Share

Part 58

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Habis subuh tadi waktu kamu di dapur ibu telepon di ponselmu. Aku yang angkat. Beliau mau mengucapkan selamat ulang tahun padamu, tapi kucegah. Aku mengajak ibu berkompromi karena berniat memberikan kejutan untukmu malam ini, kami bicara juga nggak lama. Soalnya suara ibu terputus-putus."

Tetap saja ibunya yang jadi orang pertama mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Arga yang kedua. Dan Nina sepertinya lupa.

"Aku langsung menghubungi teman pemilik kafe ini. Untuk bikin surprise buatmu."

Senja masih merasa speechless. Dia diam menatap pria tampan dihadapannya. Padahal tadi dia dingin banget, dipikirnya marah karena tahu Arga telah menemuinya. Ternyata dugaannya salah. Mungkin tadi Sabda gusar karena masalah pekerjaan.

"Ayo, kita makan. Aku sudah lapar ini."

"Iya."

Mereka sangat menikmati makan malam romantis dengan diiringi musik instrumen dan gerimis di luar sana. Silir angin menambah kesegaran suasana. Rupanya ruangan itu khusus dipesan Sabda untuk memberikan surprise pada ist
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Kereen banget Sabda, gentle ....melindungi sekali. Gitu harusnya memperjuangan wanita, Arga kudu belajar banyak nih dari Sabda.
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
pasti Arga makin menyesal dan sedih ini setelah tau Senja hamil anak Sabda
goodnovel comment avatar
Melati
selamat ya sabda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 59 Patah Hati

    "Apapun usahamu, dia tak akan lepas dariku. Aku akan mempertahankannya. Apalagi sekarang Senja mengandung anakku."Wajah Arga seketika berubah pias. "Aku tak bisa setelah menikahinya terus meninggalkan begitu saja dengan alasan bahwa aku hanya kasihan. Aku tidak ingin menambah lukanya terlalu dalam lagi. Aku tak ingin menyakiti keluarganya. Andai saja kamu tahu bahwa mereka semua sangat baik. Aku tak bisa bersandiwara seperti yang tengah kamu rencanakan.""Tapi kenapa kamu harus benar-benar menikahinya, bahkan menyentuhnya!" desis Arga menahan murka."Apa aku juga harus pura-pura sepertimu? Aku sudah menceritakan situasinya saat itu. Tak perlu aku mengulanginya lagi. Andaikan kamu tidak menerima perjodohan dengan Citra, semua ini tak akan terjadi. Aku juga tak akan pernah dekat dengan Senja, bahkan menikahinya. Maaf, kuharap kamu memahami ini." "Aku yakin kamu menyentuhnya karena nafsu, hanya memanfaatkan sebab dia telah halal untukmu. Kamu nggak mencintainya, kan?""Apa yang kurasa

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 60

    Jarak rumah sakit dan kantornya sekitar dua puluh menit. Di koridor ruang bersalin, tampak ada papa dan mamanya yang duduk di bangku panjang. Di sebelah mereka ada orang tua Tata.Bu Airin yang melihat kehadiran putranya hanya memandang sekilas. Meski hatinya senang karena bisa melihat putranya lagi. Lagi-lagi egonya yang dijunjung tinggi. Ketika di salami, wanita itu hanya diam saja tak mau memandang."Sudah lahir bayinya, Pa?" tanya Sabda setelah duduk di sebelah sang papa."Belum. Baru lima menitan masuk ruang operasi. Masmu yang dampingi.""Apa ada masalah, Pa? Sampe harus tindakan SC?""Nggak ada. Tata yang memang mau lahiran secara cesar."Mereka diam. Menunduk dengan harap-harap cemas. Ketegangan juga terasakan di bangku tunggu. Enam bulan lagi, dirinya juga akan mengalami hal begini."Kehamilan istrimu bagaimana?""Alhamdulillah, sehat, Pa. Dia juga masih kerja." Sabda sengaja bicara agak keras biar mamanya mendengar. Tapi ia yakin, papanya pasti sudah memberitahu sang mama me

