Semua Bab Istri Rahasia Kepala Sekolah: Bab 21 - Bab 30

301 Bab

Bab 21

Kraaak, Ranting pohon terinjak oleh sepasang sepatu boots berbahan kulit penuh lumpur. Tangannya yang besar menyingkirkan tanaman pakis hias yang menghalangi jalannya. Pria bertubuh besar itu terus berjalan hingga melintasi curug sembari memanggul karung berisi sosok wanita yang disumpal mulutnya. Setelah tiba di tempat eksekusi, sebuah pondok yang berada di tengah hutan pinus yang menembus langit. Ia pun mengeluarkan wanita itu dan mulai mendudukannya layaknya tahanan. Wanita berparas cantik itu didudukan di atas kursi seperti tahanan psikopat. Tangannya diikat ke belakang kursi dan kakinya juga diikat dengan tali. Ia sudah terlihat lemah karena sudah tiga hari tidak makan dan minum. Tubuhnya nyaris tak bertenaga. Namun wanita itu tetap teguh pada pendiriannya, ia memilih bergeming karena memberontak pun sia-sia. Ia sudah menghabiskan waktunya dengan memukul, menendang hingga mencakar. Namun tetap saja pria itu tak dapat dilawan. Bukan tanding seorang wanita meski wanita itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-29
Baca selengkapnya

Bab 22

Tubuh yang lemah akibat demam yang naik turun membuat Malati seketika tumbang. Ia pasrah ketika ia harus tidur kembali satu ranjang dengan pria yang kini menjadi suaminya.Suara hembusan angin terasa menggelitik bulu romanya. Pun, sayup-sayup suara merpati yang berdekut tertangkap telinga.Mata Malati terasa berat sekedar terbuka. Sinar matahari dengan lancang menyusup melalui celah jendela balkon dan menggoyangkan tirai vitrase. Menghalau rasa dingin yang menusuk-nusuk, tubuhnya semakin tenggelam ke dalam selimut tebal padahal pendingin ruangan sejak semalam dimatikan.Malati merasa hangat namun ia harus bangun karena teringat ia harus pergi kuliah. Namun kepalanya berat luar biasa dan matanya sulit terbuka.Perlahan mata karamel Malati menyesuaikan dengan cahaya, seketika ia terkesiap ketika ia saat ini berada dalam pelukan pria besar.Aldino entah sejak kapan memeluknya dengan erat. Matanya terpejam rapat dengan suara dengkuran yang halus. Perlahan, Malati menyingkirkan ke dua ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-30
Baca selengkapnya

Bab 23

Malati merasa kesal atas perlakuan Aldino yang menahannya pergi kuliah. Atas dasar apa ia mulai mengintervensi urusannya? Mengapa juga menahannya?Malati menyusun rencana, bagaimana jika ia keluar diam-diam menyusup melalui pintu balkon. Ia hanya butuh nekad. Namun segera ia menggelengkan kepalanya cepat. Kamar Aldino berada di lantai dua. Oleh karena itu untuk bisa keluar dari kamar itu, Malati harus meloncat ke bawah.Ide buruk!Malati takut ketinggian dan ia bukanlah ninja yang pandai meloncat dari ketinggian dan memanjat tembok. Jika ia nekad meloncat sudah bisa dipastikan ia bahkan takkan masuk kuliah lagi, berakhir di ruang ICU.Alhasil, Malati akhirnya duduk manis di bangku belajar. Sebentar, ia baru sadar jika sudah ada meja belajar disediakan di sana. Entah sejak kapan.Seingat Malati kamar Aldino yang luas begitu hanya diisi oleh kasur berukuran king size dan meja rias sehingga terlihat luas. Namun sudahlah Malati tak mau ambil pusing. Memikirkan tindak tanduk kepala sekolah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-31
Baca selengkapnya

