Home / Romansa / Bukan Pernikahan Biasa / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Bukan Pernikahan Biasa : Chapter 131 - Chapter 140

158 Chapters

Part 131 Sebuah Pilihan

"Dulu ditinggalkan sekarang di kejar-kejar. Beneran kamu nggak mau lihat isinya. Nanti bisa kamu solasi lagi." Ucapan Nina sangat mempengaruhi Senja. Di lihat dulu nanti di rekatkan lagi.Tanpa pikir panjang Senja mengambil gunting untuk mengoyak perekat berwarna bening itu. Nampaklah apa yang ada di dalam kardus. Jaket kulit, jam tangan wanita, sneaker, parfum, dan baju. Jumlahnya tiap-tiap barang lebih dari satu dan semuanya ber-merk. Juga ada secarik kertas bertuliskan "Dulu secinta itu kamu terhadapku. Aku memang salah telah mengambil keputusan sepihak. Namun aku tak pernah berhenti mencintaimu. Kukembalikan pemberianmu karena jika tetap kusimpan hanya membuatku makin gila saja.""Ini barang mahal semua, Ja," kata Nina sambil memperhatikan isi kardus."Sebaik itu suamimu mencintai seseorang. Makanya perempuan itu nyesel ninggalin Mas Sabda."Nina terus berkata dan tidak tahu perasaan Senja yang sebenarnya. Wanita itu masih memandang benda yang terlihat sangat berharga di mata seor
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

Part 132

Sementara Citra hanya membatin dalam hati. Pria mana yang tahan di rendahkan terus menerus. Mentang-mentang ia kaya dan punya jabatan tinggi di perusahaan, lantas seenaknya terhadap suami. Memerintah suami sesuka hati, tanpa adanya sikap menghargai. Padahal Fatih juga berasal dari keluarga berada. Orang tuanya pengusaha tambang batubara. Tapi Nindy masih bersikap seenaknya. Mungkin ini alasan Fatih menduakannya. Bahkan setelah semuanya terbongkar, suami kakak iparnya itu tidak menunjukkan penyesalan. Malah memberikan dua pilihan, bercerai atau di madu. "Aku mau cerai saja, Ma. Aku nggak sudi di madu dengan perempuan itu. Aku sudah menghubungi pengacara tadi pagi. Dalam minggu ini berkas gugatan akan masuk ke pengadilan.""Kamu serius?" tanya Pak Dipta."Tampaknya Fatih juga nggak bisa lepas dari perempuan itu."Bu Yola hanya diam. Hatinya juga ikut merasakan sakit, seperti yang di rasakan putri kesayangannya. Apa yang tidak mustahil, setiap hari waktu Fatih lebih banyak dengan seling
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

Part 133 Over Thinking

Sabda termenung di depan laptopnya hingga jam sebelas malam. Dia sedang berbincang dengan Candra via email. Setelah Bela menarik diri jadi investor, ada dua orang lagi yang mundur juga. Padahal segala perencanaan untuk proyek baru sudah matang dan siap di kerjakan. Suntikan dana ini sangat penting demi keberlangsungan proyek untuk memenuhi aset proyek, saham, dan pembagian keuntungan. Tiga investor mundur dan ini sangat terasa bagi Sabda. Sebab mereka semua adalah investor-investor besar.[Kita sudah kehilangan tiga investor, Mas. Tahu nggak ini semua imbas dari masalah pribadi kita. Masalahmu juga masalahku.] Tulis Sabda pada sang kakak.[Aku usahakan dalam dua hari ini bisa pulang dan membahasnya denganmu. Jika mertuaku nggak sakit seperti ini, beliau bisa kunego untuk jadi investor.][Kita berdua diuji menangani proyek ini. Papa ingin tahu sejauh mana kemampuan kita. Please, jika urusan Mas telah selesai, sempatkan untuk pulang dan kita bahas ini.][Aku akan segera pulang. Maaf, ka
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

