Home / Romansa / Istri Rahasia Kepala Sekolah / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 71 - Chapter 80

301 Chapters

Bab 71

Flashback on,“Alhamdulillah!” Beberapa kali Aldino mengusap wajahnya, mengucap syukur tatkala mendengar kabar dari Hanum-yang menyatakan bahwa Ana-kekasihnya sudah mulai menunjukan tanda-tanda bangun dari koma.Bergegas, sore itu Aldino langsung melesat menuju Jakarta tanpa pikir panjang. Ia mengendarai motor sportnya mirip orang kerasukan setan. Yang ia ingat hanyalah, keinginan segera bertemu dengan kekasih tercintanya-yang teramat dirindukan olehnya.Bayangan-bayangan indah tentang wanita itu membuatnya semakin bersemangat melajukan kuda besi itu.“Mas Al, makasih buat semua. Aku sangat menyayangimu, now and till the end of my life. Apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku sendiri ya! Kau harus menyayangiku seperti aku menyayangimu!”Kata-kata Raisa Silvana Basalamah berputar-putar di kepala Aldino sesaat mereka tengah berada di dalam sebuah mobil sebelum kecelakaan naas itu terjadi.CitttBan berdecit. Aldino nyaris menabrak motor matic yang berada di hadapannya. Ia syok menya
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

Bab 72

Hari ini Malati melakukan rutinitas pagi seperti biasa. Ia akan berdamai dengan keadaan. Ia akan membuat sarapan dan menyiapkan pakaian untuk suaminya sebagaimana tugas seorang istri sebelum ia benar-benar bercerai dengan Aldino. Selain itu ia juga ingin meminta maaf padanya atas apa yang terjadi kemarin. Semalam ia sudah merenung dan mulai berpikir tentang kesembuhan kekasih Aldino. Hal tersebut menandakan bahwa hubungan dirinya dan Aldino pun akan segera berakhir. Hanya masalah waktu! “Pak, sarapan sudah siap!” ucap Malati ketika ia baru saja selesai memasak dibantu oleh Mbok Darmi. Meskipun tubuhnya masih terasa lemah akan tetapi ia tak ingin memanjakan tubuhnya. Ia harus sehat dan beraktifitas seperti biasa. Beruntung jadwal kuliah siang sehingga ia tidak diburu waktu untuk segera pergi kuliah. Aldino menoleh dan menatap Malati dengan ekspresi datar. Aldino tengah memeriksa dokumen penting terkait sekolah MA Al Fatma yang berada di ruang kerjanya di lantai dua. Malati berbica
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

Bab 73

Di sebuah rumah bergaya timur tengah, terdengar suara perdebatan alot yang terjadi di antara sang ibu dan putranya. “Mama jelaskan apa ini!” Untuk ke tiga kalinya Mustafa Ali Basalamah meminta penjelasan pada sang ibu soal rekam medis yang ia temukan di antara tumpukan dokumen penting di ruang kerja milik ayahnya-Sulaiman. “Seperti yang kaulihat, Ali. Sudahlah! Biarlah itu menjadi masa lalu. Yang terpenting Ana bisa kembali sehat. Mama sudah tidak sabar ingin segera melihat Ana, memeluknya, mendengar celotehannya, memainkan tuts piano dengan merdu.” Hanum berusaha tenang ketika menjawab pertanyaan putranya. Tak bisa dipungkiri, ia terkejut setengah mati, bagaimana bisa dokumen itu bisa ditemukan oleh putranya padahal ia sudah menyimpannya rapat dan rahasia. “Tidak bisa Ma! Aku harus membuat perhitungan pada Aldino. Dia sudah menghancurkan kehidupan Ana. Ternyata, pria itu membawa pengaruh buruk buat Ana,” Ali menggebrak meja di depannya dengan penuh luapan emosi. Hanum mengusa
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

