Home / Romansa / Bukan Pernikahan Biasa / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bukan Pernikahan Biasa : Chapter 51 - Chapter 60

158 Chapters

Part 51 Surprise (Pregnant)

Selesai makan, Sabda pamit ke apotek membeli beberapa obat untuk persiapan dan minyak kayu putih. Senja di rumah beres-beres bekas makan tadi. Sambil menunggu Sabda kembali, Senja browsing di internet mengenai tanda-tanda perempuan yang sedang hamil muda. Dan semua tanda-tanda itu ada padanya saat ini.Perasaannya campur aduk. Sampai bingung perasannya kini sedang bagaimana. Merasa surprise, terharu, bingung, dan ia tidak tahu seperti apa harus menyambut kehidupan baru di rahimnya. Besok dia akan menyempatkan diri membeli alat tes kehamilan di apotek. Sebenarnya bisa saja dia menelepon Sabda untuk membelikannya sekarang, tapi ia memutuskan untuk melakukan tes diam-diam saja dulu. Setelah tahu hasilnya, baru memberitahu sang suami.Beberapa menit kemudian Sabda telah kembali. "Ini di minum dulu obatnya, habis itu kamu lekas istirahat." Sabda memberikan satu sachet obat masuk angin."Aku minum di belakang ya, Mas.""Kenapa harus di belakang? Nanti kamu buang pula. Minum saja di sini." S
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

Part 52

Siang itu, Pak Tedjo mengajak cucu-cucunya untuk makan siang bersama. Pria yang masih sangat sehat di usia senjanya telah memesan satu ruangan di sebuah restoran ternama di kota mereka. Lelaki dengan sembilan cucu itu tampak bahagia melihat beberapa cucunya bisa datang. Walaupun Sabda datang terlambat."Maafkan Sabda, Kek. Telat sampai," ucap Sabda sambil mencium tangan Kakek dan Neneknya. Kemudian menyapa sepupunya yang lain sebelum duduk. Di sana ada Chandra, Arga, Nindi, Bumi, dan Sheila. Ketiga cucunya yang lain tidak bisa ikut karena sedang sekolah dan kuliah."Nggak apa-apa, yang penting kamu bisa datang. Ayo, kita mulai makan siangnya. Kalian pasti sudah lapar, kita makan sambil berbincang."Seorang pramusaji restoran meladeni mereka makan. Biasanya kalau ada pertemuan begini, Sabda dan Arga akan duduk berdekatan dan ngobrol bareng. Tapi sekarang, keduanya duduk berseberangan tidak saling menatap."Sabda, kata Mamamu pertunanganmu dengan Bela di tunda? Mau ditunda sampai kapan
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

Part 53 Senja

Bu Tedjo menyentuh bahu cucunya. Wanita yang memakai kaftan warna putih bercorak bunga-bunga dengan khimar bersulam benang emas memandang penuh tanya pada sang cucu dan putranya. Tanpa disadari kedua laki-laki itu, Bu Tedjo mendengar pembicaraan mereka."Siapa perempuan hamil yang kalian bicarakan tadi?" "Temanku, Nek." Teman tidur, batin Sabda. Di sana bukan tempat yang tepat untuk menceritakan pernikahannya. Sabda akan mengajak Senja bertemu mereka nanti."Oh, makanya kamu lekaslah menikah biar segera punya anak. Arga sebentar lagi juga menikah."Sabda tersenyum kemudian mengangguk. Dibimbingnya sang nenek untuk kembali duduk di tempatnya tadi. Melihat ketenangan seluruh kerabatnya, tampak mereka belum tahu mengenai pernikahan diam-diamnya. Ini berarti Arga, Bela, dan keluarganya tidak menceritakan hal ini pada yang lain. Buktinya mereka masih diam.Baguslah mereka mau menyimpan sendiri rahasia ini. Meski ini pun demi kepentingan pribadi masing-masing. Arga diam karena tidak ingin
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

