Home / Romansa / Istri Rahasia Kepala Sekolah / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 111 - Chapter 120

301 Chapters

Bab 111

Dari balkon lantai dua sebuah kamar mewah, seorang pria tua mengulum senyum tatkala melihat cucunya tengah menggendong istrinya. Akhirnya rencananya berjalan mulus. Aldino ternyata mematuhi perintahnya untuk menikah dengan ancaman hak waris dicabut,.“Tuan, sudah malam! Udara sangat dingin,” imbuh Bagas memperingatkan Eyang Waluyo agar segera tidur karena malam sudah larut. Kondisi pria itu tak seperti kondisi tubuh normal pada umumnya. Selain karena sudah berumur tua namun stamina tubuhnya juga sedang tidak baik.“Sebentar, Bagas! Coba kau perhatikan!”Eyang Waluyo menudingkan jarinya ke arah bawah, taman rumah yang dipenuhi berbagai jenis tanaman hias.Bagas mengikuti arah pandangan yang ditunjukan Eyang Waluyo. Seperti halnya atasannya, Bagas pun terperangah melihat pemandangan sepasang suami istri itu. Tidak dianjurkan untuk pada jomblowan ataupun jomblowati menonton mereka.“Mereka sepasang suami istri yang serasi, Tuan.”Bagas berkomentar. Lalu ia merasa sedikit gelisah ketika h
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Bab 112

Percakapan di antara Malati dan Adi Tanujaya semakin memanas. Kini Adi Tanujaya yang berinisiatif mengajak Malati berbincang di area restoran hotel. Ia memilih meja di paling pojok. Entah mengapa alasannya. Ia merasa tak nyaman saja berbincang di acara pesta sebab masih terdengar suara musik Pop yang dibawakan oleh band Jakarta yang terdengar berisik.“Kau mau pesan minum?” tawar Adi Tanujaya.“Tidak usah, Pak,” tolak Malati tanpa basa basi.“Well, lanjutkan hasil investigasimu!” seru Adi dengan serius. Kini ia tengah menajamkan indera pendengarannya untuk menerima sebuah kebenaran.“Baiklah, Pak.”Malati meraup oksigen sebanyak mungkin agar bisa bernafas teratur saat bercerita.Adi Tanujaya diam dengan tak kalah fokus dengannya.“Menurut asumsi saya, putra Anda, Ferry Salim Tanujaya tidak akan mungkin pergi ke rooftop gedung FK saat sore hari di mana waktunya ia pulang. Tak hanya dirinya, akan tetapi seluruh peserta Olimpiade pulang. Namun di luar kebiasaan, Ferry naik ke atas rooft
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Bab 113

Aldino pusing tujuh keliling mencari istrinya. Ia takut jika istrinya tersesat. Ah, rasanya, tak mungkin Malati tersesat sebab bukankah mereka berada di ruangan indoor ballroom sebuah hotel?Dan, ingatan fotografi Malati tak seperti para wanita pada umumnya. Jika wanita lain kesulitan mencari sebuah alamat, tetapi tidak dengan Malati.Paling mentok Malati berada di pojokan makan es krim gelato. Meskipun luas ballroom itu berbentuk bangun geometris persegi panjang yang lapang. Yang benar saja, Aldino! Kau harus berpikir lebih logis. Aldino mengkhawatirkan Malati belum makan. Ia belum melihat Malati mengantri makanan di stand makanan yang disajikan dengan mewah di sana.Namun alasan yang paling masuk akal ialah Malati digondol lelaki lain karena mengira jika Malati masih lajang. Malati cantik dan masih muda. Aldino merasa tak terima dengan khayalan liar yang muncul di kepalanya. Ia menghentakkan kakinya kesal.Meskipun di hatinya terukir jelas nama Raisa Silvana Basalamah. Namun, nyata
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Bab 114

