Home / Rumah Tangga / Salah Kirim Paket / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Salah Kirim Paket: Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

Terpuruk

"Tersangkanya sudah tertangkap, Mas," ucap Pak Polisi saat aku masuk ke dalam ruangan. "Siapa, Pak?""Saat ini Pak Jono sudah dijadikan tersangka. Dari keterangannya ternyata dia dibayar untuk menabrak Mas Rizal. Namun sayang target meleset hingga akhirnya Mbak Alia yang menjadi korban."DEGIni sama persis seperti dugaanku semula. Jangan-jangan benar jika dalang sebenarnya adalah .... "Pak Jono mengaku jika dia disuruh dengan lelaki bernama Ibrahim atau kerap dipanggil Baim. Seorang manager personalia di perusahaan Ibu Rahmawati. Kami masih mendalami motif di balik tidak kejahatan yang ia lakukan."Astaga,Ya Tuhan! Ternyata dia adalah dalang kecelakaan yang menimpa Alia. Benar-benar keterlaluan laki-laki itu. Dia mengatakan cinta tapi justru dia yang membuat Alia sengsara. Brengs*k! "Apa Baim sudah ditangkap, Pak?" "Dia ...."Pak polisi menghentikan ucapan, tapi matanya mamandang ke arah pintu. Rasa penasaran membuatku menoleh ke arah yang sama. Tanpa pikir panjang aku berdiri
last updateLast Updated : 2022-09-01
Read more

Alia ke mana?

Aku sudah berada tempat parkir rumah sakit. Tentu,setelah mengantarkan mama ke kantor. Sebenarnya ingin membelikan bunga mawar putih untuk Alia tapi pihak rumah sakit tidak memperbolehkan pasien ICU mendapatkan bunga atau apa pun. Lebih tepatnya menjaga kesehatan pasien agar tidak ada kuman atau virus yang masuk dan akhirnya menganggu kesehatan pasien. Aku duduk di sebelah Alia setelah memakai pakaian khusus dari rumah sakit. Kutatap wajah cantik yang kini tengah tertidur lelap. Saking lelapnya membuat ia tertidur selama dua minggu. "Sayang, bangun! Abang kangen!" ucapku seraya menggenggam tangan kanannya. Alia masih saja terlelap, bahkan mungkin ucapanku tak ia dengar. Namun aku tetap saja bercerita panjang. Menceritakan kenangan masa lalu yang pernah kita lewati bersama. Tak terasa waktu kunjungan telah usai. Ku kecup punggung tangan Alia. Lalu ku cium dahinya dengan mesra. Dalam hati berharap jika sebuah kecupanku bisa membangunkannya dari tidur panjang ini. Ya, seperti cerita
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

Usil

Pov RizalMataku membola saat melihat ranjang yang biasanya ditiduri Alia bersih dan rapi. Alia tak ada di sini. Kamar ini KOSONG. "Kemana perginya Alia? Jangan-jangan ...."Tanpa pikir panjang aku berlari keluar ruangan. Mencari keberadaan suster jaga di sini. "Suster dimana Alia?"Suster itu menghembuskan nafas perlahan dan menatapku dengan pandangan yang sulit untuk ku artikan. Jangan-jangan! Lagi dan lagi pikiran buruk bersemayam di hati.Tuhan, aku tak sanggup jika harus berpisah dengan Alia. "Tolong baju khusus di ruang ICU dikembalikan, Mas!" Astaga, karena panik membuatku menjadi tidak bisa konsentrasi. Baju di ruang ICU masih menempel di tubuh, padahal aku sudah berada di luar. Dengah malu ku berikan pakaian itu pada suster. Dia menerimanya lalu kembali masuk ke ruang ICU. Kini hanya tinggal aku dan seorang suster berbadan kecil. Kalau kedua suster itu berjalan beriringan, sudah pasti seperti angka 10. "Mas Rizal kenapa baru datang. Mas Rizal terlambat ....""Tidak! Tid
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

