##BAB 29 Bersekongkol dengan Gilang“Tania ... Rosalinda?” ulangku dengan mata membelalak.“Iya betul, Nak. Panggilannya Nia, seperti itu kurang lebih ciri-cirinya. Apa Nak Nayla kenal?” tanya Bu Wak dengan sorot mata berharap.Aku berpikir sejenak, seperti pernah mendengar nama itu. Tapi, di mana? Kapan?Sebelum gegabah aku harus benar-benar memastikannya terlebih dahulu keakuratannya.“Ehm ... nggak papa, Nayla Cuma pernah dengar. Terkesan familiar, tapi biar Nayla pastikan dulu, ya, Wak. Nayla nggak mau Wak terlalu berharap dan bergantung sama Nayla nantinya,” ujarku dengan lembut.“Iya, Ibu paham kok. Kalau gitu Ibu permisi dulu, ya. Sepertinya Vano sudah mulai mengantuk.” Bu Wak beranjak berdiri sembari menggendong Vano.“Iya, Wak. Selamat beristirahat, semoga Wak bisa betah di sini, ya,” kataku seraya membelai rambut bocah menggemaskan itu.“Tentu saja Ibu akan betah di sini, Nak. Hanya saja Ibu sungkan, sudah terlalu banyak merepotkan Nak Nayla.”“Nggak papa, udah nggak usah d
Baca selengkapnya