All Chapters of Hamil anak siapa?: Chapter 81 - Chapter 90
98 Chapters
Kunjungan bersama
Hai, mari kita lanjut. ____Sebagai satu-satunya teman yang mulai paham keadaan Nadia, Cerry datang menjenguk Kenan dengan membawa mainan mobilan sebagai hadiah kecil bagi bayi lucu itu. "Tante Cerry bawa ini buat Kenan, lucu, kannn ...," cicitnya membuat Kenan yang dipangku Nadia tersenyum lebar. "Makasih Tante Cerry," ujar Nadia. Cerry duduk di sudut brankar. "Nad, udah boleh pulang hari ini?" Cerry memegang jemari tangan Kenan lembut. "Iya. Barusan dokternya visit." Nadia menatap ke arah pintu. "Hai," sapa Arlan. Ia datang lagi, kali ini dengan tangan hampa. "Cer," sapa Arlan. Cerry terkejut, ia mengangguk ragu. "Halo Kak Arlan," sapanya kaku. Cerry melihat Arlan itu menyeramkan, karena perawakannya yang sedingin es, padahal sebenarnya tidak. "Kenal?" tunjuk Nadia bergantian ke dua orang itu. "Enggak," jawab kompak mereka. "Aku cuma tau karena kemarin sempat tanya nama dia," lanjut Arlan. "Iya, karena Kak Arlan waktu itu sempet tanyain lo beberapa kali, Nad, jadi kita ke
Read more
Pelukan Erat
Nyatanya Nadia terlalu peka dengan keadaan, ia tak mudah percaya atas sikap baik Arlan kepadanya. Nadia pun kembali menarik diri, ia memberi jarak supaya tidak terlalu dekat dengan lelaki tinggi tegap berperawakan seperti aktor korea Rowoon, hanya saja kulitnya tak terlalu putih."Makasih udah antar Nadia, Yah," ucapnya lalu mencium pipi Arkana."Sama-sama, Nak. Oh iya, kamu yakin nggak mau dijemput? Bunda marah kamu pulang sendirian.""Aku sama Cerry. Ayah hati-hati, ya, i love you." Nadia lalu turun, sebelum menutup pintu ia melambaikan tangan dahulu."Love you more, Nadia," balas Arkana yang selalu menganggap Nadia anak kecil.Nadia melangkah ke area kampus, satu bulan berlalu setelah terakhir ia diantar Arlan dari rumah sakit dan menemani berkunjung ke pemakaman Deva. Hatinya masih tak siap ada lelaki lain mendekat walau berlabel teman."Nad," kembali suara Arlan menyapa untuk kesekian kalian kalinya dan kesekian kali pula Nadia abaikan. Ia berjalan cepat menuju ke koridor lain me
Read more
Larangan keluarga
Arlan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Memang benar jika ia jatuh cinta dengan Nadia sejak pertama melihat di kampus. Sebelum ia tau jika Nadia anak Arkana. "Aku nggak bisa janji kapan jatuh cinta sama kamu, Lan, Deva terlalu berarti untuk aku," lirih Nadia saat keduanya duduk di meja makan rumah Nadia. "Aku paham, aku nggak akan paksa kamu, asal kamu jangan minta aku menjauh. Aku nggak bisa, Nad." Arlan menggenggam jemari tangan Nadia. "Aku mau kita saling mengenal secara lebih jujur. Statusku janda, ada anak satu. Itu nggak mudah untuk aku apalagi kamu. Prioritasku bukan kayak anak seusiaku lainnya, kamu pasti tau itu. Jadi aku mohon kamu ... sedikit lebih terima kenyataan kalau nanti aku lebih nyaman anggap kamu teman. Nggak papa, 'kan?" Terdengar seperti penolakan di telinga Arlan, tapi ia tak gentar. Dengan anggukan kepala ia menjawab. Kemudian tersenyum sembari bertopang dagu. "Sorry, tadi kelepasan," ucapnya sembari menarik ujung hidung Nadia. Perempuan itu
Read more
Janji Arlan