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 61 Takut Kehilangan

    "Sayang, ayo kita berangkat. Nanti keburu siang!" panggil Sabda dari luar. Membuat Senja terkejut, refleks diletakkannya kembali ponsel Sabda di nakas."Bawakan ponselku di nakas!" lanjut Sabda lagi. Ponsel kembali di ambil oleh Senja lalu mengambil hand bag-nya lantas keluar kamar.Mereka berangkat dan mampir di sebuah rumah makan untuk sarapan. Di hadapan sang suami, Senja tidak menampakkan kegalauannya karena pesan yang sempat terbaca tadi. Meski jujur saja ia kepikiran. Bagaimana tidak, kebersamaannya dengan Arga yang tidak sebentar membuatnya berpikir tentang kondisi laki-laki itu. Semua terjadi karena permasalahan yang mereka hadapi saat ini.Dua porsi nasi kuning dan dua teh hangat di pesan Senja. Sementara Sabda membalas pesan dari adiknya. Sabda menanyakan tentang keadaan Arga. Dia pun tidak tega dengan kondisi sepupunya. Sayangnya Bumi pun belum tahu bagaimana kabar Arga saat ini.Kemudian dia memperhatikan Senja yang menyimak ponselnya. Wanita yang telah membuat Arga nekat

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 62

    Perjalanan pulang Sabda dan Senja kali ini agak lambat dari waktu normalnya. Sebab sering berhenti untuk istirahat. Sabda benar-benar menjaga agar tidak terjadi apa-apa pada kandungan istrinya. Ia dibayangi ketakutan yang terpikirkan ketika sarapan tadi. Padahal bagi Senja sendiri tak ada masalah apa-apa. Bahkan ia tak mengalami morning sickness parah seperti yang dialami oleh sebagian perempuan hamil. Terkadang saja rasa mual itu datang, tapi tidak sampai muntah.Pukul sebelas siang mereka baru sampai di rumah Bu Hanum. Kebetulan ada Pakdhe Harto dan istrinya ketika mereka sampai. Sabda di sambut dan duduk ngobrol di balai-balai samping rumah bersama Pakdhe dan istrinya. Sedangkan Senja langsung masuk ke dalam bersama ibunya. Bu Hanum membuatkan minum untuk sang menantu satu-satunya. Senja mengambil piring untuk menaruh brownis dan kue lapis legit."Barusan kami ngomongin soal kalian," kata Bu Hanum sambil mengaduk teh."Ngomongin soal apa, Bu.""Bulan depan sudah puasa. Rencananya

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 63 Titip Senja

    "Mas, pasti setelah ini keluargaku akan menanyakan lagi tentang acara silaturahmi," kata Senja setelah mereka berdua berbaring di kamar siang itu setelah Salat Zhuhur."Nanti malam aku akan bicara sama Ibu. Aku sudah memutuskan kalau lebih baik kita berterus terang saja. Kurasa ini jauh lebih baik. Ibu pasti bisa memahami, apalagi kita besok isbat nikah juga ke KUA. Jadi beliau tak akan ragu lagi."Senja mengangguk. Pendapat suaminya ada benarnya juga. Untuk apa ditutupi dan mau sampai kapan begini. Mereka juga nggak akan kembali mengulang membayar orang untuk pura-pura jadi kerabat. Ini akan lebih membuat keluarganya kecewa jika tahu. "Apa perlu membayar orang lagi, Mas?" tanya Senja tampak ragu. Sebab ini hal konyol yang tak mungkin dilakukan lagi.Sabda tersenyum. "Tentu semua tak sebercanda ini lagi, Sayang. Bisa saja kamu ini," jawab Sabda sambil meraih dagu istrinya, lantas mencium bibir itu."Sudah, kamu istirahat dulu. Nanti malam kita bicara dengan ibu."Senja memeluk lengan

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 64

    Malam hening dan tenang. Suara kodok masih bersahutan. Mereka masih duduk di atas sajadah setelah selesai Salat berjamaah. Senja juga masih memakai mukenanya."Lusa aku akan menemui Papa di kantornya. Aku harus mengajak beliau bicara mengenai masalah tadi siang. Aku juga akan menemui mama jika ada kesempatan.""Kesempatan harus dicari, Mas. Jangan hanya menunggu saja. Kata ibu tadi, kalau bisa aku harus bertemu beliau juga. Harus tetap menjalin silaturahmi."Sabda memandang istrinya. "Ibu benar. Tapi kamu belum tahu Mama itu bagaimana. Kamu sedang hamil, aku tak ingin mama menyakitimu meski hanya dengan kata-katanya." Senja memperhatikan suaminya yang sedang bicara. Sepertinya Sabda tidak akan mengizinkannya bertemu dengan mama mertuanya. Senja akan nurut. Sebab Sabda yang lebih tahu bagaimana mamanya. Di raihnya Senja dalam dekapan. Sabda benar-benar tidak ingin mamanya mengamuk ketika Senja datang. Dengan dirinya saja Bu Airin bisa secuek itu, bagaimana sikapnya pada Senja? Bisa j

