Home / Romansa / Madu Dari Suamiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Madu Dari Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30

69 Chapters

Bab 21 Nikmati Hari - hari Terakhir Kalian

"Berhenti, Dewi! Sekali saja kau melangkah keluar maka ..." Mas Bagas tak melanjutkan ucapannya. Kubalikkan badan demi melihat laki-laki yang sebentar lagi akan ku gugat cerai itu. Setelah kejadian ini, hatiku mantap untuk berpisah darinya. Tiada lagi keraguan. "Maka apa, Mas? Ayo lanjutkan ucapanmu. Kenapa berhenti," ucapku menantangnya. Pria itu menelan ludahnya, terlihat dari jakunnya yang naik turun. "Ok. Biar aku yang lanjutkan. Maka kau akan menalakku, itu 'kan lanjutannya, Mas? silahkan saja!" Kuteruskan langkah yang sempat berhenti. Langkah kakiku ini, adalah awal dari kehancuran kalian. Lihat saja! "Dewi, tunggu! Sayang ... Yang jangan pergi. Jangan begini, Yang! Jangan tinggalin Mas." Dasar pecundan*! Dia pikir ancamannya mempan. Tidak lagi sekarang, aku bahkan sudah siap ditalak olehnya. Dengan sedikit berlari Mas Bagas menyeret kaki mendekat. Pria itu melepas pegangannya pada madu busuknya, mencoba mencegahku, tapi aku tak peduli. Tekatku sudah bulat, har
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Bab 22

Bab 22"Dewi ...." Mas Bagas memanggil namaku, sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Kulihat dari balik kaca, laki-laki itu menatap sendu ke arah mobil Mas Fiqri. Selamat tinggal, Mas! Hubungan ini sudah benar-benar berakhir. Kuhela nafas panjang setelah duduk menyandarkan belakang ke sandaran kursi mobil. Hari ini sangat melelahkan, penuh drama dan menguras emosi. Pertengkaran dengan Mas Bagas dan Alika bukan saja membuatku sakit, namun juga lelah jiwa dan raga. Aku tidak menyalahkan takdir atas retaknya pernikahanku. Mungkin Tuhan ingin menaikan levelku dengan adanya ujian ini. Layaknya anak sekolah yang harus menghadapi ujian agar bisa naik kelas. Bukan kecewa karena tersingkirkan, tapi kecewa karena tiada kejujuran dalam pernikahan yang mati-matian kujaga segenap jiwa. Perih yang terlalu dalam kurasakan karena pengkhianatan Mas Bagas. Dua tahun menjalin ikatan, tak ada angin tak ada badai tapi kapal pernikahan yang baru saja berlayar karam di lau
last updateLast Updated : 2022-08-22
Read more

Bab 23 Merasa Menang

PoV Author Sementara di tempat lain, setelah kepergian Dewi, Alika merasa sangat senang dan bahagia. Wanita itu berpikir jika telah berhasil menyingkirkan madunya dan menjadi pemenang. Dengan sombongnya ia memerintah Bibik ini dan itu. Berasa telah menjadi Nyonya sesungguhnya. Dengan angkuh ia berbuat semaunya, tak ada lagi drama orang tua dan anak. "Bik, segera pindahkan semua barang saya ke kamar utama. Mulai sekarang sayalah pemilik kamar itu," ucapnya dengan nada angkuh. Benarlah, harta itu bikin silau. Selain dendam masa lalu, istana mewah Dewi menjadi incaran Alika. Dengan segala upaya ia menjerat Bagas, agar bisa masuk ke dalam pelukannya kembali. Sungguh, perselingkuhan tak akan pernah terjadi tanpa keinginan kedua pihak. Bagas yang kurang iman terjerat pesona Alika, mantan kekasihnya, meskipun, sebenarnya cintanya besar untuk Dewi, istrinya. Perlahan wanita itu berjalan mengekor Bibik yang telah lebih dulu melangkah masuk ke dalam kamar utama. Wanita itu berdecak kagum s
last updateLast Updated : 2022-08-24
Read more