Wajah Arlan lesu setelah mendengar permintaan orang tua Nadia. Ia sadar jika memang terlihat buru-buru. Ternyata, Arkana melihat saat malam itu Arlan pulang dari rumah Nadia. Lelaki itu pulang ke rumahnya lebih dulu karena tidak enak badan, lalu sopir kembali pergi menjemput Risa dan Calvin. Diam-diam Arkana mengintip, bahkan saat Nadia tersenyum seraya melambaikan tangan ke Arlan yang pergi dengan mobil. "Nadia butuh mengejar impiannya, kami paham perasaan kamu. Cinta tidak bisa ditahan atau larang, tapi kami terpaksa lakukan demi Nadia dan Kenan yang butuh waktu rehat setelah kepergian Deva." Arkana dengan tegas mengucapkan itu. "Tolong mengerti Arlan. Nadia, ingin menjadi seorang desainer, biarkan ia fokus mewujudkan itu. Jika memang kalian berjodoh, akan kembali lagi entah dengan cara seperti apa dan kapan waktunya." Raka ikut bicara, ia dan Devinta bukannya melarang Nadia menemukan cinta yang baru, hanya saja terlampau cepat. "Kami semua menyayangi Nadia, jika kamu juga sepe
Read more
Berubah
"Nadia! Udah siap, 'kan?!" teriak floor director. Nadia menatap, mengacungkan ibu jari lalu berdiri mundur beberapa langkah. Kedua matanya menatap semua model catwalk yang akan membawakan pakaian hasil rancangannya. "Oke, Nadia, here we go," gumamnya. Ia mendongak, tersenyum ceria. "Get ready girls! Its show time! Good luck!" teriaknya memberi semangat kepada para model. Nadia bersedekap, dentuman musik mengiringi para model mulai berjalan ke arah panggung. Lampu sorot juga lampu kamera penonton yang hadir membuat semua fokus ke arah model dan baju yang diperagakan. Ini memang bukan kali pertama Nadia memamerkan karyanya dalam setahun kebelakang, tetapi kali ini rancangannya masuk ke ajang bergengsi kelas dunia yang diadakan di Milan. Tidak mudah untuk tembus ke sana, harus karya apik juga saingan kuat. Nadia mengusung nama brand yang ia ciptakan bernama : Fovere, diambil dari bahasa latin yang artinya nyaman. Dua puluh lima baju ia siapkan, hiasan kepala bahkan asesoris lainnya
Read more
Pelukan rindu
Ketika jarak yang membentang, nyatanya mampu membuat seseorang berubah sifat. Janji yang terucap, seolah menguap. Milan, kota yang indah hingga membuat Nadia betah. Walau tetap saja, sendirian tidaklah nyaman. Cerry, sang asisten juga sahabatnya di kota itu bersama suami, tidak dengan Nadia yang berjibaku dengan diri sendiri. "Hah ... mimpi buruk ketemu dia lagi. Janji apaan, bullshit! Empat tahun. Lose contact dari hari itu dan sekarang sekalinya ketemu senyum juga nggak. Fine! Forget him!" erang Nadia kesal bukan kepalang. Sudah dua jam sejak ia kembali ke kamar hotel, tak satu pun desain gaun pengantin pesanan sepupunya berhasil ia buat. Idenya buntu, otaknya mampet tersumbat Arlan. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Nadia memutuskan keluar dan have fun di salah satu club malam yang banyak didatangi model kelas atas juga desainer terkenal. Nadia menghubungi seseorang, ia menanyakan apakah ada akses khusus ke sana sehingga ia tak perlu menunggu antrian, tak masalah jika ia me
Read more
More and more
Nadia membalas pelukan. Empat tahun lamanya mereka berpisah, kini saat bertemu kembali tak ada canggung. Seperti hanya berpisah sebentar. "Kenan udah sekolah?" Arlan takjub dengan bibir penuh krimi pasta jamur dengan daging asap. "Iya. Kenan minta sekolah. Dia udah lancar baca. Bunda yang ajarin dia, Ayah yang arahin Kenan haruh ini itu. Jujur, kadang porsiku sebagai Mamanya cuma saat Kenan tidur minta dikelonin, nangis minta jajan es krim, atau saat benar-benar mau dimanja. Kenan kayak tau Mamanya fokus menjadi seseorang yang bisa dia banggakan." Nadia mengigit pizza keju pesanannya. Arlan mengusap kepala Nadia, seperti yang suka dilakukan pria itu. "Aku juga bangga, sangat," pujinya begitu tulus. "Waktu Cerry nikah, kamu sama Mama nggak dateng, kenapa?" Nadia meneguk bir dingin miliknya. "Menghindar ketemu kamu. Karena kalau saat itu kita ketemu, aku nggak bisa berhenti nggak kejar kamu, Nad, dan semua rencana bubar jalan." Arlan tertawa. Nadia berdeham, mengapa ia menjadi GR d
