Share

Pelukan Erat

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2023-01-27 16:21:18

Nyatanya Nadia terlalu peka dengan keadaan, ia tak mudah percaya atas sikap baik Arlan kepadanya. Nadia pun kembali menarik diri, ia memberi jarak supaya tidak terlalu dekat dengan lelaki tinggi tegap berperawakan seperti aktor korea Rowoon, hanya saja kulitnya tak terlalu putih.

"Makasih udah antar Nadia, Yah," ucapnya lalu mencium pipi Arkana.

"Sama-sama, Nak. Oh iya, kamu yakin nggak mau dijemput? Bunda marah kamu pulang sendirian."

"Aku sama Cerry. Ayah hati-hati, ya, i love you." Nadia lalu turun, sebelum menutup pintu ia melambaikan tangan dahulu.

"Love you more, Nadia," balas Arkana yang selalu menganggap Nadia anak kecil.

Nadia melangkah ke area kampus, satu bulan berlalu setelah terakhir ia diantar Arlan dari rumah sakit dan menemani berkunjung ke pemakaman Deva. Hatinya masih tak siap ada lelaki lain mendekat walau berlabel teman.

"Nad," kembali suara Arlan menyapa untuk kesekian kalian kalinya dan kesekian kali pula Nadia abaikan. Ia berjalan cepat menuju ke koridor lain me
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
@gothil
jadi tau idola mba Evi tuh ,,rowoon tho,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hamil anak siapa?   Larangan keluarga

    Arlan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Memang benar jika ia jatuh cinta dengan Nadia sejak pertama melihat di kampus. Sebelum ia tau jika Nadia anak Arkana. "Aku nggak bisa janji kapan jatuh cinta sama kamu, Lan, Deva terlalu berarti untuk aku," lirih Nadia saat keduanya duduk di meja makan rumah Nadia. "Aku paham, aku nggak akan paksa kamu, asal kamu jangan minta aku menjauh. Aku nggak bisa, Nad." Arlan menggenggam jemari tangan Nadia. "Aku mau kita saling mengenal secara lebih jujur. Statusku janda, ada anak satu. Itu nggak mudah untuk aku apalagi kamu. Prioritasku bukan kayak anak seusiaku lainnya, kamu pasti tau itu. Jadi aku mohon kamu ... sedikit lebih terima kenyataan kalau nanti aku lebih nyaman anggap kamu teman. Nggak papa, 'kan?" Terdengar seperti penolakan di telinga Arlan, tapi ia tak gentar. Dengan anggukan kepala ia menjawab. Kemudian tersenyum sembari bertopang dagu. "Sorry, tadi kelepasan," ucapnya sembari menarik ujung hidung Nadia. Perempuan itu

    Last Updated : 2023-01-30
  • Hamil anak siapa?   Janji Arlan

    Wajah Arlan lesu setelah mendengar permintaan orang tua Nadia. Ia sadar jika memang terlihat buru-buru. Ternyata, Arkana melihat saat malam itu Arlan pulang dari rumah Nadia. Lelaki itu pulang ke rumahnya lebih dulu karena tidak enak badan, lalu sopir kembali pergi menjemput Risa dan Calvin. Diam-diam Arkana mengintip, bahkan saat Nadia tersenyum seraya melambaikan tangan ke Arlan yang pergi dengan mobil. "Nadia butuh mengejar impiannya, kami paham perasaan kamu. Cinta tidak bisa ditahan atau larang, tapi kami terpaksa lakukan demi Nadia dan Kenan yang butuh waktu rehat setelah kepergian Deva." Arkana dengan tegas mengucapkan itu. "Tolong mengerti Arlan. Nadia, ingin menjadi seorang desainer, biarkan ia fokus mewujudkan itu. Jika memang kalian berjodoh, akan kembali lagi entah dengan cara seperti apa dan kapan waktunya." Raka ikut bicara, ia dan Devinta bukannya melarang Nadia menemukan cinta yang baru, hanya saja terlampau cepat. "Kami semua menyayangi Nadia, jika kamu juga sepe

