Home / Romansa / Istri Rahasia Kepala Sekolah / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Rahasia Kepala Sekolah: Chapter 41 - Chapter 50

301 Chapters

Bab 41

Siang itu Malati mematut di depan cermin dengan agak lama, tak biasanya. Ia menatap pantulan wajah dan tubuhnya dengan banyak syak-wasangka di kepalanya.Pengamatan dimulai dari bagian alis tipis yang melengkung indah, yang membuatnya mengulum senyum. Bentuk alisnya presisi, murni dari lahir tanpa disulam.Lalu, tatapannya turun menatap bentuk matanya. Jika ia tersenyum maka matanya berbentuk garis horizontal tipis, tak kelihatan. Lantas, ia cemberut.Lalu ia mengamati bentuk hidung mancritnya dan bibirnya yang tipis. Fiks, ia menarik kesimpulan. Ia mewarisi kecantikan ibunya. Hanya saja, bentuk mata ibunya agak besar tak seperti dirinya yang sipit sehingga sering dikira keturunan Chindo.Saat melakukan pengamatan, Malati sedang merenung dan memikirkan kata-kata Aldino yang mengatakan bahwa ia ‘cewek gampangan’. Kata-kata Aldino itu tajam mirip sebilah pisau yang menggores kulit. Malati bahkan tak pernah punya pacar. Bagaimana bisa, dikatakan cewek gampangan.Apakah karena pertemuan d
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Bab 42

Tok, tok, tok,Linda-guru BK mengetuk pintu ruangan Aldino dengan begitu kencang karena sedari tadi atasannya itu tidak keluar ruangan.Apa mungkin Aldino pingsan di dalam? Atau, dia sedang bersemedi.Ditempelkannya telinga Linda rapat tepat di pintu ruangannya. Tak terdengar suara apapun dari dalam hingga sekonyong-konyong tubuh Linda terhuyung jatuh ke muka ruangan ketika Aldino membuka pintu ruangannya.“Yalah, yalah, yalah,” seru Linda memekik kaget. Aldino sama sekali tak menolongnya. Beruntung, Linda terhuyung ke sofa bukan pada lantai keramik.Aldino berdiri dengan tangan masih mencengkeram handle pintu, menatap Linda dengan tatapan menghunus dan mengandung hawa permusuhan.“Ada apa?” tanyanya dengan suara bariton yang menggetarkan hingga ke palung jiwa.“Maaf, Pak. Dari tadi saya sudah mengetuk pintu dan sudah mengucapkan salam sampai lima kali tapi Bapak tidak menyahut.”Membenahi seragamnya Linda berusaha menegakan tubuh dan menghadap Aldino.Linda terkenal sebagai seorang g
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Bab 43

“Yeay!!” sorak sorai Erlangga the geng terdengar gempita diiringi tepuk tangan. Mereka kegirangan karena berhasil mendapat nilai A untuk presentasi dan makalah mata kuliah Kewirausahaan. Predikat yang sempurna untuk tugas kelompok. Atas jasa Malati semua tugas selesai tepat pada waktunya meskipun sempat terjadi insiden kamera menghilang.“Go Malati! Go Melati!”Melakukan selebrasi, Satria bergoyang pargoy bikin semua anak mahasiswa yang lewat tergelak melihat kekonyolannya.“Gila lo! Keren! Two thumbs up buat Putri Melati! Emang lo genius!!”Reynaldi mengangkat dua ibu jarinya menyelamati Malati. “Pantes aja lo dapat juara terus olimpiade.”“Well, ternyata anak bebek itu sudah berubah jadi anak angsa. I am proud of you, Mala!” puji Erlangga dengan tetap mempertahankan raut wajahnya yang angkuh. Sebetulnya, ia iri pada gadis berwajah oriental itu karena kecerdasannya. Ia menatap Malati dengan begitu dalam, penuh kagum.“Cie,,,cie!!”Satria menggoda Erlangga dengan menyikut lengannya.H
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Bab 44