Flashback on “Jangan berpura-pura! Duduklah! Kau sudah tahu semuanya ‘kan?” Malati memicingkan matanya menatap sosok bertubuh tinggi yang menyamar menjadi seorang lelaki. Meskipun ia melakukan penyamaran yang sempurna. Namun Malati bisa menebaknya hanya dari gerak-geriknya yang mencurigakan. Setelah kepergian Adi Tanujaya, sosok mata-mata itu datang menghampiri Malati. Sosok itulah yang dilihat oleh Aldino dari belakang. Sosok itu duduk lalu memandang lurus ke arah Malati. “Memang kau tahu jika janin yang dikandung oleh Claire itu anaknya Ferry?” tanyanya dengan suara yang rendah. Malati mengulum senyum lalu menjawab, “aku gak yakin sih! Aku hanya tahu dia mantan pacarnya Ferry. Dia hamil …” “What? Gilak!! Itu namanya hanya dugaan? Yang benar saja,” protesnya sembari menurunkan kacamatanya. Malati mengedikkan pundaknya. “Yang penting dia sudah mengaku! Itu tujuan utama.” Malati menghela nafas panjang lalu melambaikan tangannya pada seorang pramusaji. “Kopi espresso one shot du
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Bab 115

Malati senang bukan kepalang karena bisa ikut berjalan-berjalan bersama tiga Bude Aldino. Ke tiga wanita yang sudah tidak lagi muda namun memiliki semangat tak kalah dengan anak muda.Tidak ada supir yang mengantar mereka. Bude Gendhis yang membawa kendaraan berbentuk SUV dengan konfigurasi tujuh penumpang itu. Bude Gendhis duduk di kursi kemudi bersama Bude Gayatri yang duduk di sebelahnya.Di belakang mereka Malati dan Bude Ratna duduk di bangku baris ke dua. Baris ketiga diduduki oleh seorang ART yang bertugas membawa barang-barang keperluan mereka.Sepanjang perjalanan ke tiga Bude Aldino sibuk mengobrol ke sana kemari. Hanya saja, Bude Gayatri yang irit bicara-satu server dengan Malati. Ia bicara seperlunya.Malati memang lebih banyak mengamati daripada bersuara. Ia hanya akan bersuara jika merasa informasi yang akan disampaikan itu penting dan perlu.Tak lupa lagu nostalgia menemani keseruan mereka. Bude Gendhis sampai ikut bernyanyi saking menghayati tembang yang diputar melal
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bab 116

“Ayo buka mulutmu, Sayang!” bujuk Hanum hendak menyuapi putrinya. Kini Ana sudah bisa makan dengan normal meskipun makanan yang dimakan masih berbentuk halus dan lembek semisal nasi tim dan bubur.“Ayolah, Ana! Kau ingin cepat sembuh ‘kan? Kau harus makan yang betul. Masa Mama harus meminta Masmu pulang dari Salatiga hanya untuk menyuapimu? Jangan begitu Ana! Mas Aldino pasti letih sekalipun ia selalu ada di sisimu. Bayangkan dia bolak balik kemari hanya untuk menemanimu.”Hanum memberi pengertian pada Ana, putrinya. Bagaimanapun, Ana seorang wanita dewasa. Seharusnya ia tidak terlalu manja pada Aldino.“Aku ingin VC dengan Mas Al,”Alih-alih merespon perkataan ibunya, Ana ingin melakukan panggilan video call dengan kekasihnya. Ia merindukannya dan ingin bertemu dengannya.“Ana, mungkin Mas Al emang punya urusan penting sehingga tak mengangkat telepon. Mama sudah menghubunginya dari siang.”Hanum berkomentar dengan mengayunkan sendok pada mangkuk porselen.“Biar aku saja yang menyuapi
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Bab 117

Malam yang dingin dan memeluk orang terkasih merupakan sebuah anugerah. Tunggu, Malati melepas tangan Aldino yang merangkulnya. Ia berjalan kembali ke meja dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang jedag jedug seperti seseorang yang habis lari maraton.‘Malati, ingatlah tujuanmu menikah! Menikah karena sebuah kepentingan! Jangan sampai kau terbawa suasana dan perasaan yang kemudian menjeratmu dalam penjara rasa sakit karena cinta yang semu! Patah hati! Ingatlah tidak ada yang pasti di dunia ini selain Matematika, Malati! Ingat Matematika!!’Sisi baik Malati terus mengingatkan Malati agar tidak terjerat oleh pesona Aldino. Malati mendengus kasar. Ia merutuki kebodohan dan kepolosannya akan cinta dan perhatian lawan jenis.Mencium Aldino adalah tindakan paling dungu yang pernah ia lakukan. Tentu saja, seorang pria menyukai hal-hal seperti itu.Lelaki memiliki nafsu terhadap lawan jenis lebih tinggi ketimbang wanita. Oleh karena itu Aldino tak segan ia ingin menyentuh Malati lagi d
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Bab 118

