Home / Romansa / Istri Rahasia Kepala Sekolah / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 91 - Chapter 100

301 Chapters

Bab 91

Malati panik melihat kedatangan Aldino secara tiba-tiba ke kamarnya. Setahu dirinya, Aldino tadi pergi ke tempat olimpiade. Namun kini pria berotot itu datang kembali sembari membawa dua buah tentengan di tangannya; satu kantong plastik berisi ayam goreng dan satu lagi paper bag bertuliskan nama sebuah butik.Bukan salah Aldino datang melesak masuk ke dalam kamar begitu saja. Malati lupa mengunci pintu kamarnya, pikirnya. Bukan, ini salah sang empunya rumah. Ring kunci pintu kamar tersebut rusak. Berbeda dengan pikiran Malati, Aldino justru terfokus pada wajah gadis itu yang dalam kondisi tanpa penutup kepala.Cantik! Rambutnya yang sebahu dengan poni yang bertengger di keningnya benar-benar menggemaskan.“Kau tidak mengunci pintu?” tanya Aldino menghampiri Malati yang masih terlihat syok. Pria bertubuh bak binaragawan itu berusaha mengontrol perasaan kagumnya pada gadis itu. “Um, kuncinya rusak, Pak,” jawab Malati sedikit tergeragap. Malati bahkan lupa jika ia tidak memakai jilba
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Bab 92

Malati kebelet ingin buang air kecil karena terlalu banyak minum untuk mengatasi rasa gugupnya. Ia pun berlari kecil melalui lorong menuju toilet wanita. Naasnya, karena kurang berhati-hati, ia terpeleset menginjak sesuatu yang licin di atas lantai. Entah cairan apa namun berhasil membuat tubuh Malati yang ringan sempoyongan dan menubruk seorang wanita berperawakan tinggi yang berjalan berlawanan arah dengannya. Bugh, Wanita berambut disanggul mirip pramugari itu dengan sigap menangkap tubuh Malati yang ringan. “Kau tidak apa-apa?” imbuh wanita itu bernada khawatir. Malati berupaya menormalkan perasaannya, ia menarik nafas dalam lalu menjawab dengan sedikit tersendat-sendat. “Aku b-baik. Maaf, aku kurang hati-hati,” imbuh Malati menganggukan kepalanya di hadapan wanita dengan usia sepantaran ibunya. Wanita itu keturunan Chindo dan memakai almamater dosen di kampus tersebut. Malati baru ingat, ia salah satu juri di acara Olimpiade Matematika. “It’s okay, Dear! Bukan kau yang sal
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

Bab 93

“Waduh gawat, Bu Mira bengek! Rupanya dia punya penyakit asma.”Malati panik saat mendapati Mira Gumilar kini mengalami sesak nafas setelah beradu mulut dengan Linda. Pasokan oksigen di dalam paru-parunya menipis. Mulutnya menganga dengan mata yang membulat.Melihat Mira macam ikan paus yang terdampar di tepi pantai, Linda terlonjak kaget macam orang kena kejut listrik. Sumpah demi apapun, ia takut jika Mira terkena serangan jantung dan mengembuskan nafas terakhirnya karena bertengkar dengannya. Linda bisa dituduh melakukan aksi percobaan pembunuhan dengan menekan Mira Gumilar.Barulah ia tersadar, sikapnya barusan pada Mira Gumilar keterlaluan mengingat wanita itu memiliki rekam medis yang mengerikan. Sungguh, ia merasa menyesal mengapa terpancing emosi hanya gegara masalah sepele yang berakibat fatal.“Bu Linda, penyakit asmanya kambuh,” ujar Malati kembali dengan suara meninggi. Pasalnya semua orang hanya panik namun tak ada yang langsung bertindak untuk menolongnya. “Di mana obatn
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Bab 94