    Last Updated : 2023-01-31
  • Hamil anak siapa?   Berubah

    "Nadia! Udah siap, 'kan?!" teriak floor director. Nadia menatap, mengacungkan ibu jari lalu berdiri mundur beberapa langkah. Kedua matanya menatap semua model catwalk yang akan membawakan pakaian hasil rancangannya. "Oke, Nadia, here we go," gumamnya. Ia mendongak, tersenyum ceria. "Get ready girls! Its show time! Good luck!" teriaknya memberi semangat kepada para model. Nadia bersedekap, dentuman musik mengiringi para model mulai berjalan ke arah panggung. Lampu sorot juga lampu kamera penonton yang hadir membuat semua fokus ke arah model dan baju yang diperagakan. Ini memang bukan kali pertama Nadia memamerkan karyanya dalam setahun kebelakang, tetapi kali ini rancangannya masuk ke ajang bergengsi kelas dunia yang diadakan di Milan. Tidak mudah untuk tembus ke sana, harus karya apik juga saingan kuat. Nadia mengusung nama brand yang ia ciptakan bernama : Fovere, diambil dari bahasa latin yang artinya nyaman. Dua puluh lima baju ia siapkan, hiasan kepala bahkan asesoris lainnya

    Last Updated : 2023-02-01
  • Hamil anak siapa?   Pelukan rindu

    Ketika jarak yang membentang, nyatanya mampu membuat seseorang berubah sifat. Janji yang terucap, seolah menguap. Milan, kota yang indah hingga membuat Nadia betah. Walau tetap saja, sendirian tidaklah nyaman. Cerry, sang asisten juga sahabatnya di kota itu bersama suami, tidak dengan Nadia yang berjibaku dengan diri sendiri. "Hah ... mimpi buruk ketemu dia lagi. Janji apaan, bullshit! Empat tahun. Lose contact dari hari itu dan sekarang sekalinya ketemu senyum juga nggak. Fine! Forget him!" erang Nadia kesal bukan kepalang. Sudah dua jam sejak ia kembali ke kamar hotel, tak satu pun desain gaun pengantin pesanan sepupunya berhasil ia buat. Idenya buntu, otaknya mampet tersumbat Arlan. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Nadia memutuskan keluar dan have fun di salah satu club malam yang banyak didatangi model kelas atas juga desainer terkenal. Nadia menghubungi seseorang, ia menanyakan apakah ada akses khusus ke sana sehingga ia tak perlu menunggu antrian, tak masalah jika ia me

    Last Updated : 2023-02-02
  • Hamil anak siapa?   More and more

    Nadia membalas pelukan. Empat tahun lamanya mereka berpisah, kini saat bertemu kembali tak ada canggung. Seperti hanya berpisah sebentar. "Kenan udah sekolah?" Arlan takjub dengan bibir penuh krimi pasta jamur dengan daging asap. "Iya. Kenan minta sekolah. Dia udah lancar baca. Bunda yang ajarin dia, Ayah yang arahin Kenan haruh ini itu. Jujur, kadang porsiku sebagai Mamanya cuma saat Kenan tidur minta dikelonin, nangis minta jajan es krim, atau saat benar-benar mau dimanja. Kenan kayak tau Mamanya fokus menjadi seseorang yang bisa dia banggakan." Nadia mengigit pizza keju pesanannya. Arlan mengusap kepala Nadia, seperti yang suka dilakukan pria itu. "Aku juga bangga, sangat," pujinya begitu tulus. "Waktu Cerry nikah, kamu sama Mama nggak dateng, kenapa?" Nadia meneguk bir dingin miliknya. "Menghindar ketemu kamu. Karena kalau saat itu kita ketemu, aku nggak bisa berhenti nggak kejar kamu, Nad, dan semua rencana bubar jalan." Arlan tertawa. Nadia berdeham, mengapa ia menjadi GR d

