Semua Bab Aku Tak Bodoh: Bab 21 - Bab 30

151 Bab

Part 21

Pukul sepuluh lebih sepuluh menit tukang urut datang ke rumahku. Dia seorang wanita paruh baya, persis seperti ibuku. Namanya Bu Lilis. Wajahnya teduh dan selalu dihiasi senyuman. Dia datang dengan diantar seorang remaja pria yang wajahnya juga hampir mirip dengan ibu tersebut. Raka namanya, dia cucunya Bu Lilis. "Ini Bu, Istri saya yang mau di urut. Kakinya keseleo hingga bengkak begini." Mas Bima mengenalkan aku pada Bu Lilis. "Oh ini ya istrinya Mas Bima. Cantik dan manis ya, semua di borong," pujinya ramah. "Ha ha Ibu ini bisa aja," balasku malu-malu keong. "Iya beneran loh Mbak. He he. Oia, dimana mbaknya mau diurut?" tanya Bu Lilis. Suaranya benar-benar buat candu, seperti suara putri keraton. Lemah lembut ngangenin. "Disini saja Bu. Ibu bisa ngurut seluruh badan juga?" tanyaku penasaran. Karena sepertinya badanku protes minta diolah juga. "InshaAllah, bisa Mbak. Apa mau badannya diurut juga?""Iya Bu, boleh. Saya sudah lama nggak urut badan. Pegal pegal nih." "Boleh, tap
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

Part 22

Bu lilis sudah permisi pulang. Badan dan kakiku pun sudah kembali ting ting. Aku berjanji bila ada waktu senggang akan ke rumahnya untuk main, sekalian pengen berkenalan dan bersahabat dengan ketiga putri kembar Bu Lilis, yang usianya tidak terlalu jauh dariku. Badanku benar-benar terasa segar. Ah, seketika aku ingin memanjakan diri ini? Pengen nyalon, shoping. Aku pun tak ingat kapan terakhir kali aku melakukan itu semua. Rumah terasa hening. Kemana para parasit pergi? Pasti perginya juga dengan para benalu. Oia, aku mau telepon Bu Kokom aja deh. "Halo, Bu kokom," sapaku ramah. "Halo Mbak Firda, ada apa ya?" tanyanya juga dengan keramahan. "Saya mau nanya ni Bu, apa Suami saya ada keperluan dengan ibu?" Nggak mau bertele-tele, aku langsung bertanya perihal Mas Bima. "Oh, Mas Bima? Iya ada Mbak. Biasalah mau pinjam uang. Kenapa Mbak? Apa Mbak Firdanya mau nambah?" sambungnya lagi. "Nambah? Saya malah nggak tahu menahu kalau soal itu, cuma tadi saya ada dengar sedikit kalau Sua
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

Part 23

Waktu magrib telah berlalu. Sebentar lagi hari akan menjelang malam, tetapi dua parasit belum juga kembali pulang. Bukan aku merindui mereka, hanya saja jika tak pulang-pulang lagi kemari kan aku jadi jelas. Lebih baik kamar yang dipakai mereka kusewakan sama anak kos. Dapat uang hati damai. Aku berniat mengajak Mas Bima pergi shoping ke Ra*a*an* plaza. Niat hati mau mencari onderdil. Karena kemarin sempat aku melihat beberapa onderdilku terpampang manis di dalam kamar mandi, padahal aku sama sekaki tak menggunakannya. Lancang sekali memang. Entah Viona entah Tante Tika yang sudah menggunakan nya. Yang jelas aku jadi gelay … jijai bajai. Hiiiii. "Mas temenin Firda shoping, yuk!" ajakku bersemangat. "Mau kemana?" "Ke Ra*a*an* plaza aja, mau cari onderdil buat Firda.""Daleman?" "Heg ehg. Yuk!""Tapi kamu masih sakit loh, Dek.""Iya gak papa Mas, kalau sudah shoping pasti cepat sembuhnya. Percaya deh. Yuk!" Mas Bima tak banyak bicara lagi. Dia segera beranjak dari duduknya dan kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-06
Baca selengkapnya

