"Hallo, assalamualaikum, Fatan," ucap Fatma menelpon adik sepupunya, suara Fatma terdengar memilukan disertai dengan tangisan. "W*'alaikumus'salam, Kak kenapa nangis?" nada suara Fatan terjelas sangat cemas, lalu ia bangkit dan meninggalkan laptopnya yang masih menyala. "Fatan ...." Isak tangis yang menjeda ucapan Fatma, permasalahan hidupnya terlalu pelik hingga membuat mulutnya terbungkam oleh tangisan. "Kenapa, Kak? apa Ahza menyakitimu lagi?" Fatan semakin cemas kala tangisan sang kakak tak juga terhenti, beberapa kali ia merubah posisi duduknya. "Mereka sudah mendzalimi Mbak, Tan ...." Lagi-lagi tangisan itu membungkam bibir Fatma, lidahnya kelu untuk meneruskan ucapannya. Fatma menangis tersedu-sedu, kedua bahunya terguncang, juga kedua telapak tangan yang basah oleh keringat, rasa sedih, marah dan kecewa bergulung menjadi satu dalam rongga dadanya. Luka yang ditorehkan Ahza seakan tak berhenti, lelaki itu terus memahat hati Fatma dengan derita dan air mata. "Tenang ya,
Baca selengkapnya