Home / Romansa / Bukan Pernikahan Biasa / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Bukan Pernikahan Biasa : Chapter 101 - Chapter 110

158 Chapters

Part 101 Heartburn

Senja menoleh ke arah sumber suara. Dia membalas senyum ramah pria yang memakai hem putih bergaris-garis vertikal warna hitam. "Pak Dion," balasnya sambil mengangguk pada mantan bosnya itu."Nggak nyangka ketemu kamu di sini. Sendirian, ya?""Saya sama Mbak Nur." Senja menunjuk pada ART-nya yang masih duduk di bangku tunggu. Wanita yang di sebut juga mengangguk hormat pada laki-laki itu."Pak Dion, ada perlu apa di sini?""Saya nganterin periksa si bungsu, batuknya nggak sembuh-sembuh. Kebetulan nanti sore saya berangkat ke luar kota jadi saya periksakan sekarang. Soalnya pasti nggak sempat kalau harus ke tempat praktek dokternya nanti sore." Lelaki yang kedua tangannya masuk ke saku celana memandang pada anak perempuan usia lima tahun yang sedang di pangku oleh baby sitter. Di sebelahnya seorang ibu juga memandang ke arah Senja dan Pak Dion."Suamimu nggak nganter?""Suami saya ada meeting di kantor, Pak."Pak Dion mengangguk. Tanpa mereka tahu, Bu Airin dan Tata sedang memperhatikan
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Part 102

Cukup lama menunggu Bu Airin dan Tata keluar dari ruang praktek dokter. Kelihatannya tadi mereka juga baik-baik saja, terutama iparnya itu. Apa mungkin Tata hamil lagi? Padahal anaknya belum genap umur setahun.Ketika Bu Airin dan Tata keluar, Senja berdiri hendak menyalami. Tapi ternyata mereka tidak lewat di depannya, melainkan berjalan ke arah lain. Mbak Nur menyuruh majikannya kembali duduk. Baginya, mereka itu memang keterlaluan. Orang-orang kaya yang kelewatan. "Sabar ya, Mbak," ucap Mbak Nur sambil memegang lengan Senja.Senyum menghiasi bibir mungil wanita hamil itu, meski hatinya terasa sangat terguris. Hampir sembilan bulan, nyatanya kondisi tetap sama. Mereka masih harus sabar menunggu beberapa pasien lagi, baru tiba giliran Senja di panggil oleh seorang suster."Sekarang masih mual, Bu Senja?" tanya dokter Eli setelah Senja di dampingi Mbak Nur duduk di hadapan dokter. Waktu telepon tadi Senja sudah menceritakan keluhannya pada dokter."Masih, Dok.""Silakan berbaring, ki
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Part 103 Menyimpan Rahasia

"Kita Salat Zhuhur dulu, habis itu kamu istirahat," kata Sabda setelah mereka sampai di rumah dan masuk kamar. Di kecupnya kening sang istri setelah Senja melepaskan hijabnya."Ganti baju dulu."Senja mengangguk kemudian membuka lemari pakaian. Mengeluarkan daster warna ungu muda. Di bantunya sang istri mengganti pakaiannya, sambil mengusap perut yang sudah membulat sempurna. Sabda tetap menahan diri meski ada yang meluap dalam dada. Ia harus menjaga kondisi istrinya yang tinggal menunggu beberapa hari saja untuk bersalin.Mereka bergantian mengambil air wudhu dan menunaikan ibadah bersama-sama. "Kamu istirahat, ya! Nanti ada apa-apa telepon Mas," pesan Sabda sambil menunggu Senja melipat mukena."Mas, hendak kembali ke kantor?""Iya, hari ini Mas pulang malam. Nanti biar Mbak Nur menemanimu sampai Mas pulang. Banyak pekerjaan yang harus Mas selesaikan sebelum ngambil cuti saat kamu lahiran nanti."Senja mengangguk sambil tersenyum. Wanita itu naik ke pembaringan, Sabda menutup kaki
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more

