Home / Romansa / Istri Rahasia Kepala Sekolah / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 61 - Chapter 70

301 Chapters

Bab 61

Malati merasa cukup tersentak mendengar ungkapan hati Erlangga. Kata-kata yang provokatif.“Hah?”Malati memasang wajah serius, padahal ia juga sama sekali tak tertarik dengan gombalan receh anak mahasiswa. Ia yakin seratus persen jika Erlangga hanya bercanda karena tak mungkin ia tertarik pada gadis seperti dirinya. Sesuatu hal yang mustahil.Malati teringat perkataan teman Serena. Erlangga sangat selektif memilih teman apalagi kekasih. Andaikata Erlangga menembaknya pasti ada udang di balik batu seperti menjadikan dirinya taruhan.“Canda, Mala. Serius juga gak apa-apa,” katanya dengan kekehan berat. Entah mengapa Erlangga meralat perkataannya, padahal itu bukan gurauan semata. Ia tertarik pada gadis itu yang berbeda dari gadis lainnya.Hanya saja, melihat ekspresi gadis itu di balik topeng, ia mengurungkan niatnya. Sebagai seorang lelaki ia tak boleh terlalu agresif. Ia harus membangun sebuah kedekatan terlebih dahulu. Jika salah langkah, Malati bahkan bisa menjauh dan tak bersedia
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

Bab 62

Suara berisik berasal dari live musik merambat ke telinga para pengunjung cafe kopi. Aldino ikut berbaur bersama kawan-kawannya menikmati malam minggu yang menyenangkan. Beberapa kawannya ikut menyumbang lagu. Sementara itu Aldino lebih memilih duduk mengobrol dengan sahabatnya Yuda Tarumanegara. Mereka bersahabat semenjak ke duanya dipertemukan di sekolah MA Al Fatma. Aldino kepala sekolah dan Yuda Tarumanegara wakil kepala sekolahnya. Ke dua nya pria dewasa yang masih singlè, memiliki hobi yang sama-menunggangi motor sport tetapi memiliki karakter yang berlawanan. Jika Aldino temperamen maka Yuda lebih penyabar.Sudah lama Aldino tidak ikut bergabung dengan teman-teman dekatnya. Mereka merupakan anggota komunitas motor sport. Aldino mengikuti komunitas itu sejak tiga tahun silam. Namun ia tidak aktif karena sangat sibuk dengan pekerjaannya. Malam itu Malati mengabari dirinya bahwa akan menghadiri acara ulang tahun sahabatnya dan bertepatan pula ia mendapat pesan dari Yuda Tarumane
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

Bab 63

Sekonyong-konyong Aldino melepas topeng hias yang membingkai wajah Malati. Ia melempar begitu saja topeng itu ke sembarang tempat.“Topeng tak ada guna!” umpatnya dengan penuh penekanan. Kemudian ia memasangkan helm pada gadis itu.“Saya capek! Jadi jangan banyak tingkah!” ucap Aldino membuat Malati merasa seperti seorang gadis yang tengah kelayapan malam hari dan dimarahi bapaknya karena ketahuan.Malati hanya pasrah saja. Di luar dugaan, pernikahan itu tak semudah yang ia bayangkan. Apalagi pernikahan yang didasari rasa saling mencintai. Pernikahan di atas kertas saja cukup rumit saat dijalani.Malati kembali dibonceng motor sport Aldino tanpa membantah sama sekali. Mereka tiba di rumah sekitar pukul satu malam.Seorang security yang berjaga di rumahAldino langsung menyambut kedatangan mereka. Mereka masuk beriringan, Aldino berjalan lebih dulu menuju kamar utama diikuti Malati yang berada di belakangnya.Sebelum tidur Malati mandi air hangat dan langsung memakai piyama tidur. Ia p
last updateLast Updated : 2024-02-06
Read more