74

Aldino menatap istrinya dengan tatapan getir. Ia tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Ia takut terjadi apa-apa padanya. Rasa amarahnya kini tergantikan oleh perasaan bersalah karena beberapa hari ini Aldino mengabaikan istri kecilnya.Malati kini tidak punya siapa-siapa lagi di hidupnya. Ia hanya memiliki dirinya. Seharusnya ia menekan egonya, agar ia tetap bisa bersikap baik pada gadis itu selama mereka menjalani pernikahan.Kini Malati sudah mengganti pakaiannya dengan piyama satin berwarna hitam-yang ia belikan. Terlihat kulitnya yang bersih kontras dengan warna itu.Malati duduk di atas ranjang sedangkan Aldino duduk di sampingnya tengah mengobati beberapa luka yang diperoleh Malati saat jatuh dari anak tangga. Wajahnya lebam dengan sudut bibir dan pelipisnya berdarah. Tangannya pula terluka terkena gesekan dengan lantai paving block.“Sorry! Ini luka harus dibersihkan kalau tidak nanti bisa terinfeksi,”Dengan telaten Aldino mengobati luka pada wajah gadis itu dengan members
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

Bab 75

Aldino menggertakan gigi geliginya ketika mendengar perkataan Malati bahwa ia akan menceraikannya saat Ana sudah sembuh. Ia meradang padahal memang seharusnya seperti itu bukan? Aldino akan menceraikan gadis itu pada akhirnya. Namun mendengar Malati mengatakannya ia tak terima. Aldino menurunkan suaranya dan berbicara dengan lembut pada Malati. “Maaf, saya sedang banyak pikiran.” Aldino menarik tangan gadis itu dan mengusap punggung tangannya. “Dengar Mala, untuk saat ini kita sebaiknya tidak membicarakan soal perceraian.” Aldino beranjak dari kursinya, hendak pergi namun Malati kembali bersuara. ‘Tapi Pak, bagaimana kalau kekasih Bapak tahu jika kita menikah. Dia pasti sangat kecewa dan sedih saat terbangun dalam kehidupan nyata.’ Sungguh, Malati hanya mampu bersuara dalam hati. Sebagai seorang wanita, Malati memposisikan diri sebagai Ana-yang ternyata selama ini mengalami koma. Ia hanya bisa menatap punggung Aldino yang sudah menaiki anak tangga menuju lantai dua. Malati pun
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

Bab 76

Perlahan ke dua bola mata Malati membeliak. Kesadarannya mulai pulih. Ia meringis merasakan sakit di bagian kepalanya. Semakin bertambah sakit saat pikirannya kini mulai menguasai otaknya. Loncatan-Loncatan peristiwa muncul dan tenggelam seperti angka-angka yang berhamburan di papan tulis.“Malati, kau sudah bangun? Kau masih pusing?”Suara Ali menyadarkan gadis introvert itu. Pria dewasa itu menatap Malati dengan raut cemas bercampur sedih. Wajah Malati pucat pasi dan terlihat lesu.Malati bangun dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. “Eh, Pak, aku kira siapa. Makasih sudah menolongku, ““Sama-sama Malati.”Ali menjawab dengan seutas senyum yang tulus. Tangannya terulur untuk mengambil teh manis yang berada di meja samping ranjang. “Minum dulu!” titahnya bernada lembut.Diperlakukan manis oleh dosen yang terkenal killer rasanya membuat jantung Malati berdebar-debar tak karuan. Ia merasa aneh saja mendapat perlakuan hangat dari Ali.Dengan senang hati, Malati menerima sege
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Bab 77

Malati beberapa kali melambaikan tangannya ke hadapan muka Aldino yang terbengong lama.“Pak! Pak Aldino! Hola!” seru Malati merasa khawatir dan takut jika Aldino kesambet setan penunggu pohon bungur.Masalahnya Aldino terlihat kicep dengan tatapan mata yang kosong. Sungguh, mencurigakan.Menyadari kebodohannya, Aldino menjadi salah tingkah. Beberapa kali ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Ia menahan tawa dan merutuki isi kepalanya-yang tengah berpikir mesum.Bagaimana ia bisa berciuman dengan Malati. Semua hanyalah fantasi liarnya.Aldino memilih bangun dari ranjang dan mengobati lukanya sendiri. Berbahaya jika berduaan dengan gadis itu sekarang. Bagaimanapun ia hanyalah istri secara status. Dan, pastinya Aldino punya nafsu sebagai seorang pria normal.Selang satu kedipan mata, Aldino mengingatkan dirinya sendiri tentang Ana-kekasihnya. Ia tak boleh terjerat oleh pesona muridnya itu. Ana sudah mulai membaik dan ia akan kembali bersamanya.“Mala, saya akan memanggil dokte
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 78