Part 104

Langit mendung sore itu tampak dari balkon kafe lantai tiga sebuah tempat perbelanjaan. Sabda duduk berdua dengan sang papa sambil menikmati dua cangkir kopi. Mereka baru saja selesai melakukan pertemuan dengan seorang buyer dan beberapa investor. Pak Prabu memang ingin putra keduanya juga turun langsung menangani bisnis, tidak hanya sekedar menjadi akuntan saja."Masmu Candra nggak bisa di andalkan, Da. Satu proyek papa nggak bisa ditanganinya dengan baik. Papa yakin kalau kamu juga mampu memegang tender. Dengan kemampuan akuntanmu sudah bisa Papa pastikan kalau kamu punya perhitungan yang jeli dalam proyek." Sabda masih mendengarkan Papanya bicara panjang lebar. Mengeluhkan kinerja kakaknya yang tak lagi memprioritaskan pekerjaan. Apa sebaiknya ia bicara tentang apa yang ia tahu?"Pa, boleh aku tanya sesuatu? Ini di luar pembahasan mengenai pekerjaan. Ini terlalu pribadi sebenarnya.""Tanya aja, apa yang ingin kamu ketahui?""Apa pernah Papa jatuh cinta lagi pada perempuan lain set
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more

Part 57 Braxton Hicks

"Mas, kok nggak terasa sakit lagi ya," kata Senja ketika mereka sudah di perjalanan.Sabda mengulurkan tangan untuk memegang perut istrinya. "Bener nggak sakit lagi?""Enggak.""Tapi kita harus ke dokter."Senja mengangguk. "Iya."Jalanan pagi penuh dengan anak-anak yang hendak ke sekolah. Juga para pekerja yang mau ke kantor. Lumayan macet pagi itu. Senja menelepon dokter Eli yang menyuruhnya langsung ke rumah sakit saja."Sakit lagi, nggak?""Enggak, Mas," jawab Senja sambil meraba perutnya. "Biasa aja ini."Kehamilan yang hanya di jalani dengan suaminya, membuat Senja pun awam dalam menyikapi. Bingung juga karena memang belum berpengalaman.Sepanjang perjalanan Sabda juga cemas. Bagaimana jika anaknya tiba-tiba lahir di jalan, terus mereka kejebak macet. Berulang kali Sabda meraba perut istrinya sambil melantunkan doa dalam hati. Dia juga menyempatkan untuk menelepon asistennya untuk memberitahu kalau sedang mengantar Senja yang hendak melahirkan ke rumah sakit.Akhirnya mereka kel
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

Part 106

Kakaknya sudah berani bermain hati. Menyambung lagi kisah cinta yang tak pernah selesai. Dulu sang mama yang menentang hubungan Candra dengan Denti. Putri dari mantan kekasih mama mereka. Karena masa lalu juga hubungan mereka tidak di restui. Namun sekarang justru akan jadi malapetaka bagi rumah tangga kakaknya dan sang istri.Selama ini Candra memang lebih dekat dengan mamanya, sementara dirinya lebih dekat ke papa mereka. Makanya apapun yang di inginkan sang mama, pasti akan di patuhi oleh Candra. Termasuk pendamping hidup. Sebenarnya antara Candra dan Tata juga menjalin hubungan selama setahun setelah mereka di kenalkan oleh kedua keluarga. Tapi nyatanya sang kakak juga kembali pada perempuan masa lalunya.* * *Senja belum juga melahirkan setelah kontraksi palsu dua hari yang lalu. Wanita itu tetap melakukan kegiatan seperti biasanya. Terutama jalan-jalan pagi di temani sang suami. Udara di sekitar komplek perumahan mereka masih fresh jika masih pagi. Beberapa orang yang sedang b
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

Part 107 Welcome Baby Boy

Senja memegang lengan suaminya. "Telepon Mama saja, Mas."Akhirnya Sabda mengangguk, kemudian berdiri dan keluar kamar bersalin. Senja di temani oleh seorang perawat. Selang beberapa menit pria itu sudah kembali. "Mama nggak bisa dihubungi, kata Bumi Mama sama Papa lagi jalan-jalan pagi."Senja mengangguk sambil mengatupkan giginya rapat-rapat karena merasakan kontraksi yang kian rapat. Dia menarik napas lantas mengembuskan perlahan. Mengikuti instruksi dokter agar menahan diri untuk tidak mengejan sebelum waktunya, supaya tenaganya tidak terkuras habis.Sabda mengambil tisu dan mengelap peluh di dahi istrinya. "Kamu pasti kuat. Dokter tadi bilang, kalau untuk melahirkan pertama kali wajar jika butuh waktu minimal sepuluh jam. Kamu kuat, Sayang." Dikecupnya kening sang istri. "I love you."Satu kalimat yang diucapkan Sabda dengan mata berembun itu membuat Senja tersenyum dan seolah mendapatkan kekuatan baru. Kalimat yang ditunggunya selama ini. Pada saat itu dokter Eli masuk bersama
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