Bab 24

Malam yang kelam tanpa gemintang. Dersik angin menyapu dedaunan kerontang hingga kenangan.Wanita itu merintih kesakitan. Berupaya keras mengeluarkan suaranya meskipun senantiasa gagal. Hanya pita suaranya saja yang bergetar dan tatapan merana penuh asa.“Kau siapa?” tanya Malati pada sosok wanita yang mirip dengannya, Xie Mei Ling.Wanita yang tengah duduk di atas kursi hukuman itu hanya mencongak dan menyematkan senyuman tipis meskipun mulutnya disumpal. Wajahnya samar. Hanya terlihat matanya segaris menyipit pertanda ia tersenyum dalam deritanya.Secarik kertas terbang begitu saja, menyentuh wajah Malati sebelum dirinya tiba di hadapan Xie Mei Ling.Malati menemukan sebuah nama yang tertera di ujung kertas itu. Maya.Penasaran, Malati mendekatinya dan berusaha melepaskan ikatan tangan dan kakinya, ingin bertanya siapakah orang yang bernama Maya?Malangnya, sebelum Malati mendekati wanita berwajah oriental itu, pria berwajah sangar menghadangnya dan melemparkan senyum smirk pada ga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-31
Baca selengkapnya

Bab 25

Ali mendekati Aldino dengan melayangkan tatapan yang menghunus tajam. Sementara itu Aldino syok akan kehadiran Ali. Mengapa bisa bertemu di tempat itu? Padahal restoran itu cukup dekat dengan rumah yang ditinggali-tempat yang dianggap paling aman membawa Malati. Dengan pertimbangan tempat itu private.Aldino berusaha tenang dan memasang wajah minim ekspresi.“Hai, Ali! Kebetulan kita bertemu di sini,” ucap Aldino tanpa merasa terintimidasi.Saat Ali menyapa Aldino, Malati tengah memunggunginya sehingga tak terlihat wajah Malati. Ali hanya melihat Aldino duduk berdua di sana bersama seorang wanita berhijab.Malati yang baru sadar dengan apa yang ia dengar, menaruh kembali menu masakan di atas meja. Lantas, ia berkata pada Aldino dan mengabaikan Ali yang berdiri di belakangnya.“Pak Aldino, terima kasih lowongan kerjanya. Sepertinya tamu Bapak sudah datang. Saya terima surat perjanjian kontrak mengajar Matematika adik kelas. Tapi, saya tidak bisa mengajar Fisika. Assalamualaikum?!” uca
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-01
Baca selengkapnya

Bab 26

“Apa kau tak perhatikan? Ada yang aneh dengan Pak Aldino dan istrinya?” ucap salah satu ART di ruang tamu. Seorang wanita sepantaran Mbok Darmi yang sedang mengepel lantai.“Emang ada yang aneh apa?” tanya ART yang berusia sepantaran Malati.“Saya lihat kok cara jalannya Mbak Malati biasa aja? Sejak pertama datang ke sini. Um, biasanya kan kalau habis malam pertama jalannya agak ngangkang begitu. Apalagi, Pak Aldino bertubuh tinggi besar pasti anunya juga besar! Tapi … Mbak Malati biasa aja ya?” sewot wanita itu dengan terkikik geli.“Teh Lilis, kotor ih pikirannya,” jawab Lina-ArT yang bertugas membersihkan furniture.“Bukan kotor! Tapi agak kotor,” sahutnya dengan terkekeh lagi. “Neng Lina mah masih perawan jadi gak bakalan ngerasain sakit sekaligus nikmatnya malam pertama. Apa jangan-jangan mereka belum melakukan malam pertama ya?”Lilis mengetuk-mengetuk jarinya di keningnya.“Hus! Jangan ngomong sembarangan! Ya, mungkin tiap perempuan beda-beda.”Lina kembali mengelap meja denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-01
Baca selengkapnya

Bab 27

Malati merasa iba setelah mendengar pengakuan Lina yang mengatakan bahwa dirinya ‘orang dalam’ yang bekerjasama dengan perampok. Lina mengaku orang yang membocorkan informasi soal rumah Aldino termasuk orang yang berperan dalam melumpuhkan CCTV. Mudah bagi seseorang yang pandai mengoperasikan komputer untuk memanipulasi kamera pengintai CCTV. Motifnya jelas, Lina sedang mengalami kesulitan finansial. Neneknya di kampung butuh uang banyak untuk berobat. Oleh karena itu ia nekad mau diajak kerjasama oleh salah satu anggota kawanan perampok. “Maaf, Lina. Kau seharusnya meminta maaf pada Mas Aldino! Bukan pada saya,” seru Malati menyingkirkan pelan ke dua tangan Lina yang memeluk betisnya. Lina bergerak mundur masih dalam keadaan bersimpuh dan kepala merunduk bagai bunga yang layu. Sungguh, dalam hati Malati merasa iba pada gadis itu. Namun cara ia memutuskan sesuatu sangatlah tidak tepat. Mengapa ia tidak meminjam uang saja pada Aldino. Beres! Urusan selesai! Tunggu dulu, Aldino buk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-02
Baca selengkapnya