    Last Updated : 2023-02-02
  • Hamil anak siapa?   Cinta tidak rumit

    Nadia selesai membersihkan diri, ia beralih merapikan pakaian ke dalam koper besar yang akan ia bawa kembali ke Jakarta. Arlan tersenyum, menatap dengan penuh cinta wanita yang kembali bersamanya. Harapan baru tentang masa depan keduanya sudah di depan mata, Arlan masih harus melakukan satu hal lain, yaitu meluluhkan Kenan yang katany Nadia protektif kepadanya.“Kamu nggak mandi? Sana mandi, aku mau ke toko baju, mau beli untuk Kenan,” ujar Nadia tak lama setelah ia menutup koper. Terlihat berat hingga membuat Arlan segera beranjak, membantu Nadia meletakkan di pojok kamar.“Bilang kalau butuh bantuan, jangan sok kuat,” lirih Arlan lalu mengecup pipi Nadia. Suara bel pintu kamar terdengar. Nadia panik, itu pasti Cerry dan suaminya. Sedangkan Arlan tampak santai dan tenang. Ia segera memakai baju dan celana, sebelumnya ia hanya memakai boxer.“Arlan, kalau Cerry—““Kenapa? Kita pacaran, ‘kan?” Arlan mendekat ke pintu, Nadia tampak panik dan hanya bisa mengigit bibir bawahnya.“Nad— Heh

    Last Updated : 2023-02-03
  • Hamil anak siapa?   Restu orang tua

    "Mama, Om itu suruh pergi!" omel Kenan. "Kenan, nggak sopan, Nak, nggak boleh gitu," tegur Risa. Ia lalu mengajak cucunya masuk ke dalam rumah yang ditempati Nadia. Arlan meringis, Nadia meraih jemari tangan Arlan lalu mengajak masuk ke dalam rumah. Kenan memanyunkan bibirnya, ia kesal saat melihat Arlan duduk di dekatnya. "Kenan, Mama mau bikin makanan dulu, temani Om Arlan, ya, Nak." Nadia beranjak, ia tersenyum ke Kenan lalu beralih ke Arlan yang menganggukkan kepala. Risa sendiri hanya senyam senyum, terlihat jelas jika Kenan tak suka dengan kehadiran Arlan. "Kenan, udah gede ya. Dulu masih bayi Om gendong, Kenan juga bobonya maunya sama Om," ujar Arlan sembari melirik ke Kenan yang mengganti acara di TV dengan remot. Kenan diam saja. Hingga beberapa menit kemudian Kedua lelaki beda usia itu saling diam. "Makanan siap, yuk, makan," panggil Nadia. "Kenan, ajak Om Arlan. Habis makan kita ke mal, katanya mau beli sepatu sekolah." Nadia mengatur piring. "Oh, iya, Kenan minggu

    Last Updated : 2023-02-04
  • Hamil anak siapa?   Jemput sekolah

    Gerakan Arlan guna meluluhkan hati Kenan terus dilakukan. Ia bahkan menyempatkan diri datang ke sekolah bocah itu. Padahal Nadia sudah melarang karena ia yang akan menjemput. Arkana keras kepala dan memaksa ke sekolah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Kenan sudah masuk pekan ke dua sekolah dan info dari Nadia, jika Kenan lanjut les calistung juga drum band cilik hingga pukul tiga sore. Anak TK jaman sekarang, sekolahnya lama. Namun, asiknya di sekolah Kenan, ada jam tidur siang, jadi mirip day care. Arlan masih duduk di dalam mobil, ia memangku laptop, bahkan dirinya melakukan pekerjaan tapi tetap usaha dekat dengan Kenan. "Ya, halo," jawabnya sambil menjepit ponsel dengan bahu di telinga kanan. "Pak Arlan dicari Bu Ratu, apa bisa ke kantor lagi?" Duh, lupa. Arlan ada meeting jam empat dengan Ratu. Sekarang jam tiga kurang, jarak sekolah ke rumah Nadia lalu ke kantor lagi akan memakan banyak waktu. "Bisa," jawab Arlan sambil menggigit bibirnya, ia khawatir pa