Part 54

Waktu terus bergulir, hari berganti hari, berganti minggu dan kini genap lagi sebulan. Kehamilan Senja berusia sepuluh minggu. Pagi itu dia mematut diri di depan cermin. Melihat tubuhnya yang telah memakai baju kerja dari beberapa sisi. Baju kerjanya telah sempit. Jika dilihat dengan cermat, perutnya tampak kentara dan pinggangnya terlihat penuh."Kenapa?" tanya Sabda memeluknya dari belakang dan mereka saling pandang di depan cermin."Bajuku kekecilan, Mas. Harusnya aku sudah pakai baju hamil, atau pakaian yang lebih longgar.""Kan kemarin sudah aku tawari beli baju baru. Sayang, bilang nggak usah. Daripada nanti jadi pusat perhatian. Apa yang mesti ditakutkan, kamu hamil ada suaminya. Misalnya pihak perusahaan nggak terima dan kamu harus resign, itu lebih baik kan? Kamu bisa fokus dengan calon anak kita."Senja membalikkan tubuhnya. Tengadah memandang Sabda. "Aku masih ingin bekerja. Hari ini aku akan bilang minta cuti minggu depan, dua hari untuk Senin dan Selasa.""Ya. Kita akan
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

Part 55 Hari Istimewa

Ketika sudah di dalam angkot, Senja baru menyadari kalau ponselnya berdering. Sabda yang meneleponnya."Ya, Mas. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Kamu di mana sekarang? Apa masih belanja?""Enggak. Aku sudah di perjalanan pulang, sebentar lagi sampai rumah. Maaf tadi nggak sempat jawab teleponnya. Mas, sudah di rumah?""Belum, ini masih di kantor. Ya sudah, kita ketemu di rumah nanti.""Hu um.'"Sampai rumah lekas istirahat."Iya.""Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Jika Sabda sepeduli ini, kenapa dia harus bimbang dengan ucapan gadis tadi. Perkataan seorang mantan yang bisa saja menjadi racun baginya. Memanglah jelas antara Sabda dan Bela pernah saling mencintai, dengan dirinya masih menjadi teka-teki. Bukankah itu hanya kisah lama? Tapi banyak sekali kisah mantan yang menjadi momok dan duri dalam sebuah rumah tangga.Wajarlah jika Sabda belum bisa mencintainya, sebesar pria itu mencintai Bela, mungkin. Karena hubungan mereka diawali oleh hal yang terpaksa. Apa yang harus dit
last updateLast Updated : 2022-08-07
Read more

Part 56

Sabda tersenyum. "Ini bukan masalah berkenan atau tidak, bukan masalah puas atau tidak puas. Aku hanya ingin ada masalah apapun kita harus berkomunikasi. Itu saja. Selain itu aku paham, kita menikah di awali dengan peristiwa yang tak biasa. Tapi apapun itu kita adalah suami istri. Kita bangun rumah tangga kita sebaik mungkin. Mari kita sama-sama melupakan masa lalu.""Ya, terima kasih, Mas."Sabda mengambil posisi miring. Memandang mata yang kini juga menatapnya. "Bahkan untuk urusan ranjang, aku lebih suka kalau kamu terbuka. Tak salah kok istri minta duluan, banyak pahalanya malah."Ketegangan akhibat dari ketegasan Sabda saat berbicara kini tiba-tiba saja mencair, ketika kalimat keramat itu diucapkan. Senja tersenyum malu bersamaan dengan pipinya yang merona merah jambu. Sabda menyunggingkan senyum dan tangannya menahan wajah itu agar tidak berpaling dan menghindarinya karena tersipu.Alhasil Senja hanya memandanginya. Berbicara pakai bahasa mata. Jika tadi ia memikirkan Sabda yang
last updateLast Updated : 2022-08-07
Read more

Part 57 Speechless

Senja berdiri dan meninggalkan buket bunga di bangku halte. Dibiarkannya bunga itu teronggok bisu di sana. Diam terbuai silir angin menjelang senja. Cokelat di tengah buket pun tergeletak sia-sia."Sudah lama nunggu?" tanya Sabda setelah Senja duduk di sebelahnya."Nggak. Baru saja, Mas."Sabda memandang ke arah halte. Menatap rangkaian bunga yang tergeletak di sana. Namun ia tak bertanya apa-apa. Senja yang serba salah karena diperhatikan, sampai memasang seat belt pun kelewat, lantas Sabda membantunya. Tanpa berkata Sabda melajukan mobilnya ke arah jalan pulang. Perjalanan tanpa percakapan. Senja serba salah. Mau mulai bicara, tampak Sabda diam dan dingin. Mungkinkah ia tahu dan sekarang marah. Nanti saja setelah sampai di rumah dia akan mengajak suaminya bicara. Seperti yang dibilang Sabda kemarin, semua harus di komunikasikan."Habis Salat Maghrib kita keluar, ya," ucap Sabda setelah turun dari mobil. "Iya."Mereka masuk rumah dan melakukan aktifitas masing-masing tanpa bicara.
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