Malati begitu antusias saat dirinya akan dijadikan model pakaian hasil karya kolaborasi Bude Gendhis dan Bude Gayatri. Ia merangkul lengan Bude Ratna dengan erat. Ia tak sabar ingin mencobanya.Sementara itu para tante Aldino yang tengil itu menatap Aldino dengan penuh misteri.“Roarrr!”Bude Gendhis memperlihatkan cakar tangannya. Ia yang paling antusias ingin menjadikan Malati model hasil desainnya. Sebetulnya bukan benar-benar sebagai model. Tak hanya Bude Ratna yang sempat meragukan pernikahan mereka. Namun ternyata Bude Gendhis dan Bude Gayatri pun meragukan pernikahan mereka. Secara, selera Aldino bukan wanita yang tertutup begitu dan Malati terlalu muda untuk pria seumuran Aldino.Ah, Aldino tua banka menurut mereka.“Malati, sebetulnya ini kado dari kami. Kado pernikahanmu. Maaf, belum bisa memberikan hadiah. Jadi kami hanya memberikan pakaian ini untukmu. Well, sekarang kau coba yang berwarna hitam dulu ya? Bude kepengen lihat …” bujuk Bude Gayatri dengan menyerahkan gaun i
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

Bab 119

“Mama, aku ingin mengenalkan seseorang padamu,” imbuh Ali setelah melihat ibunya turun dari lantai dua.Hanum yang berhati lembut langsung menyambut Malati dengan hangat. “Ini siapa? Hum, coba Mama tebak, apakah kau membawa calon istrimu? Kau terlihat sangat muda sekali, Nak.”Hanum langsung merengkuh tubuh Malati ke dalam dekapannya, memeluknya. “Saya Malati, Tante. Saya muridnya Pak Aldino.”Malati mencium punggung tangan wanita paruh baya itu dengan takzim.Hanum menatap Malati dengan intens. Ia merasa Ali menaruh perasaan pada muridnya itu. Sebab baru pertama kali ia mengajak seorang gadis ke rumah. Sekalipun urusan pekerjaan ia tidak pernah membawa wanita secara khusus apalagi sendirian. Ia harus mencari tahunya sesegera mungkin.Siapa yang tak senang melihat putranya yang sudah berusia matang memiliki calon istri. Ana akan menikah dengan Aldino sedangkan Ali akan menikah dengan wanita pilihannya. Tanpa sadar, Hanum membayangkan itu semua sebagai seorang ibu.Hanum mengajak Mala
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

Bab 120

Malati membanting tas miliknya ke atas meja belajar dengan helaan nafas yang terasa sesak. Dunia begitu sempit. Mengapa harus bertemu dengan Aldino dan Ali?Dan mengapa pula ia harus menangani kasus kekasih suaminya sendiri. Meskipun suami sebatas status. Namun perasaannya menjadi kalang kabut.Mendengar suara derap langkah Aldino, Malati buru-buru menormalkan perasaannya. Ia pasrah kali ini. Pasti Aldino akan tahu jika profesinya saat ini adalah seorang freelancer, detektif. Malati mendengus kasar.Mungkin ia tak bisa menyembunyikannya lagi. Semoga saja, Aldino tidak berulah dengan melarangnya bekerja. Toh, sekarang kekasihnya sudah bangun dari koma. Ia tak berhak ikut campur urusan pribadinya.‘It’s just the time …’ batin Malati pasrah.(Hanya masalah waktu)“Baru pulang?” tanyanya basa-basi. Aldino baru pulang dari sekolah. Tampak ia menaruh tas kerjanya di atas nakas. “Iya, Pak,” jawab Malati singkat. Lalu buru-buru ia merapikan tas miliknya dan menoleh ke arah Aldino. Ia mengham
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
31
DMCA.com Protection Status