    Last Updated : 2023-02-06

Latest chapter

  • Hamil anak siapa?   Restu

    Restu “Ma,” panggil Arlan sambil memeluk wanita yang sudah membesarkannya. Keduanya berpelukan semakin erat, melepas rindu setelah Arlan pergi hampir dua bulan lamanya dari rumah itu. Nadia masih menggandeng tangan Kenan yang mengangkat kepala, menatap Arlan dan calon neneknya mengharu biru. Mereka duduk bersama, Arlan dan Nadia juga diperkenalkan dengan calon suami Lisa. “Mama senang, Arlan mau mengerti dan memaafkan Mama.” “Arlan … minta maaf, Ma. Ini semua—“ “Mama paham, Lan,” selanya. “Kita makan siang, yuk. Mama masak sup buntut sapi kesukaan kamu. Nadia, bisa bantu Mama siapkan?” “Iya, Ma, bisa.” Nadia beranjak, walau ada pembantu, tetapi wanita itu ingin Nadia ikut serta menyiapkan, bukan tanpa alasan, ia mau dekat dengan calon menantunya yang sudah ia kenal sejak kecil—semenjak keluarga besar tau jika Nadia anak Arkana. “Ma, apa Mama nggak masalah kalau nanti pernikahana kami dilakukan di rumah orang tua Nadia?” ujarnya sambil menata piring. “Iya, sayang, kenapa harus d

  • Hamil anak siapa?   Tersadar

    Arlan mondar mandir berjalan di ruang tengah rumah Nadia, bahkan hal itu membuat Kenan terus menatap calon papa sambungnya dengan heran. "Papa, kenapa dari tadi mondar mandir?" tanyanya sambil mewarnai buku gambar. "Nggak apa-apa, Nan. Udah selesai PRnya?" Arlan mendekat, duduk sembari mengusap kepala Kenan penuh kasih sayang. Arlan begitu menyayangi Kenan, benar-benar seperti darah dagingnya sendiri. Nadia berjalan dari arah tangga, ia sudah selesai membersihkan diri. Pekerjaan di butik membuatnya harus pulang jam 8 malam. "Nan, PRnya udah selesai?" Nadia duduk di sebelah Arlan."Sedikit lagi, Ma," jawab Kenan yang masih fokus mewarnai ikan paus. "Setelah selesai tidur, ya," pesan Nadia. "Oke." Kenan mengacungkan ibu jari. Nadia bersandar manja pada bahu kekar Arlan, lalu mengendus bahu tunangannya. "Wangi," bisik Nadia. Arlan menoleh, tersenyum. Ia tadi menjemput Nadia setelah dari kosan, naik ojek online sampai ke butik. Dari butik baru lah ia yang mengemudikan mobil Nadia. "

  • Hamil anak siapa?   Bertemu Lisa

    Arlan belum mendapatkan pekerjaan, semenjak meninggalkan semua yang sebelumnya dimiliki, ia kini tinggal di kosan sederhana sambil terus mengirim lamaran kerja. Ponselnya berbunyi, satu pesan singkat membuatnya mengalihkan pandangan dari laptop hasil dipinjamkan Nadia. Setelah pergi, Arlan bahkan membuka rekening baru untuk mulai menyimpan uangnya. Tetapi kenyataannya ia meminjam uang Nadia untuk mulai hidup barunya. Arlan berdecak, tak mau menggubris pesan singkat itu. Fokusnya kembali menatap laptop, kepintarannya tidak selalu mudah mencari pekerjaan, walau banyak orang menganggapnya begitu. Menjelang siang, Arlan menjemput Kenan, bocah itu tampak senang, bahkan melompat memeluk Arlan yang berjongkok. "Papa nggak kerja?" Pertanyaan polos terucap. Arlan mengusap kepala Kenan lembut. "Libur. Eh, Nan, kita pulang naik buwsay, yuk, seru pasti," ajaknya. "Sama Mama boleh?" Kening Kenan berkerut, seumur-umur, ia bahkan belum pernah naik motor dibonceng siapapun, apalagi busway. "Bo