Part 134

Sabda diam, menatap Anggit sejenak kemudian beralih pada layar laptop yang menyala. Sekarang dirinya memang perlu untuk memiliki media sosial. Sebagai pekerja profesional, memang penting memiliki media sosial yang di update secara berkala. Namun sejak dulu dia paling malas untuk memiliki akun di sana. "Oke, kamu yang bikin akunnya dan meng-handle semuanya."Anggit mengangguk, tambah satu lagi pekerjaannya. Tapi ya, memang begitulah salah satu tugas seorang asisten pribadi. Mulai dari mempersiapkan agenda kegiatan harian sampai beberapa hari berikutnya, menyiapkan materi presentasi klien, mengatur jadwal meeting, dan termasuk meng-handle akun profesional media sosial si bos. Mungkin bosnya tadi tidak kepikiran dengan akun di media sosial, karena diingatkan jadinya Sabda melimpahkan itu padanya."Baiklah, Pak. Saya permisi dulu. Habis ini saya akan menelepon Ibu." Anggit mengambil tabletnya dan segera keluar ruangan.Sabda menatap layar laptop, ada email masuk dari kakaknya. Ada kabar
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

Part 135 Berdebar Ketika Meeting

Radja meringkuk di gendongan Sabda setelah habis di susui oleh Senja. Pria itu duduk di salah satu bangku besi depan sebuah minimarket di salah satu pusat perbelanjaan sambil menunggu istrinya yang sedang berbelanja. Mereka tadi sengaja tidak membawa stroller.Dia tidak peduli dengan orang-orang yang memperhatikannya. Sabda tetap asyik mengajak bayinya bicara. Radja anteng melihat papanya yang menatap penuh cinta. Bayi itu menunjukkan responnya dengan tatapan bening matanya yang sering berkedip-kedip. Sabda ingin menjadi papa yang hebat seperti papanya.Tanpa di sadari Sabda, ada Arga dan Citra yang datang menghampirinya. "Wah, Papa muda lagi momong ini," seloroh Citra yang membuat Sabda mengangkat wajahnya. Pria itu tersenyum. "Hai, dari mana kalian?""Mau belanja. Senja mana?""Lagi belanja juga di dalam."Citra menunduk, menyentuh tangan Radja yang berada dalam dekapan sang papa. "Pipimu makin tembam aja, Nak."Ketika Citra asyik mengajak bicara bayi laki-laki itu, Arga hanya diam.
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

Part 136

Senja baru saja menyusui Radja dan menidurkannya di box. Bayinya sudah anteng dan dia tinggal bersiap-siap ke kantor suaminya. Rok plisket panjang warna army, blouse putih bermotif floral, dan jilbab warna senada dengan roknya sudah ia siapkan sejak pagi. Sebenarnya Sabda mengajaknya berangkat bersama, tapi Radja tadi masih belum mandi dan belum minum ASI.Baru saja keluar dari kamar mandi, pintu kamarnya diketuk dari luar. "Ya, sebentar!" gegas dia membuka pintu.Bu Airin sudah berdiri di sana dengan pakaian muslimah warna merah maroon. Senja buru-buru menyembunyikan rasa kagetnya. Berucap syukur jika ibu mertuanya sudah bisa berubah. Padahal hari Sabtu waktu mereka datang ke sana, Bu Airin hanya memakai baju rumahan biasa. Mungkin saja karena di dalam rumah, ketika keluar sang mertua sudah merubah penampilan."Radja mana?" tanya Bu Airin sambil masuk kamar."Baru saja nenen, Ma. Sekarang tidur. Mama nyetir sendiri?""Enggak, di antar Pak Cipto. Nanti biar Pak Cipto saja yang nganter
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

Part 137 Momen Mendebarkan

"Bisa kita bicara di luar sebentar?" kata Bela berdiri di depan Sabda. Ketika itu Candra juga memandangnya. Seorang consultant project juga sempat menatap sekilas."Bicara di sini saja," jawab Sabda."Kenapa nggak ada surat perjanjian investasi untuk perusahaan kami?" tanya Bela dengan suara cukup keras. Daripada nanti menjadi pusat perhatian yang lain, Sabda berdiri dan mengajak gadis itu duduk di kursi terpisah yang ada di pojok ruangan."Karena kamu sudah membatalkannya," jawab Sabda tenang, karena sebagian dari peserta rapat tetap memperhatikan mereka berdua. Termasuk Senja."Tadi sudah aku bilang kalau nggak jadi narik invest kami.""Ini sebuah bisnis, Bu Bela. Jadi kita harus sportif dan profesional. Bukan sesuka hati main cabut dan kembali bergabung. Kami tidak sedang bermain-main." Emosi Sabda terpancing.Bela terdiam sejenak. Sedangkan Sabda berdiri lagi untuk mendekati sang kakak dan memintanya untuk mengalihkan perhatian para anggota rapat yang lain, supaya tidak mendengar
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more