Part 24

Akhirnya pilihan kami jatuh pada angkringan. Perutku begah karena kekenyangan. Tak tanggung tanggung aku memesan semua menu di angkringan ini. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, dari yang dalam sampai yang luar khusus malam ini ku manjakan mereka. "Sudah setengah sebelas malam, Mas. Kita pulang?" ajak ku ketika menyadari hari semakin larut. "Ayo! Mas juga sudah lelah. Dari tadi muter muter nemenin kamu, yang ada Mas malah nggak dibelikan apa-apa!" protes Mas Bima sambil merokok. "Muter cuma cari makanan aja kok lelah Mas. Mas lelah karena kebanyakan main di pusat permainan tadi, wong Firda shopping muter muter sendiri, kok. Pun seharusnya kamu dong Mas yang belanjain Firda. Ini kok malah nuntut Firda buat beliin kamu barang. Lucu tau Mas," protes ku tak terima. "Ya nggak salah juga sih Dek, istri belanjain barang buat suaminya. Apalagi istrinya kerja banyak duit," kelit Mas Bima, terdengar sangat bijak jika suamiku ini berbicara. "Mas Bima, Firda kerja banyak duitnya juga buat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Part 25

"Tapi tadi Viona sudah kasih tau Mbak Firda, kalau kami mau keluar juga. Masa harus ngulang kasih tau lagi sih!" sambung Viona tak suka disalah salahi. "Kasih tau mau pergi tapi belum jadi, lain halnya dengan permisi yang sudah mau pergi!" Paham kamu Viona? Kalau belum paham mari kita selesaikan di dalam saja. Mbak sudah lelah. Mas, tolong dong buka pintu rumahnya, masa dari tadi cuma dengerin perempuan debat mulut!" protesku kesal melihat Mas Bima diam saja sambil memainkankan gawainya. Pasti ML lagi, hingga lupa diri. Mas Bima langsung berlalu begitu mendengar instruksi dariku. Dia membuka kan pintu rumah. Aku langsung nyelonong masuk kedalam rumah sambil meninting semua belanjaan yang ada di tangan, menuju kamarku. Para benalu dan parasit juga ikutan berlomba lomba masuk. Suara desisan mengigil dari mulut mereka menandakan kalau mereka sudah kelamaan menunggu di luar hingga kedinginan. "Bim, tolongin Ibu gendong Dini ke dalam dong!" pinta Ibu mertua kepada Mas Bima. "Ya, Bu!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Part 26

Hei … apa ini? Aku merasakan sesuatu di kantong celana Mas Bima yang digunakannya tadi malam ketika kami jalan. Aku menarik benda itu dan … tralala trilili, aku menemukan kertas berwarna merah sebanyak lima lembar. Uang biru tujuh lembar, selebihnya warna hijau dan abu abu. Beneran minta disleding ni lakik. Yang begini ini katanya nggak punya uang? Terus ini apa namanya? Buku mantra? Hah, aku mengucap syukur. Ternyata rezekiku harus dengan jalan seperti ini. Ha ha ha. Kesal dengan suami tapi tetap melaksanakan kewajiban istri di atas kasur, langsung tunai di balas sang Pencipta. Walau kuyakin bakalan ada drama setelah penemuan ini. Semua kain kotor sudah kurendam sebentar, lanjut memasukkannya ke mesin cuci, beres. Tinggal menunggu mesin mati sendiri. Lanjut mengelap barang-barang furniture yang ada di rumah. Barang-barang besar kepunyaan Mbak Yana masih tetap berada di tempat yang semalam. Posisinya belum berubah. Belum pulangkah? Aku menuju kamar Viona dan segera membuka pintun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Part 27

Aku telah sampai di rumah kontrakan. Suara musik terdengar seperti suara peluncuran pesawat luar angkasa. Hingga sistem pencernaanku seketika mati rasa. Dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar, rektum, dan anus, serasa akan terburai burai. Oh Tuhan, hentikan siksaan ini, di rumahku sendiri. Kantong plastik belanjaanku juga terasa bergetar. Aku mengintip ke dalamnya siapa tahu ikan-ikan di sana ternyata hidup kembali, demi mendengar suara memekakkan telinga ini. Aku memasuki rumah dengan hati yang mendongkol. Bagaimana tidak, ketika rumah kutinggalkan dalam keadaan bersih kini setelah kembali, bentuknya berubah jadi acak kadut. Kotak elektronik beserta plastik putih untuk dalamannya berserakan. Gabus penahan di dalam kotak sedang diprintilin oleh Dini dengan kuku-kuku yang kotor nan tajam buat mainan, hingga serpihannya beterbangan kesana kemari, dan itu dilakukannya di atas sofaku. Price tag dari baju baru para benalu dan parasit juga t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Part 28