  • Hamil anak siapa?   Satu rahasia lagi

    Acara lamaran dilaksanakan di salah satu restoran favorit Arkana. Nadia yang booking sejak seminggu lalu. Ia dan Kenan tampak rapi dengan busana formal, bahkan Kenan meminta memakai kemeja dengan dasi kupu-kupu. Menggemaskan. Keluarga Nadia sudah hadir, menunggu kedatangan Arlan beserta mama dan keluarga inti lainnya. Risa tersenyum saat melihat putrinya cantik juga dewasa. Tak salah memilih Arlan untuk dijadikan suami. "Nadia, jangan gugup," kata Risa. "Nggak, Bun ... Nadia cuma nggak nyangka kalau sekarang bisa ada diposisi ini dan udah ada Kenan," seloroh Nadia mencoba tampak tenang. "Arlan itu anak baik. Jadi dia pasti nggak akan bikin kamu kecewa." Arkana menyahut. Nadia mengangguk. Keluarga lainnya yang hadir hanya kakak tertua Arkana, karena kedua orang tuanya sudah tidak ada, jadilah sulung dari keluarga yang mewakilkan. Dua saudara kandung Arkana lainnya berhalangan hadir. Menit berganti jam, Nadia mulai gelisah karena Arlan tidak menjawab teleponnya juga membalas chat.

  • Hamil anak siapa?   Sport day

    Nadia sibuk di butik juga studio, ia sedang mengurus baju pengantin pernikahan sepupu dan klien lainnya. Kenan datang, ia pulang sekolah di jemput sopir."Mama, hari sabtu besok ada lomba olahraga di sekolah," ujar Kenan. "Mama bisa datang, 'kan?" sambungnya."Aduh ... Kenan, Mama ada acara pernikahan klien Mama, gimana, ya?"Nadia menoleh sejenak sebelum lanjut membantu memasang beberapa payet cantik digaun pengantin yang terpasang pada manekin.­"Yah ...," keluh Kenan sedih."Acaranya jam berapa?""Jam tujuh pagi, Ma." Kenan duduk di sofa, menatap mamanya bekerja. Tiga asisten Nadia melirik ke arahnya."Mbak Nadia, minta tolong Pak Arlan aja," bisiknya.Nah, Nadia tidak ingat jika sekarang ada Arlan yang pasti senang dimintai tolong apalagi urusannya untuk Kenan.***Hari sabtu tiba, Arlan sudah sampai di depan rumah Nadia. Kenan juga sudah rapi memakai seragam olahraga sekolah, topi, sepatu dan membawa tas berisi handuk kecil, baju ganti juga botol minum."Udah siap, Nan?" sapa Arl

  • Hamil anak siapa?   Cemburu

    Momen penuh air mata pun selesai, Nadia membantu memakaikan sepatu Kenan, mereka akan berbegas malam mingguan ke mal. Kemana lagi, hiburan instan jika bukan ngemal. Arkana keluar dari kamar mandi, ia baru saja membasuh wajahnya yang sembab karena menangis bahagia.“Ayo,” ajaknya sembari mengusap kepala Kenan yang mengangguk. Nadia menarik tangan Arlan, lalu ia peluk erat. Arlan menenggelamkan wajah di ceruk leher Nadia. “Aku senang,” lirihnya.“Aku juga. Semoga kamu bisa jadi Papa yang baik Kenan dan … jadi … um ….” Nadia malu sendiri. Arlan merenggangkan pelukan, menatap wajah cantik Nadia dengan semburat merah dipipi.“Suami kamu yang begitu besar mencintai kamu,” bisik Arlan tepat didepan wajah Nadia, ia kecup pangkal hidung Nadia begitu lama.“Mama, Ay—“ Kenan geram, ia masuk lalu memukul paha Arlan, lelaki itu mengaduh.“Kenan nggak mau punya adek bayi!” teriaknya kesal.“Hah?!” Arlan dan Nadia kompak terkejut.***Jadi, Kenan ternyata dengar cerita dari teman-temannya di sekolah