“Apa aku mengganggu, Mr Bon?” seru Malati berdiri di bibir pintu dengan memutar ke dua bole matanya jengah melihat pria itu yang tengah mencak-mencak memarahi karyawannya. Sepulang kuliah ia tak lantas pulang namun pergi menuju kantor Mr Bon.Tatapan Mr Bon mengikuti sumber suara.“Sudah lama kau di situ?” tanyanya menurunkan suaranya. Tangannya mengibas di muka karyawannya, memintanya pergi.Malati melesak masuk ke dalam ruangan itu, “Sejak zaman Edo! Assalamualaikum!”“Waalaikumsalam. Tumben, kau datang kemari.”Mr Bon mendaratkan bokongnya dan memutar kursinya membelakangi Malati. Berlagak menjadi seorang detektif populer. Malati duduk diatas kursi plastik berseberangan dengannya, terhalang oleh meja.“Mr Bon, mengapa kau menyuruhku menghentikan tugasku memata-matai cucunya Tuan Waluyo?”Mr Bon tertawa hingga menampilkan gigi taring emasnya. Malati mencengkram kaki kursi saking terkejut mendengarnya tawa yang menggelegar.“Kau mau menyelidiki suamimu sendiri?” sahut Mr Bon berbal
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Bab 45

“Mbak baru pulang?” sapa Mbok Darmi membukakan pintu rumah ketika Malati baru saja tiba di kediaman Aldino.Alih-alih menjawab pertanyaan Mbok Darmi, Malati hanya menyematkan senyum tipis dan bertanya balik, “Mas Aldino sudah pulang?”Mbok Darmi terlihat mengubah ekspresi raut wajahnya ketika mendengar pertanyaan Malati. Ingatannya berputar dalam hitungan detik. Aldino pulang dalam keadaan marah dan dongkol. Entah apa alasannya sebab biasanya pria bertubuh besar itu tidak pernah terbuka soal masalahnya. Meskipun cukup dekat dengan dirinya.Hanya saja, dari aura yang tersirat secara tidak langsung menunjukan bahwa suasana hatinya tengah buruk. Apabila suasana hatinya buruk maka siapapun takkan berani mendekatinya. “Mbok! Kau melamun?” Malati melambaikan tangannya di depan muka Mbok Darmi.Mbok Darmi tersentak melihat Malati dalam jarak yang begitu dekat.“Eh, ngapunten, Mbak. Mas Aldino sudah pulang dari tadi. Tapi …”Ada jeda yang muncul dalam kalimat yang ia susun. Sebuah kalimat y
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Bab 46

Pagi itu Aldino nampak panik sebab tak mendapati Malati di kamar ataupun di ruangan lantai dua. Ia tak melihatnya semenjak sholat subuh. Mungkin Malati turun ke bawah membantu Mbok Darmi memasak. Namun ternyata tidak demikian.“Di mana Mbak Malati?” tanya Aldino pada Mbok Darmi yang tengah wara-wiri di ruang tamu.“Mbak nya sudah berangkat pagi, Mas,” jawab Mbok Darmi yang tengah membimbing para pekerja di rumah dengan teliti. Terlihat ia cekatan dan selalu mengecek furniture jika masih kotor karena debu dengan menempelkan ujung jarinya.“Berangkat? Jam berapa?” telisik Aldino- yang sudah memakai setelan olahraga. Hari ini ia akan berangkat ke sekolah agak siangan. Ia akan melakukan rutinitas olahraga pagi, berlari mengelilingi komplek perumahan elit tersebut.“Jam lima pagi,” jawab Mbok Darmi setelah menyuruh pekerja lain untuk kembali mengerjakan tugas masing-masing.“Hah? Kemana? Bukankah hari ini ngampus.”Aldino cukup tersentak mendengar kepergian Malati. Bahkan ia tak meminta ij
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Bab 47

Ke dua kakak beradik, Ariana dan Nadira tampak bingung ketika melihat Malati sudah tak sadarkan diri setelah menyesap teh.“Bagaimana ini?” tanya Nadira panik. “Kenapa Malati malah pingsan?”Harapan gadis itu Malati tetap terjaga namun dengan kondisi kepanasan.Ariana bangkit berdiri dan menghampiri Malati yang jatuh tak sadarkan diri hingga tersungkur ke lantai. Beruntung lantainya dilapisi karpet berbulu halus dan tebal sehingga kemungkinan kecil tubuhnya merasakan sakit.Gadis bersurai panjang itu mengulurkan tangannya untuk mengecek pernafasan melalui hidungnya. Tak puas, ia meraba dadanya untuk merasakan denyut jantungnya apakah masih berdetak atau tidak.“Dira, Malati sepertinya tidak pingsan. Dia tidur!” komentar Ariana dengan mengerutkan hidungnya lalu menoleh tajam ke arah saudarinya. “Obat apa yang kauberikan pada tehnya?” telisik Ariana-yang selalu meragukan perbuatan Nadira.“Aku … memberikan obat yang kau beri.” sahut Nadira dengan harap-harap cemas. Seketika Ariana meng
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Bab 48