Kata-kata Aldino terngiang-ngiang di telinga Malati. Malati merasa kesal mendengar pengakuan jujur Aldino tentang hubungan dirinya pada Yuda.“Selesai! Kami tidak memiliki hubungan lagi. Olimpiade Matematika telah usai.”Malati meremat ujung jilbabnya tanpa sadar. Perih hatinya mendengar perkataan Aldino pada Yuda. Mungkin Yuda tidak mengetahui ihwal pernikahan mereka. Namun cara Aldino menyampaikan kalimat demi kalimat itu seakan Malati hanyalah benda bekas yang sudah tidak laik digunakan lagi karena tidak berfungsi.Malati kembali ditampar sebuah kenyataan bahwa Aldino hanyalah suami di atas kertas. Gadis yatim piatu itu terkadang lupa akan posisinya di hati Aldino. Lalu mengapa perlakuan Aldino seakan bertolak belakang dengan ucapannya. Pria bertubuh besar itu memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan terkadang sangat manis!Malati yang dingin dan kaku bisa merasakan kehangatan perhatian yang diberikan Aldino untuknya.“Aku terlalu percaya diri! Aku lupa jika kisah hidupku bukan
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Bab 95

“Ferry Salim Tanujaya!”Nama itu begitu saja muncul di kepala Putri Malati tatkala ia melihat sosok remaja yang jatuh dari ketinggian gedung berlantai tujuh tersebut.Pihak keamanan kampus langsung mengamankan tempat TKP dan mengusir semua orang yang menyemut di sekitar korban.Pihak kampus menghubungi tim medis termasuk pihak kepolisian untuk menyelidiki penyebab jatuhnya salah satu peserta Olimpiade Matematika yang meraih juara ke tiga tersebut. Ferry Salim Tanujaya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Pasalnya nadinya masih berdenyut. Meskipun kenyataanya, harapan hidupnya kecil.Semua orang berasumsi, remaja itu begitu tertekan dan terobsesi ingin memperoleh juara pertama sehingga ia merasa sangat syok dan tak terima kekalahan, alhasil ia memilih mengakhiri hidupnya.Malati merasa tubuhnya bergetar hebat saat melihat langsung peristiwa mengenaskan itu. Ia bukan takut darah namun ia seolah dipaksa untuk berpikir bagaimana caranya ia harus menemukan apa penyebab Ferry Salim Tanu
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

Bab 96

“Kalau kau pikir dia jatuh terpeleset gara-gara cairan itu, kau keliru! Ferry Salim Tanujaya, seorang anak yang cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Kedua orang tuanya bukan orang biasa. Ayahnya Adi Tanujaya, pemilik Tanujaya Group, salah satu perusahaan real estate terbesar di Indonesia.” “Sang ibu, Sarah Sasongko merupakan seorang CEO di perusahaan sang ayah, perusahaan hospitality industry di mana banyak membangun hotel berkelas internasional. Keduanya bercerai saat Ferry Salim Tanujaya berusia lima tahun. Ferry Salim Tanujaya tinggal bersama sang ayah sedangkan sang kakak Marry Anika Tanujaya tinggal bersama ibunya dan ….,” imbuh seorang polisi di belakang Malati. Seorang polisi dari divisi Reserse meski usianya terbilang muda. Malati cukup terhenyak mendengar penuturannya. Namun ia langsung menyelanya. “Get to the point!”(Langsung pada intinya!)“Ferry anak yang sangat dituntut oleh ke dua orang tuanya untuk berprestasi. Ke dua orang tuanya menginginkan anak itu mempero
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Bab 97

“Terima kasih,” imbuh malati menganggukkan kepalanya beberapa kali pada sosok-wanita yang dicurigai sebagai kandidat pembunuh Ferry Salim Tanujaya.Malati diseret oleh seorang petugas kebersihan kampus yang mengalami delusional. Yup, ia seorang petugas kebersihan yang mengalami gangguan jiwa, schizophrenia.Saat penyakitnya kambuh maka ia berbuat kekisruhan seperti menumpahkan cairan pembersih lantai sembarangan dan mengejar gadis berjilbab-yang ia anggap mantan istrinya yang berselingkuh. Begitulah cerita yang Malati peroleh dari wanita yang menolongnya, Laura Tan. Wanita paruh baya yang merupakan Profesor Matematika sekaligus juri yang tadi melakukan penilaian Olimpiade Matematika.“Sama-sama, Sayang,” sahut Laura Tan. Ia menatap Malati dengan tatapan yang hangat sehangat tatapan seorang ibu pada putrinya. Perasaan itu membuat Malati merasa bersalah dan gamang saat yang sama.Laura Tan, wanita dalam balutan casual kaos putih oversize dan celana jeans serta dilengkapi sepatu sneaker.
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Bab 98