  • Hamil anak siapa?   Luluh

    Kenan menatap jutek ke Arlan yang duduk menikmati sarapan pagi di rumah Nadia. Dengan mulut penuh mengunyah sereal coklat dengan susu putih, Kenan sepertinya lupa semalam ia tidur dengan lelaki yang dipanggilnya Papa. Arlan tesenyum, lalu meneguk kopi, setelahnya ia bertopang dagu.“Nan, tidurnya nyenyak?” pertanyaan itu membuat Nadia melirik cepat. Ia takut masih pagi sudah terjadi perang dingin.“Hm.” Kenan menjawab dengan enggan.“Kamu tidur sama Om Arlan, Nan,” sambar Nadia dari pada Arlan yang bicara.“Kenan tau,” sambung bocah itu.“Kamu ingat?!” Alran memekik.“Ingat. Terus kenapa?” lirikan Kenan masih menunjukkan ketidak sukaannya.“Kenapa kamu sekarang judes banget. Semalam aja … minta panggil Om, Papa.”“Nggak boleh?” sinis Kenan lagi. “Kenan kenyang. Mama, Kenan mau nonton di kamar, ya.”“Nonton di sini aja, jangan di kamar,” larang Nadia.“Oke, Ma.” Dengan langkah enggan, Kenan menuju ke sofa yang semalam ditiduri Arlan. Lelaki itu menoleh ke Nadia.“Kenan gengsi, Lan, sab

  • Hamil anak siapa?   Menginap semalam

    Arlan menggendong Kenan yang tertidur di dalam mobil menuju ke dalam rumah Nadia. Wanita itu menyambut dengan senyuman."Hai," lirih pelan Arlan lalu mencium pipi Nadia. Wanita itu tersenyum seraya menutup pintu rumah. Harum masakan membuat air liur Arlan mengumpul di rongga mulut, ia melirik ke atas meja makan, benar-benar calon istri idaman.Nadia membuka pintu kamar Kenan, Arlan merebahkan perlahan tubuh bocah kecil itu, tak lupa melepaskan sepatu."Jangan dibangunin, biar aja," bisik Arlan."Kamu kemalaman, anakku tidur pake baju sekolah, jorok, Lan," keluh Nadia yang juga berbisik."Udah ... nggak papa, sesekali, kasihan capek banget. Sibuk gambar sama makan di ruang rapat. Terus sama Bu Ratu dibeliin pizza, kenyang banget Kenan."Nadia mengangguk. Arlan menarik pinggang Nadia, ia peluk erat dengan posisi dirinya duduk di kursi meja belajar Kenan."I Miss you," bisik Arlan seraya mengulum senyum. Nadia menangkup wajah Arlan."Aku juga," jawab Nadia. Ia mengecup kening Arlan lama.

  • Hamil anak siapa?   Jemput sekolah

    Gerakan Arlan guna meluluhkan hati Kenan terus dilakukan. Ia bahkan menyempatkan diri datang ke sekolah bocah itu. Padahal Nadia sudah melarang karena ia yang akan menjemput. Arkana keras kepala dan memaksa ke sekolah. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Kenan sudah masuk pekan ke dua sekolah dan info dari Nadia, jika Kenan lanjut les calistung juga drum band cilik hingga pukul tiga sore. Anak TK jaman sekarang, sekolahnya lama. Namun, asiknya di sekolah Kenan, ada jam tidur siang, jadi mirip day care. Arlan masih duduk di dalam mobil, ia memangku laptop, bahkan dirinya melakukan pekerjaan tapi tetap usaha dekat dengan Kenan. "Ya, halo," jawabnya sambil menjepit ponsel dengan bahu di telinga kanan. "Pak Arlan dicari Bu Ratu, apa bisa ke kantor lagi?" Duh, lupa. Arlan ada meeting jam empat dengan Ratu. Sekarang jam tiga kurang, jarak sekolah ke rumah Nadia lalu ke kantor lagi akan memakan banyak waktu. "Bisa," jawab Arlan sambil menggigit bibirnya, ia khawatir pa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status