Bab 64

Beberapa kali Malati mengusap dadanya yang berdebar kencang. Ia merasa lega akhirnya Erlangga bisa pergi dari kediaman Aldino setelah dibujuk. Entah terbawa angin dari mana Erlangga bisa tiba-tiba terdampar di sana, mengajaknya pergi ke car free day pagi itu.Tentu saja, Malati tak ingin Aldino bertemu dengannya. Setiap berpapasan dengannya, Aldino senantiasa menampakkan ekspresi tak suka padanya dan menganggap jika Malati memiliki hubungan spesial dengannya. Aldino selalu beralasan bahwa Malati harus menghormati pernikahan mereka dengan cara tidak berdekatan dengan lawan jenis.Daripada terjadi keributan dan huru-hara, Malati lebih baik mencari aman dengan membujuk Erlangga untuk pergi dari sana sebelum bertemu dengan Aldino.Usai kepergiannya, Malati buru-buru masuk rumah dan pergi ke kamar utama. Hari itu ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat mumpung hari libur kuliah. Ia mengatakan pada Aldino bahwa ia akan pergi ke rumah kawannya yang berada di Tanah Abang.Padahal pada kenya
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Bab 65

Nia memang sosok wanita yang tak mudah terintimidasi. Penampilannya saja seorang wanita namun jiwanya seorang pria. Keputusan-keputusan yang diambil tegas dan sangat berani. Sama sekali tidak ada rasa takut dan gentar!Nia tidak peduli ketika Malati mengancamnya atas tuduhan KDRT dan prostitusi yang dilakukan oleh anak-anaknya. Sebaliknya, ia malah menantang Malati dengan mengancam balik dirinya untuk mengumumkan pernikahan Malati dan Aldino ke publik.Padahal itu adalah poin utama perjanjian di antara Malati dan Aldino. Fakta sebenarnya ialah Aldino tak ingin jika pernikahannya sampai diketahui oleh keluarga Ana, kekasihnya. Jika Nia dan keluarganya hancur maka Malati pun harus ikut hancur bersama mereka. Namun Malati tak kehabisan akal, ia kembali menyanggah ancaman Nia. Saat ini ia akan melawan siapapun yang berusaha mengusik hidupnya.“Baik, Tante. Bagi saya tak masalah jika pernikahan kami bocor ke publik. Mas Aldino sama sekali tak keberatan. Bahkan, kami akan mengadakan acara
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 66

Kini Malati sudah berdiri tegap di depan pintu sebuah unit penthouse. Sebuah unit apartemen yang berlokasi di lantai tertinggi. Dengan perasaan gelisah, ia menekan tombol pintu penthouse itu. Tak ada sahutan sama sekali. Ia nyaris menyerah. Ia tak boleh pulang dengan tangan hampa. Ia harus membawa sesuatu, minimal menemukan setitik sinar, sebuah informasi mengenai siapa wanita yang seringkali muncul di mimpinya-wanita misterius yang tak menampakan wajahnya. Hanya nama itu terus muncul di kepalanya. Rasa penasaran tentang wanita bernama Xie Mei Ling bisa meledakkan kepalanya. Dan, pria penghuni penthouse itu mengenalnya. Menurut informasi yang diperoleh dari seorang security, penghuni lantai penthouse itu ada di sana. Mengingat kendaraannya masih terparkir di area parkir. Biasanya, para penghuni apartemen sepi saat malam minggu karena sebagian besar mereka pergi liburan, paling tidak pergi ke klub malam dan akan pulang keesokan harinya. Tepatnya pada sore hari. Oleh karena itu Mala
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 67

Suasana di sebuah meja cafe tampak canggung beberapa saat. Malati berusaha keras untuk menormalkan kembali detak jantungnya yang tak beraturan. Rasa takut, cemas dan marah itu masih bersemayam dalam dadanya.Hidup tak semudah yang ia bayangkan. Itulah pelajaran berharga yang harus Malati terima. Seringkali rencana tak sesuai ekspektasi kendati sudah dirancang sangat baik dengan sebuah pemikiran yang matang dan hati-hati. Malati berdehem lalu berkata,“makasih, Kak,” Malati bersyukur saat ia tengah mengalami kesulitan, Erlangga datang menolongnya. Padahal sejak dari pagi, ia berusaha mengusirnya. Namun takdir malah mempertemukannya dalam situasi yang lain.Ke dua security Draco Bar berusaha menyeretnya dan membawanya ke kantor keamanan, bukan lagi mengusirnya. Mereka menaruh curiga jika Malati dikirim oleh seseorang. Penampilannya yang agamis dan serba hitam membuat siapapun justru berspekulasi yang tidak-tidak.Saat itulah Erlangga datang tepat waktu dan membawa Malati bersamanya. Ke
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Bab 68

