Home / Rumah Tangga / Salah Kirim Paket / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Salah Kirim Paket: Chapter 81 - Chapter 90

140 Chapters

Kesiangan

"Kartika ...."DEG! Baru saja aku melupakan nama itu, tapi kini dia muncul di depan mata. Menyesakkan kembali rongga dada. Ah, kenapa dia harus ke sini? "Kamu kenapa ke sini tidak bilang-bilang, Tik? Aku, kan bisa jemput di bandara." Bang Rizal mendekat lalu menyalami wanita dengan rambut pirang itu. Mataku melotot saat wanita bernama Kartika itu memeluk Bang Rizal erat. Tak. Hanya itu, ia bahkan mencium pipi suamiku kanan dan kiri. Dadaku bergemuruh, kelakuan wanita itu sudah berlebihan. Seenaknya sendiri mencium pipi Bang Rizal di hadapan istrinya. Apa ia tak malu? Atau memang tak punya urat malu? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku melangkah cepat, kudorong tubuh wanita itu hingga ia mundur beberapa langkah. Hampir saja ia terjungkal dan jatuh. Beruntung gerak refleksnya berfungsi dengan baik. Kalau tidak, dia pasti akan malu seumur hidup. "Alia!" Bang Rizal menggelengkan pelan kepalanya. Kuabaikan, lalu mengalihkan pandangan pada wanita yang kini berdiri di depanku. "Maaf, tidak
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

Panggilan Dari Lapas

Pov AliaDia lagi, dia lagi. Apa dia tak memiliki tata krama hingga bertamu di rumah orang pukul delapan pagi. "Ada perlu apa,Mbak Kartika?" "Duduk dulu, apa tidak capek berdiri seperti patung pancoran seperti itu?"Astaga, ini rumah aku tapi dia sudah berlaga seperti pemilik rumah ini. Sungguh menyebalkan. Tanpa meminta izin aku segera menjatuhkan bobot di sofa sebelahnya. Wanita yang memakai rok navy di bawah lutut itu tersenyum mengejek ke arahku. Dia telah mengibarkan bendera perang yang sempat kuturunkan. Aku menghargai dia sebagai sahabat suamiku, tapi ternyata dia ingin menghancurkan kebahagiaan kami. Kali ini aku tak akan tinggal diam. Aku tak ingin kejadian dulu terulang lagi. Kehilangan suami karena direbut pelakor. "Ada yang bisa saya bantu?" ucapku sudah seperti karyawan bank pada nasabahnya. "Aku tidak ada perlu denganmu anak kecil. Aku di sini untuk bertemu Rizal."Astaga, mulut wanita ini. Rizal itu suamiku, urusannya juga urusanku. Namun dia seolah tak menganggap
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more

Bertemu Alvan

Pov Alia“Lapas? Abang tidak salah dengar,kan?” Aku menempelkan jari telunjuk ke bibir,memberi isyarat pada Bang Rizal agar diam. Seketika bibir suamiku itu menempel,seperti dioles lem. Setelah situasi tenang,aku segera menggeser gambar telepon berwarna hijau ke atas lalu menempelkan beda pipih itu di telinga kanan.“Assalamualaikum ...,” sapaku pelan. Kulirik Bang Rizal menutup pintu lalu duduk sambil menatapku. “Loudspeaker,Al!” ucapnya lirik sambil menunjuk ponsel.Aku mengangguk paham kemudian mengeraskan suara benda mati itu. Ponsel kuletakkan di tengah,tepat di antara aku dan Bang Rizal.“Dengan Ibu Alia?” tanya petugas lapas dari seberang sana.“Saya sendiri. Maaf, ada perlu apa hingga Bapak menghubungi saya?”Rasa penasaran tinggi membuatku segera menanyakan hal yang mengganjal pikiranku.“Ibu Alia bisa datang ke lapas segera?” mengernyitkan dahi,aku tak mengerti kenapa harus diminta datang ke lapas. Bukankah masalahku dan Mas Alvan sudah selesai. Kami sudah resmi berpisah,s
last updateLast Updated : 2022-09-20
Read more