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 65 Pria yang Diam-diam di Kagumi

    Perasaan Senja berkecamuk tidak menentu. Ada cemas, was-was, dan juga takut. Takut bakalan terjadi keributan antara Sabda dan Arga. Di dalam sana, ia yakin Arga tidak sendirian. Mungkin berdua dengan tunangannya.Genggaman tangan Arga makin erat saat mengucapkan salam dan melangkah memasuki pintu. Di ruang keluarga itu sepi. "Ndoro Putri sama Ndoro Kakung ada di ruang santai belakang, Den Sabda," seorang ART setengah baya muncul dari dalam dan memberitahu Sabda. Wanita itu juga mengangguk sopan pada Senja.Sabda mengajak istrinya ke belakang, tanpa melepaskan genggaman tangannya. Mereka melewati ruangan demi ruangan besar dengan desain interior yang di dominasi warna emas dan putih. Mewah dan elegan.Ketika Sabda dan Senja muncul di pintu yang menghubungkan antara ruang dalam dan ruang santai di bagian belakang, membuat keempat orang di sana sontak menoleh pada Sabda dan Senja.Tidak hanya Arga dan Citra saja yang kaget, Kakek dan Neneknya pun terkejut. Kedua orang yang telah berusia

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 66

    Bagi Sabda sendiri sebenarnya tidak bermaksud memanas-manasi, dia melakukan itu secara natural karena Senja memang masih sungkan. Maklum baru pertama kali bertemu Kakek dan neneknya. Di samping ada beban yang dibawa, hubungan yang tidak tahu bisa diterima apa tidak oleh mereka."Kakek ingin kalian segera menikah. Mau nunggu apalagi. Kalian sudah sama-sama cukup umur. Kami juga masih ingin melihat kalian menggendong anak-anak kalian."Sabda memilih diam dulu. Jika ia memberitahu mereka sekarang, sudah pasti terjadi keributan antara dirinya dan Arga. Dan Arga pun diam, tidak membicarakan kenyataan yang sebenarnya. Kedua pria itu tidak ingin kakek dan nenek mereka melihat keributan yang bisa saja berakhibat fatal. Jika terjadi apa-apa, keduanya akan disalahkan oleh keluarga besar.Selesai makan, mereka tidak langsung pulang. Sabda menemani kakeknya yang kembali ke kandang burung. Citra bicara dengan Bu Tedjo, sedangkan Senja minta izin untuk Salat Zhuhur lebih dulu. Cukup lama ia berdiam

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 158

    Two weeks later ....Sepulang kerja, Sabda mengajak istrinya langsung ke tempat praktek dokter Eli. Sabda tidak sabar menunggu hasil dari pemeriksaan dokter mengenai kehamilan istrinya yang ketiga.Dikarenakan mereka datang lebih awal dan telah membuat appointment sehari sebelumnya, makanya seorang perawat yang berjaga segera mempersilakan mereka berdua untuk masuk ruang praktek."Selamat sore, Dok," sapa Senja dengan ramah."Selamat sore juga. Wah, pasti ini mau program hamil atau sudah mau ngasih kejutan ke saya ini." Dokter Eli bicara sambil tersenyum.Setelah duduk, Senja langsung mengeluarkan hasil testpack keduanya tadi pagi. Meski ini pemeriksaan kehamilannya yang ketiga, tetap saja Senja merasakan berdebar-debar. Pengalaman kehamilan kedua yang berujung kuret membuatnya cemas. Sementara Sabda sendiri malah lebih optimis, bahwa semua pasti baik-baik saja. Sampai ia rela berpuasa tidak menyentuh istrinya sejak pertama kali Senja memberikan hasil testpack di kantor waktu itu."Hmm

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 157 Senja yang Indah

    Meeting kali ini di adakan di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya Sabda. Pria itu ingin menghadirkan suasana baru, yang berbeda supaya rapat tidak terasa kaku dan membosankan.Meskipun ini rapat internal kantor yang hanya dihadiri oleh satu tim kerja Candra dan Sabda, tapi pria itu sengaja mencarikan tempat lain selain di ruangan meeting kantor seperti biasanya. Namun dia juga memperhatikan tempat yang di gunakan untuk meeting tetap kondusif dan nyaman.Itulah kenapa mereka sangat disukai oleh para bawahannya. Meski tegas, mereka berdua terutama Sabda cukup fleksibel menjadi seorang pemimpin. Rapat tidak pernah bertele-tele dan selalu efektif. Apa yang dibahas selalu on point, tapi materi yang disampaikan juga jelas.Sebenarnya dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya. Mengajaknya ke dokter kandungan meski hanya untuk melihat kantung janin yang semoga saja sudah terisi. Ah, berlebihan sekali Sabda. Enggak juga, istri dan anaknya adalah dunia baginya. Dia tidak