Siang itu saat matahari tepat berada di atas ubun-ubun kepala, sepulang sekolah Aldino pergi membesuk Ana ke Jakarta. Selain ingin melihat perkembangan kekasihnya, ia ingin bertemu dengan Hanum. Hanum berhutang penjelasan padanya terkait perkataan terakhir Ali yang selalu menyudutkannya. Aldino diserbu penasaran, ingin mengetahui apa penyebab Ali begitu murka padanya hingga menyerangnya begitu saja, tanpa rasa malu saat mereka bersitatap di kampus. Padahal setahu dirinya, Ali begitu menjaga imejnya sebagai dosen killer yang angkuh saat berada di kampus.Aldino memasuki ruangan di mana Ana dirawat setelah memakai pakaian khusus. Di dalam ruangan itu hanya Ana yang terbaring di atas ranjang dengan beberapa peralatan medis yang menopang hidupnya.Menarik sebuah kursi kecil, Aldino duduk di sana di samping kekasihnya. Ia membingkai wajah cantik kekasihnya dengan lembut. Kemudian ia mengecup kening dan pipinya.“Ana, bangunlah! Ayo cepat bangun! Aku sangat merindukanmu.”Aldino tama Waluy
last updateLast Updated : 2024-02-23
Read more

Bab 79

Malati merasa senang bisa berziarah ke pemakaman ke dua orang tuanya. Setidaknya ia bisa menyalurkan rasa rindu yang menggebu setelah sekian lama tak bertemu dengan mereka. Kendati hanya melihat nisannya saja membuat hatinya riang gembira.Kini mereka tengah duduk di sebuah warung yang berada di sekitar TPU Kebon Kelapa. Mereka istirahat dan menikmati angin sepoi-sepoi sore itu.Aldino kurang tidur semalam sehingga ia merasa mengantuk. Untuk menghilangkan rasa kantuk, ia memesan kopi hitam di warung tersebut sebelum kembali melajukan kendaraannya.Ia pula masih trauma saat membawa mobilnya dulu ketika dirinya dalam kondisi tidak sadar akibat minuman beralkohol. Ia dan Ana mengalami kecelakaan. Naasnya Ana yang mengalami luka parah.“Silahkan kopinya, Pak!” seru pemilik warung, wanita berambut ikal-memutus lamunan Aldino tentang mimpi buruk kecelakaan silam.Aldino langsung menerima secangkir kopi hitam yang masih mengepul itu lalu menyeruputnya perlahan. Tatapannya tertuju pada Malati
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Bab 80

“Baiklah kau telah bertanya untuk ke sekian kalinya. Maka saya akan menjawabnya.”Terpaksa Aldino mengatakan hal itu. Mungkin gadis itu merasa sangat terpaksa pula dengan pernikahan yang mereka jalani. Entah mengapa Aldino merasa lidahnya kelu hanya untuk mengatakan sebuah jawaban. Nyatanya, pernikahan itu terasa sakral. Sukar untuk menjalaninya namun rumit untuk melanjutkannya.Aldino benar-benar limbung. Beberapa detik ia berusaha mengelola emosinya. Hingga ia menarik nafas panjang lalu berujar. “Iya,”Malati mengembuskan nafasnya kasar. Itulah jawaban yang ia tunggu. Tak perlu ia menjelaskan secara gamblang, mempertanyakan motif Aldino menikahinya. Malati sudah bisa menarik kesimpulan. Aldino menikahinya karena ingin mengambil hak warisnya dari Eyang Waluyo namun karena kekasihnya koma sehingga ia mencari wanita lain untuk dijadikan istrinya. Mereka sama-sama mengambil keuntungan dari kepentingan masing-masing. Take and give!Malati lega mendengarnya. Sebuah kepastian agar ia bisa
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more
PREV
1
...
678910
...
31
DMCA.com Protection Status