Plek! Plek. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan sebuah suara teriakan, berbarengan dengan lemparan sepasang sandal swal**w buluk yang melayang sendiri masuk ke dalam rumahku. Kami semua kaget dan melihat dari mana asal sandal yang terbang itu. "Apa itu?" tanya Tante Tika kaget. "Woi! Ziapa yang putar muzik zeperti kezetan itu, hagh!" Aku keluar menuju pintu rumah. Ternyata Pak Parlindungan, tetanggaku yang rumahnya hanya berselang tiga pintu dari rumah kontrakan. Ia sudah berada di depan teras rumah. Kanan kiri pipinya terlihat koyo cabe. Pak Parlindungan juga orang perantauan dari Sumatera Utara sama sepertiku, bedanya dia dari Medan, sedangkan aku dari Pematang Siantar. "Ya, Pak? Ada apa ya?" tanyaku ramah, karena melihat raut wajahnya yang begitu kesal. "Ziapa yang kezurupan di rumah mu ini Pirda?" terangnya begitu menerima pertanyaanku. "Kesurupan? Siapa yang kesurupan Pak Palin?" tanya Ibu Mertuaku bingung. Ia juga ikut melihat keluar. "Eeeh … Palin-Palin kau bilang, Mak. Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Part 29

"Sam-bal apa ini? Hah. Ini na-manya bu-kan maka-nan, sst hah, tapi ra-cun. Pedas am-mat!" ucap Tante Tika setelah makanan habis di piringnya. Aku diam tak menanggapi. Meja kubersihkan. Piring kotor ditinggalkan begitu saja oleh mereka. Tak apa, ada kejutan yang menunggu kalian. Lima belas menit kemudian … "Mbakyu, cepet gantian. Aku nggak tahan lagi nih!" jerit Tante Tika. "Ya sabar toh, Jeung! Mbak juga masih muleees," balas Ibu mertua dari arah kamar mandi. "Viona juga sudah nggak tahan, mau keluar ni Wak," ujar Viona sambil muter-muter di dapurku. "Keluar dulu Mbak, nanti sambung lagi. Hiks," rintih Tante TikaIbu mertua keluar dari persembunyiannya dari bilik temenung, ia disambut tubrukan serta dorongan oleh Tante Tika dan Viona, yang sama-sama tak mau mengalah. "Isss, Mama, Viona dulu dong! Mules banget ini. Aaahh ….""Nggak, Mama dulu, Yon! Sepertinya Mama sudah kincrit di celana!""Aduuuh, Mama …."Brooot! Brut tut tut tut … "Kan, Mamaaaa, aaaah …."Iyyuuuuh … menjijik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya

Part 30

"Kalau sampai sore ini dia belum pulang juga, pintu rumah kamu dobrak saja Bim!" usul ibu mertua terdengar pintar. "Ihhhh, jangan dong Bu, kalau rusak gimana? Jadi jelek dong rumah Yana!""Ya mau bagaimana lagi Yan, besok arisan di rumah kita! Masa, pintu rumah nggak bisa dibuka. Mau kemana kita?""Ya di rumah Bima kan, bisa Bu?" tawar Mas Bima enteng. "Ogah! Rumah jelek dibuat arisan, Yana! Malu dong sama para tetangga. Yana mau pamer barang-barang di rumah kita, Bu!""Ck, siapaaaa juga yang mau izinin Mbak Yana arisan di rumah Firda. Ogah!""Yee, Mbak juga ogah!""Yasudah Mas, pergi sana gih, dobrak pintu rumah Mbak Yana!""Fir, kamu kasih obat pencahar ya ke makanan kita?" Tiba-tiba Tante Tika berujar setelah kembali lagi dari kamar mandi. Kasihan juga WC-ku, dibombardir oleh para parasit. Tante Tika dan Viona sudah berada di depan kami, sembari meringis dan mengelus perut. Saat disandingkan seperti ini, wajah mereka terlihat kembar bagai pinang yang menyedihkan, pucat seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status