Kebahagiaan

Pov AliaTidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Sudah dua bulan pasca kecelakaan yang menimpaku. Gips yang menempel di kaki juga sudah di lepas. Meski demikian kakiku masih terasa sakit jika digerakkan. Itu yang membuat aku berjalan dengan pelan. Aku bersyukur Allah masih memberiku kesempatan untuk menghirup oksigen. Doa serta dukungan dari mama dan Bang Rizal yang membuatku bisa bertahan dan kuat sampai di titik ini. Sampai detik ini aku masih tak menyangka jika dalang dibalik kecelakaan dan viralnya hubunganku dan Bang Rizal ialah Ibrahim. Lelaki yang sempat mengutarakan cinta itu justru tega melukaiku hingga seperti ini. Ya, begitulah jika orang sudah teropsesi untuk mendapatkan sesuatu. Dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. "Sudah siap?" tanya mama membuyarkan lamunanku. "Kok malah melamun? Itu penghulunya sudah datang. Ayo kita keluar." Aku mengangguk lalu berjalan pelan menuju ruang keluarga sambil di gandeng mama. Jantung dipacu lebih cepat seiring lang
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Meeting

Satu bulan usia pernikahanku dengan Bang Rizal. Hari-hariku semakin berwarna. Dia bukan hanya suami, tapi mampu menjadi seorang kakak dan ayah. Tentu, karena dia sudah menjadi keduanya setelah papa meninggal. "Kamu tidak tidur, Al?" tanyanya seraya melepas jas hitam lalu meletakkan di keranjang kotor. Setelah menikah perusahaan ditangani oleh Bang Rizal. Bisnis di Surabaya ia percayakan kepada tangan kanannya. Aku kembali tinggal di rumah mama. Mama begitu bahagia saat kami memutuskan tinggal seatap dengan beliau. "Kalau aku tidur tak mungkin masih duduk di sini, Bang," ucapku. Bang Rizal tersenyum lalu mendekat ke arahku.CUPSebuah kecupan mendarat di kening. Seketika pipiku merah dibuatnya. Kami memang sudah menikah, tapi tak bisa dipungkiri ada rasa gugup dan canggung saat kami hanya berdua. Bertahun-tahun hidup dengan status kakak dan adik membuatku belum sanggup memanggilnya dengan sebutan sayang atau lainnya. "Mandi gih, Bang!" Kudorong tubuh lelaki yang kini berada di dek
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

Suara Siapa Itu?

"Kamu ...."Aku masih tak percaya dengan lelaki yang kini berdiri di belakangku ini. Marcel Prasetya, lelaki yang sempat mengutarakan cintanya padaku. Namun kutolak karena aku tak memiliki perasaan apa pun. Lalu tiba-tiba dia sudah ada di sini. Entah kebetulan atau apa? "Boleh duduk ibu Alia?" tanyanya menyentakku dari lamunan. Aku sampai tidak sadar jika memperhatikan Marcel terlalu lama. "Silakan... Bapak Marcel.""Jangan panggil Bapak, aku belum menikah Alia!" Marcel melirikku tak suka. Belum menikah? Lelaki seperti dia masih betah menyendiri? Dia pasti lelaki pemilih seperti kebanyakan pengusaha ternama. "Bu Alia dan Pak Marcel saling kenal?" tanya Mia yang sedari tadi diam menyaksikan perdebatan kami. "Dia teman aku, Mi. Teman semasa kuliah lebih tepatnya.“"Ow....""Atasan kamu menolak cinta saya."Aku melotot mendengar perkataan lelaki itu. Bisa-bisanya dia mengumbar masa lalu pada orang lain. Dasar lelaki tak punya malu. "Bu Alia menolak Pak Marcel?" Mia menatap tak per
last updateLast Updated : 2022-09-12
Read more

Kecupan di Pagi Hari

“Kamu siapa? Kenapa handphone suamiku ada di kamu?” cecarku.Beberapa kali ku elus dada seraya menahan gemuruh di dalamnya. Lagi,kuusir pikiran buruk yang mendominasi baik hati mau pun pikiran. Aku tak mau berpikiran buruk kepada Bang Rizal. Namun tak bisa kupungkiri ada rasa khawatir di sini.“Hallo!Hallo!” ucapku lagi karena tak ada jawaban dari wanita itu.“Bang Rizal mana?” Nada suaraku naik satu oktaf.Lagi dan lagi tak ada jawaban dari seberang sana,hanya suara musik yang masuk ke dalam indra pendengaran ini. Hingga tak berapa lama panggilan terputus begitu saja. Dia mematikan sambungan teleponku. Tak mau menyerah aku kembali menghubungi nomor Bang Rizal tapi justru nomornya tak aktif. Sial!Perlahan kuatur napas agar sesak dalam rongga dada sedikit berkurang. Namun justru bayang-bayang perselingkuhan Bang Rizal menari-nari dalam angan. Aku takut kejadian bersama Mas Alvan terulang kembali. Ya Tuhan ... jangan sampai itu terjadi lagi.Jarum jam sudah menunjukkan angka satu dini
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

