355"Ekhem!" Aku berdehem membuat semua orang yang tengah duduk menoleh ke arahku. "Maaf, Bapak-bapak, sepertinya saya harus bicara empat mata dengan Pak Haikal," lanjutku seraya menatap pria yang melihatku tanpa dosa. Haikal tersenyum miring. Sedangkan teman-temannya saling berbisik, seperti tengah membicarakanku. "Eh, Aruna. Sepertinya kamu selalu rindu padaku, ya? Baru saja tadi kita bertemu, sekarang sudah menyusulku ke sini. Maaf, Aruna, aku ini sudah beristri sekarang. Jadi, jangan terus mengejarku dan memintaku kembali.""Tutup mulutmu!" sergahku. Demi Tuhan aku sangat muak dengan tingkah laku Haikal. Dia bahkan bicara tanpa merasa dosa, dengan terus tersenyum seolah apa yang dia katakan benar adanya. Tidak tahu malu."Mohon maaf, Pak Haikal, Bu Aruna, jika ada masalah yang belum selesai, silahkan selesaikan di tempat lain. Jangan bertengkar di warung saya." Wanita paruh baya keluar dari dalam warung, dan bicara menengahi kami. Mataku memindai sekitar, di mana orang-orang
Read more