telinga bagian kiri sebelum mobilnya meninggalkan Graha Pena. Dia telat menjemput Senja.Di tengah perjalanan, ia menghubungi istrinya. Tidak di angkat juga. Sabda mengulangi hingga beberapa kali dan akhirnya di jawab oleh istrinya."Assalamu'alaikum, Mas. Maaf, aku tadi masih Salat Asar.""Wa'alaikumsalam. Kamu sudah pulang?""Iya, aku sudah di rumah.""Pulang nai
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-19
Baca selengkapnya

Part 78

"Foto ini tampak hanya ada kami berdua. Padahal banyak orang di sekitar kami. Di lorong ini, banyak juga orang yang lewat." Senja menunjuk sebuah foto saat ia dan Arga berada di lorong tempat lukisan terpajang tadi. Senja sendiri merasa serba salah di hadapan Sabda, terlebih foto itu di ambil ketika dia dan Arga saling berhadapan dan saling pandang. Dia coba mengingat siapa orang yang berada di dekatnya dan Arga tadi. Namun ingatannya buntu, semua yang dikenalnya tadi adalah orang baru. Mana mungkin mereka tahu hubungan antara dirinya, Sabda, dan Arga.Senja menarik napas sejenak agar hatinya tenang. Dia tidak ingin suaminya curiga yang tidak-tidak, karena dirinya juga tidak melakukan apapun tadi, selain bicara tak lama. "Kalau Mas nggak suka, besok aku akan bilang ke atasanku, biar ada yang menggantikanku ke workshop untuk beberapa hari ke depan.""Kamu yakin akan di setujui?"Senja ragu. Dia sendiri tidak yakin kalau akan diterima pengajuan undur dirinya. Apalagi jika tidak menyerta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-19
Baca selengkapnya

Part 79 Ketangkap Basah

Bunyi pintu yang terbuka membuat Citra bangkit dari ranjang dan bergegas ke luar kamar. Ia melihat Arga sedang melepas sepatu dan meletakkannya di rak sebelah pintu. Suaminya tampak kusut malam itu."Apa workshop-nya sampai malam, Mas?" tanya Citra sambil menjajari langkah suaminya yang masuk kamar."Nggak. Dari workshop aku masih mampir ke kantor. Ada kerjaan yang harus aku selesaikan.""Oh." Meski kecewa, Citra lega. Suaminya jujur. Soalnya dia tahu kalau workshop di mulai jam delapan pagi dan selesai jam dua siang. Kemarin ia membaca jadwal milik Arga di meja kerjanya.Citra menunggu suaminya selesai mandi. Dia tidak sibuk menyiapkan makan malam jika Arga tidak bilang mau makan di rumah. Dirinya sendiri pun sebelum pulang akan makan lebih dulu di hotel. Atau terkadang membawa makanan untuk di makan di rumah. Citra jarang makan di atas jam tujuh malam kecuali ada undangan jamuan makan malam di luar. Berat badannya yang gampang gemuk membuatnya harus pandai-pandai mengontrol diri."K
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-20
Baca selengkapnya

Part 80

Aroma wangi masakan tercium ketika Sabda baru saja keluar dari kamar. Dia langsung menuju dapur. Setelah selesai Salat Subuh tadi Senja langsung memasak di dapur, sedangkan dirinya sibuk dengan laptop di dalam kamar."Hmm, wanginya. Masak apa ini?" tanya Sabda sambil mendekati istrinya yang menghadap kompor dan mengaduk sesuatu di dalam panci."Aku masak opor ayam, Mas. Wangi kan baunya?""Hmm, iya. Pasti enak ini nanti."Senja tersenyum. "Aku nanti mau bawakan untuk Mbak Yuni. Biar dia nggak marah kalau aku bilang ingin mundur saja dari workshop hari ini.""Oh, ceritanya mau menyuap ini!" canda Sabda. Senja menatap suaminya sekilas sambil tersenyum. Bisa dibilang begitu. Daripada anaknya lahir prematur karena tiap cemburu, suaminya membuatnya tak berkutik sepanjang malam."Tapi Mas, jika nanti nggak di setujui bagaimana?""Nggak apa-apa. Masih tiga hari lagi, 'kan?"Senja mengangguk. "Beneran Mas nggak apa-apa?" Senja berusaha meyakinkan jawaban dari suaminya."Tak apa-apa. Asal kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status