Pagi itu Malati bangun dengan terlonjak kaget. Merasa ia tengah terdampar di negeri asing, kamar asing dengan perasaan yang asing. Ia bangun kesiangan tepat pukul delapan. Pantas saja, cahaya matahari sudah menyengat kulit karena Aldino membuka sebelah jendela yang menghadap balkon. Belum lagi angin sudah berdesak-desakkan menerobos masuk, menggoyangkan tirai vitrase dan anak rambut Malati yang sudah lancang menyapu keningnya. Setelah mengumpulkan sejumput kesadaran, gadis berponi itu barulah sadar jika dirinya masih berada di kamar penginapan. Mengejutkan, ia baru ingat semalam ia tidur seranjang lagi dengan Aldino. Seketika keningnya bergelombang mengingat kejadian semalam. Memang bukan pertama kalinya Malati tidur seranjang dengan Aldino. Namun kali ini ia panik setengah mati karena ia bangun dengan rambut yang tergerai kemana-mana dan kancing kemeja piyama yang lepas di bagian atas. Entah sejak kapan ia melepas hijabnya. Pantas saja, ia merasa lehernya kedinginan tersapu angin d
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

Bab 99

Perhatianmu tumbuhkan rasamu!“Pak, saya ingin bicara.”Malati menghampiri Aldino yang tengah duduk sembari menyeruput kopi di ruang tamu. Ia terlihat santai dengan pakaian santai. Kaos oblong putih dan celana selutut berbahan jeans berwarna biru. Dengan penampilan seperti itu Aldino tidak terlihat seperti seorang kepala sekolah. Ia seorang pria dewasa dengan aura yang cemerlang. Malati tak menampik jika Aldino itu memiliki sejuta pesona yang bisa menghanyutkan setiap gadis yang melihatnya. Malati memberanikan dirinya untuk mendekat. Ia mendaratkan bokongnya di atas sofa berseberangan dengannya. Ia sudah mengumpulkan sejumput keberaniannya, berniat ingin membicarakan hal penting menurutnya.“Bicaralah!” sahut Aldino dengan santai. Kebalikan dengan perasaannya, ia sebetulnya merasa bersalah dan gugup atas kejadian satu jam yang lalu di mana mereka ‘berciuman’ kendati tak sengaja. Naasnya, Aldino justru tak melepaskannya dan memilih memeluknya. Ia sendiri tidak tahu apa alasan mengapa
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

Bab 100

“Aih, kau salah memakai kostum, Malati! Halo!” seru Sulis menatap gadis berparas minim ekspresi dengan meliuk liukan sebelah tangannya secara gemulai ke hadapan wajah Malati. Kebalikan dengan Malati, Sulis wanita ekspresif dan ceria. Jika bersedih hati maka ia terlihat sedih. Jika tengah bergembira maka ia terlihat gembira. Jauh panggang dari api. Malati lebih banyak menampakan wajah datar apapun perasaannya, baik sedih atau bahagia. Hanya semenjak mengenal Aldino ia mengalami perubahan cukup signifikan. Sedikit. Ia bisa tersenyum, tertawa dan menangis sejadi-jadinya saat bersama pria bertubuh besar itu.“Mau kemana?” Malati bertanya berdasarkan pertanyaan Sulis.“Mau berziarah ke makam Ferry Salim Tanujaya.”Sulis menjawab dengan serius.“Tunggu!” panik Malati. Bukankah Sulis mengatakan jika mereka akan bertemu dengan Claire, putri Laura Tan, Profesor Matematika.Cit,Ban mobil berdecit. Dengan keterpaksaan, Sulis mengerem mobil kijang legend milik ayahnya secara mendadak.“Jangan
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more
PREV
1
...
89101112
...
31
DMCA.com Protection Status