Bab 28

“Sedang menunggu antrian?”Aldino bertanya pada wanita yang duduk di sampingnya. Malati yang tak lain istri rahasianya.Oh, dunia begitu sempit, hanya selebar daun kelor. Malati mengerjapkan matanya ketika mendengar Aldino menyapanya. Namun ia segera berusaha mengendalikan rasa gugupnya. Beruntung dia melakukan penyamaran sebagai salah satu hal wajib yang dilakukan oleh seorang detektif ketika melakukan tugas spionase.Malati kini memakai pakaian syar'i lengkap dengan burqa. Hanya terlihat matanya yang sipit.Malati hanya mengangguk pelan sebagai respon dari pertanyaan Aldino tanpa memandangnya.Aldino menaikan sebelah alisnya yang tebal. Namun ia tak mempermasalahkan respon super singkat dari wanita itu. Mungkin, ia memang seorang wanita yang membuat batasan dengan lawan jenis.Aldino beringsut kemudian berdiri ketika rekan kerjanya, Guru BK, Linda mendatanginya.“Pak Al, kita pulang sekarang!” katanya pada Aldino. “Anak itu akan dibawa ke RSJ mendapat konseling dari psikiater!”“Ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Baca selengkapnya

Bab 29

Awan kelabu yang berarak di langit sudah berganti warna menjadi jingga. Sayup-sayup dari kejauhan suara azan magrib pula sudah lesap. Senja berganti malam.Aldino rupanya pulang terlambat ke rumah karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan hari itu. Sebagai kepala sekolah, tugasnya tak hanya sebagai supervisor namun berperan pula dalam mengedukasi para guru yang kurang memahami peran dan fungsinya selama di sekolah.Setiap hari Aldino dihadapkan berbagai masalah entah itu dari guru maupun murid.“Di mana istri saya?” tanya Aldino ketika memasuki rumah dan disambut langsung oleh Mbok Darmi. Aldino melonggarkan dasi berbentuk linear yang dikenakannya dan melepas sepatu pantofel hitamnya di depan pintu rumah.Mbok Darmi langsung meraih tas kerjanya dan mengekori langkahnya menuju lantai dua.“Mbak Malati di ruang makan, Mas. Mas Al, Mbak Malati ternyata jago masak loh!” sahut Mbok Darmi dengan antusias. Ia mengingat bagaimana cekatan gadis bertubuh mungil itu saat memasak. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

Bàb 30

Malam itu percakapan yang terjadi di antara Malati dan Aldino menjadi tegang. Hal tersebut diwarnai oleh pernyataan Aldino yang mengatakan bahwa dirinya menyesal menikahi Malati.“Maaf, apakah Bapak menyesal setelah mengeluarkan uang banyak untuk menebus hutang Om dan Tanteku?”Akhirnya kata-kata yang sempat tersangkut di tenggorokan Malati lolos tak terbendung.Malati mengubah posisinya dari berbaring menjadi bangun. Pertanyaan Aldino terdengar serius baginya. Jika demikian, Malati lebih baik mencari pekerjaan untuk mengganti uang Aldino. Beres! Meskipun mungkin ia harus bekerja extra untuk mendapatkan uang yang tak sedikit itu. Mungkin juga, butuh bertahun-tahun untuk mengumpulkannya.Toh, Malati sekarang sudah bebas dari cengkraman paman dan bibinya yang menjadikannya sapi perah. Ia bisa mengambil pekerjaan paruh waktu dari Mr Bon. “Um, bukan seperti itu! Sudah lupakan saja!” sahut Aldino dengan santai, kemudian tenggelam di balik selimut tebal dan memutuskan untuk tidur lebih d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
31
DMCA.com Protection Status