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 156

    Sabda tidak peduli jika di katakan sok suci. Satu hal ini yang akan di jaga sampai mati, yaitu kehormatan. Papanya selalu menasehati agar menjauhi zina, karena sang papa tahu dunia dalam lingkup pekerjaan mereka. "Istrimu lebih higienis daripada cewek yang sering di ajak bersenang-senang beberapa rekan kerjamu. Itu dosa besar yang bisa membawa penyakit untukmu dan istrimu. Bagaimanapun kondisi istrimu, dialah yang terbaik dari perempuan yang bisa kamu bayar untuk kamu tiduri semalam. Ingat itu, Sabda." Nasehat sang papa masih teringat jelas dalam benaknya.Sabda membuka mata, dan angannya seketika sirna tatkala sang istri menghentikan pijatannya, kemudian ganti memeluknya dari belakang. Mereka menikmati momen itu sambil diam. Banyak pasangan yang sama-sama sibuk bekerja, akhirnya mengurangi waktu bersama. Mempengaruhi hubungan mereka hingga terkadang menjadi berjarak, terlebih jika pekerjaan mereka menuntut untuk sering lembur. Sementara Sabda selalu mengajak Senja untuk selalu peduli

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 155 Pregnancy Test

    Sabda tersenyum lebar. Apa yang akan dilakukan seorang laki-laki jika melihat istrinya seseksi itu di depan matanya dan di saat yang tepat pula? Tentunya tidak butuh waktu lama untuk segera bertindak.Rasa letih karena perjalanan panjang sudah tak lagi diingatnya. Sabda turun dari ranjang dan berhadapan dengan istrinya. Mereka saling pandang dalam jarak yang sangat dekat. Menikmati momen itu hingga mereka menghabiskan beberapa waktu di ranjang hotel.Radja yang terlelap tidak terganggu oleh suara apapun di kamar. Dia tidur dengan nyenyaknya dan membiarkan kedua orang tuanya menikmati malam milik mereka.Sabda membangunkan istrinya ketika azan subuh berkumandang. Di kecupnya kening Senja yang masih pulas di bawah selimut. "Bangun, Sayang. Sudah pagi," bisiknya pelan.Senja membuka mata, pemandangan yang pertama dilihatnya adalah sang suami yang tersenyum dengan jarak beberapa senti di atasnya. Rambutnya sudah basah. "Sudah subuh, ayo mandi dulu. Bak mandinya sudah Mas isi air hangat."

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 154

    Setelah meletakkan undangan begitu saja di atas meja, Sabda mengambil ponsel yang tadi ia tinggalkan di ruangan. Ada beberapa pesan dari istrinya.[Mas, bisa pulang cepat hari ini?] Isi pesan dari Senja.[Usahakan pulang sore aja ya.] Pesan selanjutnya seperti sebuah permintaan. Apa karena sakitnya bertambah. Tadi dia bilang hanya agak meriang, bisa jadi hanya masuk angin saja. Sabda cemas dan akhirnya melakukan panggilan. Beberapa kali di telepon tidak di angkat. Senja mengirimkan pesan memang sudah satu jam yang lalu. Sabda kemudian menghubungi Mbak Nur. Panggilannya langsung di jawab. "Halo.""Mbak Senja mana, Mbak?" tanya Sabda tidak sabar."O, masih nyuapin Radja di depan, Mas. Mau saya panggilkan?""Tidak perlu, Mbak. Bagaimana kondisi Mbak Senja hari ini?""Mbak Senja baik-baik saja sejak pagi tadi, Mas. Malah Mbak Senja yang jagain Radja sejak pagi.""Oh ya sudah, Mbak." Sabda mengakhiri panggilan. Dia lega karena istrinya baik-baik saja. Mungkin hanya tidak enak badan saja