Saat Aldino merasa letih dan memilih istirahat di bawah pohon ketapang setelah berlari mengitari komplek dua putaran, ia teringat istri kecilnya. Ia merasa memiliki firasat buruk. Tiba-tiba, perasaan hatinya tidak nyaman. Kemanakah gadis itu pergi? Mengapa harus pergi pagi sekali? Namun seketika dahinya berkerut dan bibirnya mendecak. “Kenapa aku harus peduli pada gadis itu? Toh, pernikahan juga hanya sandiwara,” gumam Aldino berusaha menepis kekhawatirannya pada Malati. Namun ia segera memutuskan untuk mengakhiri olahraga lari pagi. Ia pulang dan langsung mandi. Ia bersiap-siap akan berangkat ke sekolah. Selanjutnya ia sarapan hidangan yang sudah disiapkan di ruang makan sendirian seperti hari-harinya saat melajang. Namun sekarang, ia merasa kesepian. Padahal ia dulu seringkali menyantap sarapan sendiri. Lagi, ia teringat Malati. Biasanya Malati sarapan bersamanya meski tanpa suara atau obrolan sebagaimana pasangan suami istri yang normal. Mendadak nafsu makan pria besar itu suru
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Bab 49

“Di mana Mbak Mala?” tanya Aldino pada Mbok Darmi ketika mereka berpapasan di undakan tangga dilapisi karpet berwarna merah marun.“Mas, Mbak sedang berada di perpustakaan.”Mbok Darmi menjawab dengan helaan nafas yang berat. Sudah empat kali ia bolak balik naik ke lantai dua demi membujuk Malati agar turun untuk makan malam. Namun hasilnya, nihil.“Sudah makan malam?” tanya Aldino entah sudah keberapa kali. Ia baru saja pulang dari minimarket.“Belum mau Mas, katanya,” jawab Mbok Darmi pasrah. Ia sudah mengerahkan jurus seribu bujukan. Mau bagaimana lagi, Malati keras kepala lebih dari batu.Tanpa mengambil tempo, Aldino langsung menaiki anak tangga dengan begitu cepat. Ia langsung berjalan menuju perpustakaan. Pintunya terbuka dan tampaklah Malati yang sedang fokus menggambar. Seulas senyum terbit di bibir Aldino, Malati mungkin sudah kelihatan lebih baik. Setelah peristiwa yang dialami tadi siang. Malati terlihat terpukul dengan apa yang menimpanya. Jika ia tidak datang, pasti ak
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Bab 50

“Kau kenapa?” tanya Nia melihat rupa putrinya macam gembel baru saja nyebur ke dalam sawah yang baru dibajak. Rambutnya megar mirip sarang burung dan beberapa luka lebam tampak di pelipis dan ujung bibirnya yang berdarah. Pakaiannya juga basah dan kotor seperti terkena kubangan tanah basah.Parahnya gadis itu pulang saat tengah malam.Tangan Nia terulur menyentuh kemeja yang dikenakannya, robek dengan kancing yang hilang di beberapa tempatnya.“Kenapa? Jawab!” salak Nia seperti seekor anjing rabies yang menggonggong. Ia menatap nanar putrinya. Pasti terjadi sesuatu yang buruk padanya.Mendapat teriakan dari ibunya, air mata yang sudah ditahan sejak tadi akhirnya meruah. Ariana menangis tersedu sedan di hadapan ibu dan saudarinya.Nadira yang melihat adiknya dengan penampilan mengenaskan langsung meringis. Tadi siang ia memang meninggalkannya dengan Aldino. Lalu ia pergi begitu saja dengan teman-temannya hangout ke mall karena mendapatkan kartu ATM dengan nominal yang besar.Apa jangan
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more
PREV
1
...
34567
...
31
DMCA.com Protection Status