Ditunda

Pov AliaMas Alvan melangkah pelan meninggalkan bangku tempatnya duduk. Ekor mataku sempat mengikuti langkah kakinya. Lalu ia berhenti di depan wanita dengan pakaian sederhana. Menghela napas, bayang sikap ibu mantan mertua kembali hadir dalam anganku. Kata maaf memang mudah terucap dari mulut tapi hati begitu berat melupakan kesalahan yang telah mereka perbuat padaku. Aku sempat berpikir, apa yang kurang dari diri ini hingga mereka tega menusukku dari belakang. Harta kuberikan untuk membahagiakan mereka, tapi nyatanya rasa tamak membuat mereka ingin merampas sesuatu yang bukan menjadi haknya. "Sudah jangan dilihat terus," ucap Bang Rizal seraya menarik kepalaku hingga menempel di dada bidangnya. Sesaat aku diam,menikmati aroma maskulin yang selalu membuatku rindu. "Jangan menengok ke belakang, pandanglah apa yang ada di depan kamu," ucapnya seraya mengelus pucuk kepalaku. "Aku hanya kasihan dengan penampilan ibu sekarang, Bang."Wanita yang duduk di depan Bang Rizal itu menoleh
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

Tamu

Pov RizalAku tersenyum kala melihat Alia tidur terlelap dalam pelukanku. Peluh yang menempel sama sekali tak mengurangi keharmonisan ini. "Terima kasih sudah menerima Abang sebagai suami kamu, Alia." Kuelus surai hitamnya yang sedikit berantakan. Alia bergerak kala tangan ini mengusap lembut rambut hitamnya. Namun matanya masih terpejam. Pergulatan yang panjang membuat dia kelelahan. Aku kembali tersenyum mengingat panasnya ranjang kami malam ini. Semua tak luput dari peran Mama. "Besok akan kuminta Mama untuk membuatkan jamu," ucapku sambil tersenyum lebar. Bayangan pergulatan panas kian menari-nari di pelupuk mata. Tidak bisa dipungkiri Alia adalah candu, dia-lah yang membuatku tetap tinggal di sini. Alvan dan Baim pasti menyesal karena tak bisa mendapatkan Alia. Apa lagi Alvan, dia tega melepas berlian hanya untuk kerikil yang menyakitkan jika terinjak. Namun dibalik kecerobohannya aku justru bahagia karena kesalahannya membuatku menjadi suami Alia. Kupastikan hanya aku yang
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

Kecelakaan

Pov Rizal"Kartika ...."Wanita yang sudah kuanggap adik itu menoleh lalu tersenyum ke arahku. Perlahan ia beranjak, berjalan mendekatiku yang masih berdiri di dekat pintu. "Lama banget sih, Zal?" "Macet, Ka." "Aku udah lama nunggu tau!"Kartika mencondongkan wajahnya saat berdiri di depanku. Seketika aku melangkah mundur, gerakan yang tiba-tiba membuat ia hilang keseimbangan lalu terhuyung jatuh di lantai. Wajahnya tepat mencium lantai berwarna cream itu. "Sakit tau, Zal" ucap Kartika kesal. Dia membalikkan badan tapi masih tergeletak di atas lantai. Aku menahan tawa melihat bentuk rambut Kartika yang berantakan. "Ha ha ha...." Tawa itu lepas tak terkendali. Kartika menatapku kesal. "Dibantu kek! Ini malah diketawain!" ucapnya kesal. "Sini aku bantu!" Aku ulurkan tangan kanan ini. Dengan cepat Kartika menarik tanganku. Gerakan Kartika yang mendadak membuat aku ambruk hingga menimpa tubuhnya. Kartika sempat menjerit dan refleks memeluk tubuh ini erat. Sesaat kami terpaku. Wan
last updateLast Updated : 2022-09-25
Read more

Permintaan Syasya

Pov Rizal"Astaga, Syasya!""Mas mengenalnya?" tanya seorang lelaki yang tadi menggedor kaca mobilku. "Dia ....""Dia pacar Mas, ya? Kenapa ditabrak? Wanita ini selingkuh kemudian Mas marah lalu sengaja menabraknya, kan?" tuduh lelaki bertubuh gempal.Astaga, lelaki kebanyakan menonton sinetron hingga ucapannya tidak bermutu seperti itu. Apa dia pikir aku sejahat itu? "Benar itu, Mas?"Seketika semua mata tertuju padaku. Ucapan lelaki itu bagai magnet yang menarik benda mendekat. "Dia bukan pacar saya, saya ini sudah memiliki istri.""Dia selingkuhan Mas, ya?" tanya lelaki itu lagi. Astagfirullah di saat genting seperti ini justru lelaki itu membuat masalah. Dia waras atau tidak? "Tolong angkat Syasya ke dalan mobil, dia harus segera di bawa ke rumah sakit."Dua orang lelaki membantu mengangkat Syasya kemudian menidurkannya di kursi bagian belakang. Adik kandung Alvan itu pingsan, ada memar di bagian dahi dan tangannya. Setelah menidurkan Syasya, aku segera membuka pintu depan.
last updateLast Updated : 2022-09-26
Read more