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 153 Kejutan Buat Sabda

    Rumah itu sepi di jam setengah satu malam. Hanya lampu yang tidak begitu terang masih menyala di teras rumah. Sabda menyuruh pengasuh putranya turun. Meski dalam perjalanan tadi gadis itu sudah meminta maaf, tapi tidak mengurungkan niat Sabda dan Senja untuk memulangkan Hesti ke rumah orang tuanya.Sabda turun, sedangkan Senja bertahan di dalam mobil memangku Radja yang tertidur pulas. Hesti mengetuk pintu rumah ibunya. Jarak dua meter di belakangnya, Sabda berdiri dengan kedua tangan di masukkan dalam saku jaket menunggu pintu di buka.Seorang wanita memakai daster yang panjangnya di atas paha keluar. Dia tidak kaget melihat kedatangan mereka, karena sudah di kirimi pesan oleh anaknya ketika Hesti dalam perjalanan tadi.Sabda menolak di persilakan masuk oleh ibunya Hesti. Di teras itu juga ia minta maaf karena harus memulangkan Hesti tengah malam. Sabda juga memberikan gaji Hesti yang belum genap kerja sebulan. Sabda juga menjelaskan kenapa harus mengantar pengasuh anaknya kembali k

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 152

    Di antara kesibukan mereka bekerja, selalu meluangkan waktunya untuk Radja. Apalagi setelah Mbak Yekti berhenti kerja dua bulan yang lalu karena menikah lagi, Radja tidak begitu menyukai pengasuh barunya. Hesti, gadis yang masih berusia dua puluh tahun. Sebenarnya dia sabar juga mengasuh Radja, tapi entah kenapa bocah kecil itu tidak suka. "Kemarin Mbak Nur bilang, Radja nggak mau makan kalau Hesti yang nyuapi. Terus kalau mau buang air kecil juga nyari Mbak Nur. Tapi kalau mau susu atau tidur sudah mau sama Hesti. Biasanya juga sama Mbak Nur." Senja mengajak suaminya membahas pengasuh baru Radja."Apa perlu kita carikan pengasuh baru?" saran Sabda. Sebenarnya Sabda sendiri tidak menyukai gadis itu. Dia punya alasan tersendiri kenapa tidak menyukai pengasuh anaknya. Apalagi di tambah setelah ia tahu latar belakang gadis itu."Nanti kalau Radja juga nggak mau gimana?""Sayang, yang resign." Sabda menarik lengan istrinya agar lebih mendekat padanya. "Jadi meski ada pengasuh, tapi Radja

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 151 Cobaan Seorang Suami

    Bu Yola duduk di depan di samping suaminya yang mengemudi, sedangkan Arga duduk menemani Citra."Perutmu terasa sakit nggak?" tanya Bu Yola sambil menoleh pada sang menantu."Cuman terasa nggak nyaman aja, Ma. Tapi aku nggak ngerasain sakit ini."Sesampainya di klinik, mereka di sambut oleh dua orang perawat yang jaga malam. Citra di bawa ke ruang pemeriksaan. Mendengar penjelasan dari Citra maupun Bu Yola, akhirnya dokter langsung memutuskan untuk melakukan USG. Benar dugaan Bu Yola tadi, rupanya air ketuban sudah pecah sebelum adanya pembukaan. "Terus gimana, Dok?" tanya Bu Yola."Ada dua pilihan, Bu. Kalau air ketuban pecah sebelum kontraksi, bisa dilakukan induksi untuk merangsang kontraksi atau pulang ke rumah sambil menunggu adanya kontraksi secara alami. Tapi melihat dari pemeriksaan tadi, volume air ketuban nyaris habis. Makanya saya kasih pilihan kedua yaitu Cesar." "Cesar saja, Dok," sahut Arga cepat. "Sekarang juga kami akan mempersiapkan untuk operasi Cesar. Kasian baby

  • Bukan Pernikahan Biasa    Part 150

    Nindy tersenyum getir. "Harus baik dan kami sudah jadi bestie sekarang. Demi anak-anak. Aku juga nggak mau lama-lama nyimpan sakit hati. Lebih baik melanjutkan hidup dengan hati bahagia. Toh sekarang mereka sudah menerima karmanya. Usaha Mas Fatih mulai surut, anak yang di kandung bininya terpaksa harus di operasi karena meninggal di dalam kandungan. Bukan aku bahagia dengan penderitaan mereka, aku juga bukan istri yang baik. Tapi setiap perbuatan pasti ada balasannya. Aku menyadari itu, Ja. Beda istri beda rezeki."Senja mendengar cerita Nindy dengan seksama. Musibah itu membuat Nindy menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Melihatnya begitu murka ketika pertama kali ia mengetahui kalau suaminya selingkuh, siapa mengira kalau Nindy akhirnya bisa selegowo itu. Bahkan katanya sekarang menjadi bestie-nya sang mantan demi anak-anak. Tak semua orang bisa melakukan itu.Sikap Tata dan Nindy menyadarkan Senja, bahwa tak boleh menghakimi seseorang karena sikapnya. Sebab bisa saja mereka beruba

DMCA.com Protection Status