Part 138

Candra berjalan menjajari langkah istrinya meski Tata tidak begitu meresponnya. Memang tak semudah itu mendapatkan maaf, setelah apa yang telah dilakukan Candra pada Tata. Pengkhianatan yang sudah kelewat batasnya. Tata dan mertuanya masih bersedia kerjasama saja itu sudah sangat baik. Candra harus bersabar untuk mengambil hati istrinya kembali.Setelah mengambil makan siang, Sabda mengajak istrinya mengambil tempat duduk paling pinggir. Ia tahu kalau ada yang ingin dibicarakan oleh istrinya. Mereka duduk berdampingan di meja yang menghadap ke dinding. "Ada yang ingin kamu tanyakan?""Kenapa jumlah uang yang ditulis di surat perjanjian nggak sesuai yang aku bilang kemarin, Mas? Kata Anggit tadi, Mas yang memberitahu kalau nominal investasiku sebesar satu miliar," jawab Senja sambil menyuap nasi berlaukan sup buntut, perkedel kentang, dan tempe goreng."Mana ponselmu? Coba kamu cek I-banking punyamu?"Senja mengambil ponselnya dari dalam tas. Ia segera membuka satu pesan yang masuk dar
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more

Part 139 Kekasih Gelap

Entahlah, melihat Senja tampak was-was Sabda malah senang untuk terus menggodanya. Wajah yang bersemu merah antara malu dan mau terlihat sangat menggemaskan. Okelah, dia tidak mungkin akan melakukannya di kantor. Dia masih bisa berfikir waras agar tidak membuat kekacauan di perusahaan keluarganya. Meskipun mereka adalah pasangan suami istri. "Mas, ini kantor," protes Senja ketika Sabda memandangnya dengan tatapan penuh nafsu."Sesekali kita lakukan di kantor, mencari suasana baru." Sabda masih menunduk tepat di atas wajah istrinya."Kita lakukan di rumah nanti malam. Semaunya Mas, deh. Please jangan di sini!" Senja memohon dan membuat Sabda tersenyum makin lebar."Beberapa hari ini kita nggak ada waktu untuk itu, kan? Mas sibuk persiapan proyek ini.""Iya. Tapi bukan di sini. Memangnya Mas mau jadi gosip di kantor kalau bosnya ena-ena di ruangannya. Nanti jadi sorotan dan masuk berita online. 'Bos mesum di kantor bersama investornya'." Pikiran Senja jadi ke mana-mana. Membayangkan wa
last updateLast Updated : 2022-09-25
Read more

Part 140

Bukan soal meragukan kemampuan Senja, tapi Sabda lebih memikirkan putra mereka. Rasanya tak tega jika harus meninggalkan Radja pada baby sitter. Belum lagi jika bekerja dengannya, kesempatan Senja bertemu Pak Dion dan Arga juga makin besar. Sabda tidak menyukai itu."Mas, aku serius," ucap Senja berusaha meyakinkan suaminya."Nggak bisa, Sayang. Bagaimana dengan Radja nanti kalau kamu bekerja juga.""Biar dia dijaga sama Mbak Nur. Atau kita carikan baby sitter. Aku juga ingin berkarir. Nanti setelah kita jadi sultan, aku akan berhenti bekerja dan fokus pada keluarga."Sabda tersenyum dengan ucapan Senja. Pikiran istrinya sudah berubah, kemarin tidak ingin anak di asuh sama baby sitter. Sekarang malah ingin cari baby sitter buat Radja. Apa karena ia tahu kalau Bela kembali bekerjasama dengan perusahaan? Dan membuat Senja berubah pikiran. Padahal Sabda justru khawatir jika istrinya bekerja, karena itu tadi. Pasti peluang bertemu Pak Dion dan Arga makin besar."Bagaimana, Mas?""Oke, jik
last updateLast Updated : 2022-09-25
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status