Rizal Cemburu

Pov Alia"Menyingkir, Bang! Jangan sentuh aku!" Kudorong tubuh kekar yang hampir menindihku. "Memangnya gak kangen?" godanya seraya mengedipkan mata ke arahku. Aku membalikkan badan, suara wanita semalam kembali terngiang di telinga. Rasa kesal yang sempat luntur kini kembali muncul, ditambah Bang Rizal tak ada etika untuk meminta maaf. Dasar lelaki! "Sudah siang, Sayang, kamu tidak lapar?" ucapnya sambil menarik pundakku agar bisa berhadapan dengannya. "Gak, gak laper!"Krucuk... Krucuk.... Cacing dalam perut menjerit serempak hingga menimbulkan bunyi yang terdengar begitu jelas. Menyebalkan, ini namanya mempermalukan diri sendiri, sudah tahu lapar tapi bilangnya tidak lapar. Aduh, ketahuan deh! "Ha ha ha ... Katanya tidak lapar, tapi bunyi perutnya menggelegar," ledeknya lagi. Aku menekuk wajah, rasa kesal dan marah masih mendominasi hati, belum berkurang hingga mendengar kata maaf yang keluar dadi mulut lelaki di hadapanku ini. Namun nampaknya suamiku ini tak kunjung mengert
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Marcel Terkejut

Pov Alia"Siapa Alia?" Bang Rizal menatapku tajam. Aku menelan ludah melihat ekspresi wajah Bang Rizal yang tiba-tiba masam. Sudah seperti mangga muda yang dijual di tukang rujak pinggir jalan. "O, ada Pak Rizal... Apa Bang Rizal, ya? Bang Rizal saja, toh ini bukan di kantor atau membicarakan masalah pekerjaan. Jadi lebih enak panggil Bang, iya, kan Alia?"Aku mencebikkan bibir mendengar ucapan Marcel. Lelaki ini kenapa harus menghubungiku di saat seperti ini? Baru juga melepas rindu, eh, diusik oleh telepon darinya. "Ada perlu apa?" tanya Bang Rizal sedikit ketus. "Hanya mengingatkan Alia agar tidak lupa makan," jawab Marcel tanpa merasa bersalah sedikit pun. Seketika Bang Rizal mengepalkan tangan di atas meja, wajahnya memerah sudah seperti kepiting rebus. Belum lagi pundak yang naik turun. Kalau telepon Marcel dibiarkan ... Pasti akan menimbulkan ledakan nuklir yang sangat dahsyat. Melihat Bang Rizal sedikit lengah, aku segera mengambil ponsel yang terletak di atas meja, tepa
last updateLast Updated : 2022-09-15
Read more

Tamu Perempuan

"Ka-kalian menikah? Bukankah kalian kakak adik?" tanya Marcel terbata. Wajahnya terkejut luar biasa. Apa dia tak tahu berita heboh beberapa bulan yang lalu. Saat fotoku dan Bang Rizal tersebar luas di media sosial. Bahkan pernikahan kami menjadi topik utama. Marcel tak melihat atau tiba-tiba lupa ingatan? Bang Rizal tersenyum puas melihat ekspresi wajah Marcel. Rasa kesal yang sempat hadir menguap lalu terbawa angin. Secepat itu hati Bang Rizal berubah? "Ha ha ha, makannya lihat berita viral, Bro!" Marcel menggelengkan kepala, ia masih tak percaya dengan berita yang baru saja ia dengar. "Kalian saudara kandung, haram hukumnya," ucap Marcel lagi. "Alia kamu jelaskan saja, Abang tunggu di ruangan." Bang Rizal melangkah pergi meninggalkan aku dan Marcel. "Kita bicara di ruang meeting saja, Cel. Tak enak dipandang orang lain."Marcel mengangguk lalu melangkah mengikutiku dari belakang. Kami duduk bersebelahan di ruang meeting. Sepi dan sunyi, gambaran ruangan ketika kami diam memb
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status