“Bukan ide bagus, Er! Yang bener aja, gilak tuh anak! Ngapain datang ke klub malam, mana pake jilbab! Bisa-bisa viral nih klub malam didatangi jamaah tabligh akbar!” bisik Satria pada telinga kawannya, Erlangga. Erlangga hanya mengulum senyum mendengar bibir Satria yang merepet mirip emak-emak kompleks.Erlangga mengambil soda lalu meneguknya perlahan dan menaruhnya lagi di atas meja.“Mau bagaimana lagi? Malati meminta bantuan! Sebagai seorang teman seharusnya sudah kewajiban kita membantunya. Lagipula dia bukan mau clubbing, tapi mencari seseorang. Hanya saja, aku juga tidak tahu apa urusannya dengan pemilik klub ini. Malati belum mau cerita,”Erlangga menjawab pasrah.Setelah melihat kemarahan Malati di kafe, ia mengiyakan permintaannya tanpa pikir panjang. Malati sempat tersinggung ketika Erlangga mengatakan padanya bahwa Malati menemui sosok Dominic untuk menjual diri. Kini Malati berada di Draco Bar bersama tiga sekawan, Erlangga, Satria dan Reynaldi yang baru datang. Bersama me
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Bab 69

Malam itu Malati bisa merasakan kepalanya berdenyut sakit saat menghantam lantai. Tak hanya itu, sisi kepalanya terkena serpihan gelas kaca yang dilemparkan oleh pemabuk di klub itu.Dalam hitungan detik, kepalanya terasa berputar-putar dan pandangannya mulai buram. Ia merasa ruhnya terlepas dari jasadnya. Beberapa saat kemudian, ia sudah kehilangan orientasi tubuhnya.Brugh,Gadis bermata sipit itu ambruk ke lantai. Seorang wanita berseragam office girl berteriak panik kala melihat Malati tumbang ke lantai. Suaranya yang memekik terdengar oleh Erlangga yang pada saat itu menyusul Malati. “Malati?” gumam Erlangga saat mendengar jeritan seorang wanita. Jeritan itu mengingatkannya pada Malati. Sebab ia baru saja mendapat informasi dari karyawan klub bahwa Malati sudah keluar dari ruangan Dominic. Erlangga terkejut saat menemukan Malati di sebuah ruangan yang paling pojok. “Mala? Apa yang terjadi?” pekik Erlangga, menundukan tubuhnya dan menatap nanar gadis itu.Tatapannya lalu berali
last updateLast Updated : 2024-02-13
Read more

Bab 70

Usai sholat subuh, Malati memejamkan matanya kembali. Ia terbangun kala merasa sentuhan lembut pada punggung tangannya. Seorang perawat tengah memeriksa cairan infus dengan pelan-pelan dan hati-hati. Ia tak ingin mengusik Malati yang tengah tertidur pulas sebetulnya. Ia merasa tak tega saja. Ia berencana akan membangunkannya beberapa saat kemudian saat sarapan. Sejak semalam gadis itu muntah dan mual akibat asam lambung yang naik.“Dek, maaf Ibu mengganggu tidurnya,” imbuh perawat paruh baya itu ketika melihat mata Malati membeliak. Ia memang perawat senior yang sabar dan hangat pada pasien yang ditanganinya. Ia juga bersikap sopan dan keibuan.Malati masih mengerjapkan matanya, menyesuaikan intensitas cahaya yang menembus matanya. Pun, ia masih mengumpulkan kesadarannya. Memang sudah seharusnya ia bangun tidur.“Bu, saya bisa pulang sekarang?” tanya Malati bangun dari posisi rebahan menjadi duduk sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit akibat luka robek pada kepalany
last updateLast Updated : 2024-02-14
Read more
PREV
1
...
56789
...
31
DMCA.com Protection Status