Bab 24 Kakak Ipar Bak Bidadari

[Morning, siputku.] Isi pesan yang pertaman. Spontan aku memonyongkan bibir lima senti, kemudian menariknya menjadi senyuman. Ternyata kakakku masih seperti dahulu, ia masih ingat denganku. Seketika ingatanku tertarik ke masa lalu. Masa-masa remaja, masa yang penuh kebahagian. Meski tak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tak lantas menjadikanku anak yang kurang kasih sayang. Kasih sayang dari seorang kakak tetap bisa kurasakan. Meski tanpa ikatan darah namun kasih sayang yang ia berikan sangat berlimpah. [Bersiaplah. Aku akan menjemputmu. Seseorang ingin bertemu denganmu.] Isi pesan yang kedua. Aku mengernyitkan dahi, heran. Siapa kira-kira gerangan yang ingin bertemu denganku. "Ah, Mas Fiqri bikin penasaran aja." Aku membatin [Assalamualaikum, Wi. Nanti jam 10 ketemuan yuk! Masih penasaran nih! Ku jemput di hotel. Semangat!] Isi pesan yang ketiga. Senyum mengembang membaca pesan yang ketiga. Pesan dari Sandra sahabatku. Sandra adalah bukti, darah memang lebih kental da
last updateLast Updated : 2022-08-25
Read more

Bab 25 Ini Rumahku

"Mas, Sandra. Sahabatku," ucapku bingung. Masih dengan ponsel di tangan, kemudian menekan tombol hijau lalu menempelkan di kuping, aku menatap Mas Fiqri. Mas Fiqri menganggukkan kepala, seolah mengerti akan tatapanku. "Suruh ke kafe aja. ketemuan di sana," ucapnya menyebut nama kafe. Kumasukkan kembali ponsel kedalam tas, setelah memberitahu Sandar nama kafe tempat bertemu. Mas Fiqri menjalankan mobilnya perlahan menuju kafe. Sepanjang jalan, tak ada cerita yang tercipta antara kami. Hanya ukiran senyum saat mataku dan mata Mbak Nabila bertemu. Begitupun Mas Fiqri, kakakku itu seolah mengerti. Memberiku ruang untuk menyesuaikan diri. Setelah beberapa menit membelah jalanan, akhirnya sampai juga di kafe. Tak lama kemudian Sandra juga sampai. Setelah memperkenalkan Sandra kepada Mas Fiqri dan Kak Nabila, kami mengisi perut terlebih dulu. Karena pembahasan nanti bakal menguras tenaga dan emosi. Kami butuh asupan bergizi untuk menghadapinya. "Apa rencana mu?" tanya Mas Fiqri setela
last updateLast Updated : 2022-08-26
Read more

Bab 26 Hangus Terbakar

"Kamu tidak boleh masuk!" seru Alika. Selain semua barang Dewi sudah tak ada yang tersisa karena sudah di keluarkan, termasuk poto pernikahannya. Keadaan kamar yang berantakan membuat Alika ketakutan. Dewi pasti tau jika dia mencari sesuatu di kamar itu, sehingga mengobrak-abrik isi kamarnya. Maka sebelum itu Alika harus mencegah agar Dewi tidak bisa masuk ke dalam kamar. Dewi melepas paksa cekalan Alika. Lalu meneruskan langkahnya masuk ke kamar, tanpa peduli jeritan Alika menyuruhnya berhenti. Dewi membulatkan matanya, kaget saat sudah masuk sempurna ke dalam kamar. Bagaimana tidak, baru saja semalam ia meninggalkan rumahnya, Lika sudah semena-mena. Seenak jidatnya mengobrak-abrik isi kamar sampai jadi seperti tempat pembuangan sampah, dan, astaga ... poto pernikahan juga sudah tak ada di tempatnya. Dewi membalikkan badan dan menatap Lika penuh amarah. Tatapan membunuh yang bisa membuat nyali lawannya menciut. Benar saja, melihat wajah Dewi yang telah berubah sangar, membuat Ali
last updateLast Updated : 2022-08-27
Read more

Bab 27 Aku Rapuh

"Tidak boleh! Bibik tidak boleh kemana-mana! Apalagi ikut perempuan itu," ucap Alika lalu mengarahkan telunjuknya ke arah ruang tamu. "Aku yang bawa Bibik ke sini! Maka Bibik tetap di sini, melayaniku!" ucapnya lagi. Bibik menatapku dengan wajah memelas. "Nyonya, saya ikut Bu Dewi aja, Nyah," ucap bibik lagi, mengulang kata. "Tidak! Saya bilang tidak, ya, tidak!" bentak Lika. Matanya mendelik. Madu busuk itu bahkan lupa kalau Bibik adalah orang tua. Dasar tidak berakhlak. "Kau tidak bisa melarang Bibik! Emang kamu siapa, hah. Ayo, Bik," bentakku lalu melangkah mendekati Bibik. Melepas paksa cengkraman tangan wanita yang telah mengambil suamiku itu, pada tangan bibik. "Perempuan sialan! Kenapa kau selalu merampas milikku?" Lika histeris. Wanita itu hampir saja menjambak rambutku jika Sandra gak cepat menghalangi. Huhh! Ku sentak nafas dengan kasar. Apa yang ada di pikiran perempuan ini. Bukankah dia yang telah mengambil suamiku? Kenapa pula aku yang dia bilang merampas milikny
last updateLast Updated : 2022-08-29
Read more