Part 108

Satu per satu rekan mereka datang membesuk di rumah sakit. Termasuk kakek dan neneknya Sabda. Banyak hadiah yang diterima Radja, bayi merah yang sangat menggemaskan.Senja juga terlihat sangat sehat setelah tiga hari melahirkan. Efek hormon endorfin memberikan energi sangat positif dalam dirinya, menyembuhkan luka hati dan menimbulkan efek bahagia. Kehadiran mama mertuanya memang sangat menggembirakan baginya."Papa kemarin menyarankan agar kita cari ART yang bisa menginap di rumah." Sabda memberitahu Senja malam itu. Ketika Nina baru saja pulang membesuk. Hampir tiap sepulang kerja, Nina akan mampir ke rumah sakit mengunjunginya."Kan sudah ada Mbak Nur, Mas.""Tapi Mbak Nur hanya sampai sore saja.""Nggak apa-apa. Itu sudah sangat membantu, Mas. Aku mau ngerawat Radja sendiri. Kita kan sudah sepakat nggak perlu baby sitter, kan?"Sabda mengangguk. "Iya, Mas hanya nyampein saran dari Papa," jawab Sabda sambil mengusap pipi putranya yang sedang disusui Senja. "Besok kita sudah di ruma
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more

Part 109 Malam Kebahagiaan

Senja baru saja menaruh piring di dapur sehabis makan malam ketika ada suara orang mengucap salam di pintu depan. Setelah menjawab ia tergesa melihatnya dari balik gorden. Di teras rumah berdiri Arga dan Citra."Sayang, siapa yang datang?" tanya Sabda ketika sang istri tergesa mengambil bergo yang ada di sofa."Mbak Citra sama Mas Arga, Mas," jawab Senja sambil memakai bergo warna merah muda. Sedangkan Sabda hanya menoleh sebentar ke arah pintu depan. Dibiarkannya sang istri membuka pintu karena dirinya sedang menemani Radja yang tengah tidur pulas di box bayi portabel di depannya. "Mari silakan masuk Mbak Citra, Mas Arga," ucap Senja setelah menyalami tamunya. "Terima kasih," jawab Citra sambil tersenyum, kemudian masuk diikuti Arga yang membawa kado berukuran besar. Arga dan Senja berpandangan sekilas. Seperti yang di alami kebanyakan orang, keduanya juga merasakan dada yang berdebar ketika kembali bertemu dan bersitatap. Rasa yang berujung pada kata 'kandas'.Senja kembali menut
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more

Part 110

Ketika Senja tengah sibuk meladeni Aqila yang tak henti ingin memeluk dan memangku Radja, Sabda dan Pak Dion sibuk bicara mengenai dunia bisnis dan perkembangan ekonomi saat ini. Tak terasa waktu terus beranjak siang. Aqila enggan diajak pulang. Baby sitter dan papanya sibuk membujuk. "Kita pulang, Sayang. Lain hari kita main lagi ke sini.""Bener, Pa.""Iya.""Enggak boleh bohong, lho. Qila mau lihat adek ini lagi," ucap Aqila sambil cemberut dan memandang Radja yang di pangku Senja."Iya, Papa nggak bohong."Akhirnya gadis kecil itu mau juga diajak pulang. Mereka pamitan dan di antar Sabda hingga di halaman depan. Setelah itu Sabda dan Senja bersiap-siap berangkat ke rumah orang tuanya."Mas, akan kerjasama dengan Pak Dion?" tanya Senja ketika di perjalanan. Meski dia bercanda dengan Aqila, tapi sempat mendengar pembicaraan suami dan mantan atasannya."Sepertinya begitu, nanti kutanyakan pada Papa." Meskipun enggan, Sabda harus profesional. Kemenangan yang hakiki itu saat bisa men
last updateLast Updated : 2022-09-08
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status