Read more
Cinta tidak rumit
Nadia selesai membersihkan diri, ia beralih merapikan pakaian ke dalam koper besar yang akan ia bawa kembali ke Jakarta. Arlan tersenyum, menatap dengan penuh cinta wanita yang kembali bersamanya. Harapan baru tentang masa depan keduanya sudah di depan mata, Arlan masih harus melakukan satu hal lain, yaitu meluluhkan Kenan yang katany Nadia protektif kepadanya.“Kamu nggak mandi? Sana mandi, aku mau ke toko baju, mau beli untuk Kenan,” ujar Nadia tak lama setelah ia menutup koper. Terlihat berat hingga membuat Arlan segera beranjak, membantu Nadia meletakkan di pojok kamar.“Bilang kalau butuh bantuan, jangan sok kuat,” lirih Arlan lalu mengecup pipi Nadia. Suara bel pintu kamar terdengar. Nadia panik, itu pasti Cerry dan suaminya. Sedangkan Arlan tampak santai dan tenang. Ia segera memakai baju dan celana, sebelumnya ia hanya memakai boxer.“Arlan, kalau Cerry—““Kenapa? Kita pacaran, ‘kan?” Arlan mendekat ke pintu, Nadia tampak panik dan hanya bisa mengigit bibir bawahnya.“Nad— Heh
Read more
Restu orang tua
"Mama, Om itu suruh pergi!" omel Kenan. "Kenan, nggak sopan, Nak, nggak boleh gitu," tegur Risa. Ia lalu mengajak cucunya masuk ke dalam rumah yang ditempati Nadia. Arlan meringis, Nadia meraih jemari tangan Arlan lalu mengajak masuk ke dalam rumah. Kenan memanyunkan bibirnya, ia kesal saat melihat Arlan duduk di dekatnya. "Kenan, Mama mau bikin makanan dulu, temani Om Arlan, ya, Nak." Nadia beranjak, ia tersenyum ke Kenan lalu beralih ke Arlan yang menganggukkan kepala. Risa sendiri hanya senyam senyum, terlihat jelas jika Kenan tak suka dengan kehadiran Arlan. "Kenan, udah gede ya. Dulu masih bayi Om gendong, Kenan juga bobonya maunya sama Om," ujar Arlan sembari melirik ke Kenan yang mengganti acara di TV dengan remot. Kenan diam saja. Hingga beberapa menit kemudian Kedua lelaki beda usia itu saling diam. "Makanan siap, yuk, makan," panggil Nadia. "Kenan, ajak Om Arlan. Habis makan kita ke mal, katanya mau beli sepatu sekolah." Nadia mengatur piring. "Oh, iya, Kenan minggu
Read more
Jemput sekolah
Gerakan Arlan guna meluluhkan hati Kenan terus dilakukan. Ia bahkan menyempatkan diri datang ke sekolah bocah itu. Padahal Nadia sudah melarang karena ia yang akan menjemput. Arkana keras kepala dan memaksa ke sekolah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Kenan sudah masuk pekan ke dua sekolah dan info dari Nadia, jika Kenan lanjut les calistung juga drum band cilik hingga pukul tiga sore. Anak TK jaman sekarang, sekolahnya lama. Namun, asiknya di sekolah Kenan, ada jam tidur siang, jadi mirip day care. Arlan masih duduk di dalam mobil, ia memangku laptop, bahkan dirinya melakukan pekerjaan tapi tetap usaha dekat dengan Kenan. "Ya, halo," jawabnya sambil menjepit ponsel dengan bahu di telinga kanan. "Pak Arlan dicari Bu Ratu, apa bisa ke kantor lagi?" Duh, lupa. Arlan ada meeting jam empat dengan Ratu. Sekarang jam tiga kurang, jarak sekolah ke rumah Nadia lalu ke kantor lagi akan memakan banyak waktu. "Bisa," jawab Arlan sambil menggigit bibirnya, ia khawatir pa
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status