Part 58

"Habis subuh tadi waktu kamu di dapur ibu telepon di ponselmu. Aku yang angkat. Beliau mau mengucapkan selamat ulang tahun padamu, tapi kucegah. Aku mengajak ibu berkompromi karena berniat memberikan kejutan untukmu malam ini, kami bicara juga nggak lama. Soalnya suara ibu terputus-putus."Tetap saja ibunya yang jadi orang pertama mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Arga yang kedua. Dan Nina sepertinya lupa. "Aku langsung menghubungi teman pemilik kafe ini. Untuk bikin surprise buatmu."Senja masih merasa speechless. Dia diam menatap pria tampan dihadapannya. Padahal tadi dia dingin banget, dipikirnya marah karena tahu Arga telah menemuinya. Ternyata dugaannya salah. Mungkin tadi Sabda gusar karena masalah pekerjaan."Ayo, kita makan. Aku sudah lapar ini.""Iya." Mereka sangat menikmati makan malam romantis dengan diiringi musik instrumen dan gerimis di luar sana. Silir angin menambah kesegaran suasana. Rupanya ruangan itu khusus dipesan Sabda untuk memberikan surprise pada ist
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

Part 59 Patah Hati

"Apapun usahamu, dia tak akan lepas dariku. Aku akan mempertahankannya. Apalagi sekarang Senja mengandung anakku."Wajah Arga seketika berubah pias. "Aku tak bisa setelah menikahinya terus meninggalkan begitu saja dengan alasan bahwa aku hanya kasihan. Aku tidak ingin menambah lukanya terlalu dalam lagi. Aku tak ingin menyakiti keluarganya. Andai saja kamu tahu bahwa mereka semua sangat baik. Aku tak bisa bersandiwara seperti yang tengah kamu rencanakan.""Tapi kenapa kamu harus benar-benar menikahinya, bahkan menyentuhnya!" desis Arga menahan murka."Apa aku juga harus pura-pura sepertimu? Aku sudah menceritakan situasinya saat itu. Tak perlu aku mengulanginya lagi. Andaikan kamu tidak menerima perjodohan dengan Citra, semua ini tak akan terjadi. Aku juga tak akan pernah dekat dengan Senja, bahkan menikahinya. Maaf, kuharap kamu memahami ini." "Aku yakin kamu menyentuhnya karena nafsu, hanya memanfaatkan sebab dia telah halal untukmu. Kamu nggak mencintainya, kan?""Apa yang kurasa
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Part 60

Jarak rumah sakit dan kantornya sekitar dua puluh menit. Di koridor ruang bersalin, tampak ada papa dan mamanya yang duduk di bangku panjang. Di sebelah mereka ada orang tua Tata.Bu Airin yang melihat kehadiran putranya hanya memandang sekilas. Meski hatinya senang karena bisa melihat putranya lagi. Lagi-lagi egonya yang dijunjung tinggi. Ketika di salami, wanita itu hanya diam saja tak mau memandang."Sudah lahir bayinya, Pa?" tanya Sabda setelah duduk di sebelah sang papa."Belum. Baru lima menitan masuk ruang operasi. Masmu yang dampingi.""Apa ada masalah, Pa? Sampe harus tindakan SC?""Nggak ada. Tata yang memang mau lahiran secara cesar."Mereka diam. Menunduk dengan harap-harap cemas. Ketegangan juga terasakan di bangku tunggu. Enam bulan lagi, dirinya juga akan mengalami hal begini."Kehamilan istrimu bagaimana?""Alhamdulillah, sehat, Pa. Dia juga masih kerja." Sabda sengaja bicara agak keras biar mamanya mendengar. Tapi ia yakin, papanya pasti sudah memberitahu sang mama me
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more
PREV
1
...
45678
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status