Penolakan

Pov Rizal"Aku tidak mau pulang, izinkan aku menginap di rumah Mbak Alia beberapa hari saja.""APA!""Aku mau numpang tinggal di rumah Mbak Alia.""Jangan ngadi-ngadi, kamu, ya!"Seketika dadaku naik turun, rasa kesal menelusup masuk hingga ke relung hati. Wanita di depanku benar-benar tidak tahu malu. Dia berani meminta menginap setelah apa yang ia lakukan pada Alia. Apa ancamanku dulu tak ia dengarkan! Astaga, kenapa aku harus berurusan dengan orang tak waras macam Alvan dan keluarganya? "Tidak! Akan kuantar kamu ke rumah!"Aku menatap ke depan, dengan cepat memutar anak kunci ke kanan. Perlahan kendaraan roda empatku berjalan meninggalkan halaman rumah sakit. Sepanjang jalan Syasya diam, tapi wajahnya menegang kala jarak rumah kian dekat. Sebenarnya apa yang membuat wanita ini takut pulang ke rumah? Bukankah rumah adalah tujuan untuk pulang? "Berhenti!" Seketika kuinjak pedal rem. Bunyi gesekkan ban dan aspal sampai terdengar jelas. Beruntung tak ada mobil di belakang. Kalau ad
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

Jawaban Syasya

Pov Alia"Kenapa dia ke sini? Masih kurang dia menyakiti Alia selama ini?" Mama menatap tajam Syasya. Aku sendiri memilih bungkam, ucapan Mama memang benar. Kenapa wanita itu datang lagi kemari? Tak cukupkah penderitaan yang ia berikan padaku? Pada keluargaku? Sebuah tanda tanya memenuhi isi kepalaku. Kenapa Bang Rizal mau membawa dia kemari? Sedang suamiku sangat membenci Syasya. Apa yang terjadi di antara mereka selain kecelakaan? Kecurigaan terlintas begitu saja di benakku. Pernah dikhianati membuatku berpikir yang tidak-tidak. Sekuat tenaga aku menepis rasa itu, tapi tetap terselip keraguan dalam sanubari. Mama menjatuhkan bobot di sampingku, netranya terus menatap tajam ke arah Syasya. Sementara wanita itu hanya diam membisu. Menatap kami saja dia tak sanggup. "Rizal bisa jelaskan pada kami? Kenapa wanita itu di sini?""Rizal tak sengaja menabraknya, Ma.""Hanya menabrak lalu kamu membawanya kemari? Kamu tahu alamatnya, kan? Bisa kamu antar, kan?" Akhirnya Mama menanyakan h
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

Menerima

Pov AliaAku menggeleng tak percaya mendengar jawaban Syasya. Bapak Mas Alvan tega menjual putrinya demi uang. Apa ini benar atau cerita palsunya? Entahlah, aku tak mampu membaca pikiran orang lain. Dalamnya lautan mungkin bisa diukur tapi tidak dengan hati seseorang. Kutatap lekat manik bening yang masih meneteskan air mata itu. Sedikit pun tak terlihat kebohongan di sana. Ya Tuhan ... Benarkah itu? Waktu seakan berhenti, semua memilih diam, tak terkecuali Bang Rizal. "Boleh, kan, Mbak aku tinggal di sini. Aku tidak mau dijual lagi oleh bapak. Aku lelah menjadi mesin pencetak uangnya. Aku lelah melayani lelaki yang haus belaian."Berbagai macam pertanyaan menari di kepala tapi sekuat tenaga kutahan agar tidak lepas dari mulut ini. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk mendesak Syasya. Tubuh dan hatinya sudah lelah, biarlah dia merebahkan tubuh barang sebentar saja. "Kamu sudah makan, Sya?" Wanita itu menggeleng. "Makan dulu, Sya. Setelah itu istirahat di kamar tamu.""Aku tidak
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status