Bab 28 Mendapatkan Tanda Tangan

"Ih, Mas. Berhenti panggil aku kayak gitu. Malu, Mas," ucapku merajuk, tapi Mas Fiqri malah mengacak kepalaku yang tertutup jilbab. "Cepatan bersih-bersih. Dasar pemalas. Ini sudah sore," ucap pria itu. Tangannya masih saja di atas kepalaku. "Emang jam berapa, Mas?" tanyaku. Masih dengan nada jutek. "Sudah jam 5, Dewi Afifah." "Apa!" pekik ku, spontan menutup kembali pintu dan berlari ke kamar mandi. Menyambar handuk yang tadi siang kuletakkan di sandaran kursi meja rias. "Astaghfirullah. Aku belum sholat ashar," bisik hati kecilku mengiringi langkah kaki. 'Hanya dengan mengingat Allah, hati akan merasa tenang.' Kalimat ini memang benar adanya. Setelah semua kejadian yang beruntun menimpaku, apakah aku masih bisa setegar ini jika tidak ada campur tangan Tuhan dalamnya. Setelah menyelesaikan rakaat terakhir, kulipat sejadah meletakkannya ditempat semula. Gagas aku mengambil jilbab instan mengenakannya. Meskipun Mas Fiqri sudah seperti kakak bagiku, tapi tetap saja lelaki itu b
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

Bab 29 OTW Kejutan

Bunyi alarm menjerit ke seluruh penjuru kamar. Teriakkan benda pipihku itu mengejutkan dari indahnya mimpi dalam tidur. Sengaja kupasang alarm setiap menjelang waktu sholat, agar bisa mempersiapkan diri sebelum menghadap sang pencipta. Perlahan kaki ini menuruni ranjang. Bergegas ke kamar mandi. Rutinitas pertama yang selalu mengawali hariku, adalah mandi sebelum subuh. Selain menyehatkan, mandi sebelum subuh juga di contohkan Rasullullah dan sangat di cintai Allah. Meski aku bukanlah seorang yang alim, tapi sebisa mungkin aku mengamalkan apa yang di contohkan Nabi yang aku tau. Menjalankan fardhu dua rakaat dengan segenap rasa. Kulangit kan doa kepada sang penulis takdir. Jika memang Mas Bagas hanyalah takdir sementara untukku. Maka mudahkanlah jalanku untuk mengakhiri takdir ini, dan mendapatkan takdir sesungguhnya. Sayup-sayup kudengan lantunan ayat suci Al Qur'an dari arah luar . Aku tahu itu adalah Mbak Nabila. Kakak iparku itu ternyata bukan hanya cantik bak bidadari, tapi ju
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more

Bab 30 Kena Batunya

"Loh, Mbak Dewi. Kok sendiri, Pak Bagas mana?" tanya Riko, teman kerja Mas Bagas. Begitulah semua teman kantor Mas Bagas, mereka memanggilku Mbak sementara dengan Mas Bagas mereka memanggil Bapak. Disampingnya berdiri seorang wanita dengan gamis merah muda, dipadankan dengan jilbab segi empat warna senada. Wanita itu istri Riko, kami pernah beberapa kali bertemu. Ia tersenyum padaku dan Sandra. Sejenak aku terdiam, bingung mau menjawab apa. Masalah rumah tanggaku dan Mas Bagas belum ada yang tau. "Oh, ada kok." Bukan aku yang menjawab tapi Sandra. Sahabatku itu memberikan senyum palsunya. Riko memandangku dan Sandra bergantian. Laki-laki berkaca mata putih itu memperlihatkan ekspresi bingung. Namun mungkin tak mau memperpanjang. Jadi ia hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O. "Ya, udah, duluan ya," ucapnya kemudian. Serempak aku dan Sandra mengangguk. Riko berjalan menggandeng tangan istrinya. Meski sudah lama menikah tapi belum juga di beri momongan. Namun, tak lantas
last updateLast Updated : 2022-09-01
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status